2. Roma
14:9 - Yesus mati untuk memperoleh kemilikan atas kita
·
Yesus mati untuk memerdekakan kita dari kekuasaan dosa dan kematian
rohani
Kita
akan masuk ke ayat yang berikutnya. Roma 14:9 -
Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali,
untuk apa? Supaya Kristus
menjadi Tuhan (Lord), baik atas
orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Ini bukanlah penjelasan
yang ingin Anda dengar, bukankah begitu? Apakah rencana kekalnya? Dia
mati supaya dia menjadi 'Tuhan (Lord, Tuan,
Majikan, Penguasa)' bukan supaya dia menjadi Juruselamat. Perhatikan
kata-kata tersebut. Jika Anda yang menuliskan ayat ini, Anda mungkin
akan berkata supaya dia menjadi Juruselamat bagi yang hidup dan yang
mati. Bukan itu yang dikatakan oleh Paulus, yang dikatakan Paulus
adalah, "supaya Ia menjadi Tuan, baik atas orang-orang mati,
maupun atas orang-orang hidup, jadi entah kita ini termasuk yang hidup
atau pun yang mati (ay.8), tetap saja Kristuslah Penguasanya'.
Sekarang Anda bisa melihat bahwa terdapat suatu rencana kekal; suatu
rencana jangka panjang.
Kalimat
yang diterjemahkan 'supaya Ia menjadi Tuhan(Lord)', adalah kata kerja di
dalam bahasa aslinya. Di sini, Paulus berbicara tentang beberapa hal
yang tadinya menjadi penguasa atas hidup kita
sebelum Kristus membebaskan kita. Hal-hal apakah itu? Paulus
berkata bahwa maut adalah tuan kita. Dia berkata bahwa dosa adalah tuan
kita. Dan dia juga katakan bahwa hukum adalah
tuan kita. Ketiga hal ini saling berkaitan:
karena Anda telah melanggar hukum yang kekal, maka Anda masuk ke dalam
penguasaan dosa dan maut. Dengan kata lain, begitulah kejadiannya sampai
Anda menjadi budak. Kita menjadi budak maut. Bukankah kita ini memang
budak dari maut? Adakah orang di sini yang tidak akan mati? Kita semua
akan mati. Kita semua terkena hukuman mati. Kita
adalah budak maut. Sadarkah Anda akan hal ini? Kita tidak suka
memikirkan hal itu, akan tetapi kita memang sedang menanti ajal. Mungkin
besok, mungkin tiga tahun lagi, tiga puluh tahun lagi, yang jelas kita
semua akan mati. Yang tersisa bagi kita hanya masa depan yang gelap.
Masa depan macam apakah yang Anda miliki?
Hal ini
mengingatkan saya pada orang yang sedang menunggu gilirannya untuk
dihukum mati. Saat dia sedang menunggu ajalnya, dia mempelajari hukum,
dan mendapat gelar di bidang itu. Yah, ini memang pemanfaatan waktu yang
positif. Sangat positif. Setidaknya dia memahami proses hukum, dan dia
menulis buku tentang hukum, dalam upaya pembelaan dirinya berdasarkan
hukum yang telah dia pelajari itu. Yang saya tahu, hal itu tidak mampu
menyelamatkannya; dia tetap dihukum mati. Apakah gelar sarjana hukum itu
nanti bisa memberi manfaat buatnya di alam maut sana, saya sangat
meragukan hal itu. Namun setidaknya Anda bisa katakan bahwa dia telah
berpikir positif - kekuatan dari pikiran yang
positif. Jangan duduk saja dan mencemaskan kematian Anda. Raihlah
beberapa gelar sebelum dieksekusi. Namun, jalan apapun yang kita pilih,
bukankah keadaan kita sama saja dengan dia? Maksud saya, kita semua
sedang menunggu ajal. Sungguh gelap. Memang tidak menyenangkan cara
penyajian uraian semacam ini, akan tetapi kebenarannya memang tidak
menyenangkan, tak peduli dengan cara apa pun Anda menjelaskannya. Itulah
kebenarannya, bukankah begitu?
Dalam
kehidupan jasmani, kita semua masih menjadi budak
maut. Paulus berkata di 1 Korintus 15:53-54, sebelum kita mengenakan
tubuh baru yang akan diberikan oleh Kristus kepada kita, maka kita ini
masih menjadi budak maut. Maut masih akan mengklaim tubuh Anda dan saya.
Namun syukur kepada Allah, karena maut tidak akan bisa mengklaim jiwa
saya! Di bagian ini, Kristus telah menebus saya. Dan pada Hari itu, dia
juga akan menebus kita dari kerusakan jasmani. Yang fana ini akan
mengenakan yang tidak fana, yang dapat rusak ini akan mengenakan yang
tidak akan rusak, dan selanjutnya kita bisa berkata, "Hai maut, di
manakah sengatmu? Hai alam maut, di manakah kemenanganmu?" Namun sebelum
Hari itu, Anda dan saya masih berada di bawah hukuman mati. Dan yang
lebih buruk lagi, kita juga bisa jatuh ke dalam hukuman mati secara
rohani. Mati secara jasmani saja sudah cukup buruk, mati secara rohani
dan kekal seperti itu jelas lebih buruk lagi. Ketika Yesus berkata bahwa
dia memberi kita hidup yang kekal, berarti dia sedang membebaskan roh
kita. Penebusan masuk ke tahap yang lebih maju. Tahapan
yang pertama adalah penebusan 'manusia batiniah'. Tahapan selanjutnya
adalah penebusan 'manusia jasmaniah'.
Demikianlah, Yesus mati untuk bisa menjadi Tuan (Lord) kita. Anda
mungkin berkata, "Wah! Dia senang memerintah
orang lain. Dia mati supaya dia bisa menjadi
Tuan di atas kita!" Tahukah Anda bahwa jika dia
tidak menjadi Tuan Anda, Anda tidak punya pilihan lain kecuali menjadi
budak dari hal-hal yang lain? Hari ini, Anda harus memilih, apakah Anda
akan menjadikan Yesus sebagai Penguasa Anda, atau
Anda memilih maut dan dosa sebagai
Penguasa Anda? Anda harus memilih
salah satu dari kedua hal itu.
Umat
manusia berharap untuk tidak tunduk pada
kekuasaan siapapun. Namun ini jelas adalah hal
yang mustahil. Anda akan selalu berada dalam kekuasaan pihak lain. Jika
Anda di kampus, maka Anda berada di bawah kekuasaan profesor Anda. Jika
Anda bekerja di perusahaan, Anda berada di bawah kekuasaan bos Anda.
Jika Anda tinggal di bumi, maka Anda berada di bawah kekuasaan
pemerintah Anda. Jika tidak ada kekuasaan, maka kita akan hidup dalam
kekacauan. Pemerintah menjalankan kekuasaannya atas kita lewat berbagai
cara, dan siapakah yang akan mengeluhkan hal ini? Mereka menarik pajak
dari kita, beberapa dari antara kita membayar pajak dalam jumlah yang
besar - pajak bangunan, pajak tanah, pungutan SPP, pajak ini dan itu.
Dan Anda mungkin berkata, "Aku bekerja keras hanya untuk melihat uangku
lenyap diambil petugas pajak." Dia memiliki kekuasaan itu, dan jika Anda
bertengkar dengannya, maka Anda akan berada dalam masalah besar. Anda
selalu berada di bawah kekuasaan seseorang. Tak
ada tempat di mana Anda bisa hidup tanpa berada dalam kekuasaan orang
lain.
Dan
tidak ada hal yang lebih buruk dari berada di
bawah kekuasaan dosa serta maut. Jadi fakta bahwa Yesus telah mati untuk
mengambil kepemilikan atas kita adalah satu-satunya jalan bagi dia untuk
membebaskan kita dari kekuasaan dosa dan maut. Hanya itu jalannya. Itu
sebabnya mengapa saya katakan bahwa jika Yesus
bukan Tuan Anda, maka dia tidak bisa menjadi Juruselamat Anda. Tak ada
jalan bagi dia untuk menjadi Juruselamat Anda jika tidak terlebih
dahulu menjadi Tuan Anda.
Saya
bersukacita berada di bawah kedaulatan Kristus. Sangatlah indah bisa
berada di bawah kedaulatannya. Renungkanlah hal ini: seorang anak yang
berada di bawah kekuasaan ayah dan ibunya. Apakah si anak itu
berdukacita karena berada di bawah kekuasaan ayahnya? Tidak,
jika ayahnya adalah ayah yang baik. Si anak
bersukacita karena memiliki ayah seperti itu. Kekuasaan ini tidaklah
mendukakan. Sebaliknya, berada di bawah kekuasaan
orang tuanya merupakan sumber keselamatan,
keamanan dan sukacitanya. Tanpa kekuasaan tersebut, si anak mungkin
sudah kelaparan di jalanan. Tetapi karena dia memiliki ayah dan ibu, dan
hidup di bawah kekuasaan mereka, keselamatannya terjamin. Sang ayah
membela dan melindungi anaknya. Jika ada orang yang ingin menyakiti si
anak, mereka akan berhadapan dengan kemarahan sang ayah. Jika dia bukan
anak si ayah itu, maka ia harus melindungi
dirinya sendiri menghadapi kekuasaan dan kekuatan-kekuatan yang lebih
besar daripadanya. Saya bersukacita berada di bawah kedaulatan Kristus
karena dia adalah Pribadi yang mengasihi saya, yang kepeduliannya
terhadap saya jauh melebihi kepedulian orang lain terhadap saya.
Kekuasaannya tidak menjadi beban, tidak mendukakan hati. Akan tetapi
kekuasaan dunia ini sangatlah mendukakan hati. Kekuasaan dosa dan maut
sangat menyedihkan.
Demikianlah, kita mendapati kebutuhan untuk melangkah lebih maju lagi
dari pertanyaan ini, 'Jika dia adalah Tuan (Lord), lalu bagaimana kita
seharusnya menjalani hidup?' Pertama-tama, mengapa dia Tuan atau
Penguasa kita? Dia adalah Tuan kita karena dia telah
membeli kita. Dia telah membeli kita dengan harga yang mahal, camkanlah
hal ini! 1 Korintus 6:19-20, Rasul Paulus berkata kepada orang-orang
Kristen di Korintus: kamu bukan milik kamu sendiri. Diri Anda
bukan milik Anda sendiri. Mengapa? Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!
Anda
sudah tidak memiliki hak atas diri Anda sendiri lagi. Jika Anda telah
ditebus, berarti Yesus telah membeli Anda. Dia membeli Anda dengan
darahnya. Jika dia telah membeli Anda, maka Anda bukan lagi milik Anda
sendiri. Anda menjadi miliknya.
Apakah
Anda telah menjadi miliknya? Paulus menempatkan kita di dalam situasi
yang bertentangan. Ada dua kedudukan yang saling bertentangan di sini.
Anda menjadi milik Anda sendiri, dan itu berarti Anda tidak
diselamatkan, atau Anda menjadi milik Kristus, dan dengan demikian Anda
diselamatkan. Anda tidak bisa mempertahankan kepemilikan atas diri Anda
sambil diselamatkan. Itulah kontradiksi yang terdapat di sini. Anda
tidak bisa menjalani hidup bagi diri Anda sendiri dan tetap
diselamatkan. Dapatkah Anda melihat apa yang dimaksudkan di sini?
Jika Anda
memahami ini, maka Anda akan memahami apa yang dikatakan oleh Paulus di
dalam Roma 14:9. Apa yang dia katakan sebenarnya sangat sederhana dan
mudah dipahami. Dia sedang berkata, "Kristus mati untuk memperoleh
kepemilikan atas kita." Dengan cara itulah kita menjadi miliknya
pribadi. Dia menjadi majikan kita. Kata 'Lord (Tuan, Majikan)'
berarti 'pemilik', orang yang menjadi pemilik Anda. Apakah Anda tahu
makna ini? Saat saya berkata, "Lord Jesus," saya tidak mengucapkan
kata-kata tersebut sekadar untuk berbasa-basi. Maksud saya, Yesus
Kristus adalah pemilik saya, dia memiliki saya. Dengan cara bagaimana
dia memiliki saya? Dia telah membayar hidup saya dengan darahnya
sendiri. Dia telah membeli saya. Saya menjadi miliknya. Saya tidak
memiliki diri saya lagi. Dulunya saya mengikuti kemauan sendiri; menjadi
milik pribadi saya sendiri. Dan hasil dari kepemilikan pribadi itu
adalah saya ternyata membawa diri saya ke dalam penderitaan yang parah,
ke dalam dosa, kerusakan, sifat efois dan keangkuhan. Ke arah sanalah
kepemilikan pribadi ini menuntun saya.
Tetapi
sekarang, Kristuslah yang memiliki saya, dia menebus saya keluar dari
keadaan itu. Jika dia telah memiliki saya, maka saya adalah budaknya.
Paulus bermegah dengan sebutan: "Paulus, hamba Yesus Kristus", dia
memulai setiap suratnya dengan penuh sukacita lewat pernyataan tentang
kedaulatan Yesus dalam hidupnya, kepemilikan Yesus atas dirinya.
"Paulus, hamba" - kata yang diterjemahkan dengan istilah 'hamba'
sebenarnya adalah kata Yunani untuk istilah 'budak' - 'budak Yesus
Kristus'. Dia tidak mau disebut rasul. Dia tidak mau dipanggil dengan
berbagai sebutan yang megah. Dia hanya menginginkan panggilan ini,
"budak Yesus Kristus". Yang lebih baik daripada itu tidak akan bisa Anda
temukan.
·
Yesus telah mati untuk memiliki Anda
Sekarang
renungkan, apakah konsekuensi dari menjadi milik Yesus? Jika Anda
menjadi milik Yesus, Anda tidak lagi hidup demi diri Anda sendiri.
Seorang budak tidak hidup untuk dirinya sendiri. Seorang budak hidup
untuk majikannya.
Apa
konsekuensinya? Jika hari ini, Anda hidup untuk
diri Anda sendiri, melakukan apa yang Anda kehendaki saja, maka Anda
boleh melupakan keselamatan karena Anda tidak mendapat bagian di dalam
keselamatan itu. Saya memohon kepada Allah agar para penginjil boleh
memberitakan hal yang sebenarnya. Yesus menyelamatkan Anda bukan supaya
Anda boleh bertindak sesuka hati Anda, supaya Anda bisa melanjutkan
sikap egois dan angkuh yang lama; mengerjakan keinginan sendiri, tidak
peduli dengan apa akibatnya pada orang lain.
Yesus mati bukan untuk itu. Tidak!
Jika Anda
berharap untuk bisa diselamatkan oleh darahnya, maka Anda harus memahami
bahwa itu akan berarti sejak saat ini Anda
menjalani hidup hanya untuk dia. Itulah hal yang dia katakan. Ini
bukan pendapat saya pribadi. Perhatikan kata-kata di
Roma 14:7 - Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup
untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya
sendiri. Tak satu pun! Dia mengucapkan kata-kata
itu kepada orang-orang Kristen di Roma. Baik Anda atau
pun saya, tak satu pun di antara kita yang hidup untuk diri sendiri
lagi. Bahkan mati pun bukan demi diri kita sendiri, karena bahkan di
saat mati pun, kita masih miliknya. Kita adalah miliknya, entah dalam
keadaan hidup atau mati. Kita adalah kepunyaannya. Siapa bilang bahwa
hidup sepenuhnya buat Kristus hanya berlaku bagi para pelayan Kristen
yang full-time? Itu bukan ajaran yang alkitabiah. Yang diajarkan oleh
Alkitab adalah bahwa tak peduli siapapun Anda, selama Anda adalah orang
Kristen, Anda menjalani hidup hanya untuk dia.
Saya
mohon agar Anda bisa memahami hal ini dengan
baik, karena memang untuk itulah Kristus mati! Jika Kristus mati bagi
Anda, tetapi Anda masih hidup untuk diri Anda sendiri, maka dia tidak
mati bagi Anda karena Anda tidak menjadi miliknya. Bukti bahwa Anda
adalah miliknya terlihat dari kenyataan bahwa Anda hidup untuk dia hari
lepas hari, entah di kampus, di kantor atau di mana pun.
Apakah
arti dari hidup untuk Yesus? Paulus sudah menjelaskan hal ini. Artinya
adalah hidup untuk kemuliaannya. Hidup untuk Tuhan bukan berarti bahwa
Anda harus menjadi seorang penginjil. Anda bisa hidup untuk kemuliaan
dia entah di rumah, di kantor atau pun di sekolah, di mana saja, itulah
arti Anda hidup bagi kemuliaannya. Menginjil hanyalah satu sisi dari
hidup bagi kemuliaannya, bidang yang kecil saja.
Saya
nyaris tergoda untuk berkata bahwa menginjil adalah bidang yang paling
tidak penting. Yang paling penting adalah kehidupan sehari-hari
yang dijalani demi kemuliaan Allah Bapa di surga.
Menginjil adalah tindakan yang bisa Anda kerjakan beberapa kali
dalam seminggu. Apakah Anda pikir bahwa Anda sedang
menjalani hidup untuk Allah hanya pada jam-jam Anda sedang menginjil?
Atau ketika Anda sedang mengikuti PA? Allah tidak menghendaki hal itu!
Kita hidup untuk Allah di waktu kita terjaga mau pun tidur, dalam
keadaan hidup atau pun mati. Kita adalah milik Kristus dan Bapa di surga!
Anda bisa
hidup bagi Tuhan sebagai seorang ibu atau seorang
istri. Bagaimana? Anak Anda selalu mengamati Anda.
Entah Anda akan memuliakan Allah atau tidak di mata si anak, bergantung
pada Anda. Sebagai seorang
ibu, apakah Anda menjalani hidup bagi kemuliaan
Allah? Tahukah Anda bagaimana John
Wesley bisa menjadi penginjil besar. Tahukah Anda
mengapa? Karena ibunya. Bukan karena ayahnya, melainkan karena ibunya.
Ayahnya adalah seorang penginjil, akan tetapi Wesley malah berbicara
tentang ibunya, bukan ayahnya. Pengaruh ibunya terhadap dialah yang
membuat dia menjadi manusia Allah sebagaimana yang kita ketahui. Sang
ibu memuliakan Allah dalam penilaian si anak.
Atau,
katakanlah Anda sedang tinggal di apartemen. Bagaimana Anda bisa
memuliakan Allah di hadapan penghuni apartemen yang lainnya? Anda
memuliakan Allah dengan mengajak mereka makan bersama. Lalu, ketika
mereka sedang menikmati hidangan, Anda berkata, "Alkitab berkata," dan
Anda menceramahi mereka lewat cara ini. Itukah memuliakan Allah? Tidak
sama sekali! Mungkin hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk memuliakan
Allah adalah dengan menutup mulut. Karena saat Anda mulai membuka mulut,
mungkin Anda malah merusak suasana. Cara untuk memuliakan Allah adalah
dengan kepedulian: "Apakah Anda mau tambah nasi lagi?" Itulah yang
memuliakan Allah. Anda berkata, "Apa? Kupikir seharusnya dia bisa
mengambil sendiri nasi buatnya sementara aku menyampaikan isi Roma pasal
14 kepadanya." Tidak! Jika Anda sudah menawarkan tambahan nasi
kepadanya, saat ia telah selesai menikmati hidangan, dan jika saatnya
memang sudah tiba, saat dia memang ingin mendengar, maka Anda boleh
menyampaikan Roma 14 kepadanya. Sebelum itu, yang bisa Anda lakukan
untuk memuliakan Allah adalah dengan menunjukkan kepedulian kepadanya.
Itulah yang disebut memuliakan Allah. Memuliakan Allah adalah semua
tindakan yang akan membuat orang lain berkata, "Betapa indahnya karya
Allah di dalam kehidupan orang ini! Sungguh indah!"
Tapi apa
yang kita lihat di dalam gereja masa kini? Yang
saya lihat adalah ketidakpedulian, keegoisan, pemaksaan kehendak
pribadi. Kadang kala, cara orang tua mendisiplin anaknya justru membuat
saya merasa ngeri. Gambaran tentang kemuliaan Allah macam apa yang akan
didapatkan oleh anak-anak itu? Pandangan yang mereka dapatkan adalah,
"Baik, karena engkau lebih besar daripadaku, dan kebetulan kamu adalah
ibuku, ayahku, jika kamu menyuruhku melakukan ini, berarti aku harus
mengerjakannya. Aku mau mengenakan baju yang ini, tetapi kamu berkata,
'Tidak! Inilah baju yang harus kau pakai.' Baik, kamu dua kali lebih
besar daripadaku. Kamu akan memukulku kalau aku menolak, jadi aku harus
memakai baju yang kau pilih untukku." Itu disebut sebagai disiplin. Bagi
saya itu bukanlah disiplin. Anda bisa menanamkan disiplin, tapi
lakukanlah dengan cara di mana si anak bisa melihat kemuliaan Allah di
dalam hidup Anda - dan itulah hal yang penting.
Tanggung
jawab menjadi seorang ayah sangatlah mengerikan. Tanggung jawab untuk
merawat dan membesarkan anak saja sudah membuat kita berkeringat.
Tahukah Anda mengapa? Anda hanya bertemu dengan saya sekali dalam
seminggu di sini. Dengan begitu saya bisa menampilkan perilaku saya yang
terbaik di hadapan Anda. Saya datang ke gereja, Anda bisa melihat dasi
saya yang bagus, dan jaket saya juga. Anda menatap ke arah saya, si
pendeta, dan melihat bahwa orang ini selalu ramah, rajin menggosok gigi,
selalu tersenyum, selalu baik. Apakah Anda mengetahui siapa saya?
Pernahkah Anda melihat saya di dalam rumah? Di sanalah anak-anak
mengamati Anda. Hari demi hari, anak-anak Anda mengamati Anda. Tidak
bisa memalsukan penampilan! Inilah ujiannya - ujian sepanjang hari.
Saat
orang lain hidup bersama Anda, mereka akan mengamati Anda. Mereka
mengamati perilaku Anda. Mereka tahu siapa Anda sebenarnya. Tak ada
kepura-puraan, tak ada sandiwara, semuanya asli. Itu sebabnya anak-anak
bisa membuat Anda berkeringat dingin. Tahukah Anda mengapa? Karena
seorang anak akan dengan jujur berkata, "Tahukah kamu, ayahku melakukan
ini dan itu. Dan ibuku berbuat ini dan itu." Mereka seperti stasiun
siaran radio. Apa yang perlu Anda ketahui? Tanyakan saja kepada anak
kecil dan dia akan memberitahukan segalanya kepada Anda, hal-hal tentang
ayah dan ibunya. Tak ada rahasia! Jika anak saya datang dan berkata
kepada Anda, "Tahukah Anda, ayahku seorang pemarah," maka saya lebih
baik menutup Alkitab dan pergi dari sini. Maksud saya, tak ada lagi hal
yang layak untuk saya sampaikan, bukankah begitu? Anda akan berkata
kepada saya, "Munafik! Di atas mimbar dia berkata tentang orang-orang
yang disucikan bagi kemuliaan Allah. Perhatikan dia, bahkan anaknya
sendiri berkata bahwa dia seorang pemarah." Saya tidak bisa menginjil
lagi, tamat sudah riwayat saya! Inilah poinnya. Menjadi seorang
Kristen dan memuliakan Allah, berarti menjalani
hidup hari demi hari dengan mencerminkan
kemuliaan Allah.
Jangan
pernah berpikir bahwa jika masalahnya hanya di
antara suami dan istri, maka tidak akan sampai meluas ke mana-mana.
"Boleh saja kita saling bersikap kasar, saling berteriak. Lagi pula,
kamu kan istriku, kamu kan suamiku. Untuk apa kita menikah? Supaya kita
bisa saling membentak, bukankah begitu?" Bagi
seorang istri Kristen, suami Anda setiap hari mengamati Anda.
Apakah dia melihat kemuliaan Allah di dalam diri
Anda? Penghargaan tertinggi yang bisa diberikan oleh
seorang laki-laki kepada istrinya adalah dengan berkata, "Aku melihat
kecantikan Kristus di dalam dirinya." Bukannya setebal apa bedak
di wajahnya dan seberapa banyak rias mata yang dia
pakai. Tahukah Anda bahwa Anda bisa menjadi batu
sandungan bagi istri Anda? Tahukah Anda bahwa Anda bisa menjadi
sandungan bagi suami Anda? Tahukah Anda bahwa Anda bisa melukai dia
secara rohani?
Untuk
apakah Yesus mati? Yesus mati untuk menguduskan buat dia suatu umat yang
memancarkan kecantikan asli dari Kristus yang tidak merupakan sandiwara
dan yang tidak mengandung kepura-puraan. Saat
orang melihat, yang terlihat adalah pengungkapan
kemuliaan Kristus. Untuk inilah Kristus telah mati. Dan hati saya sangat
berduka, saudara-saudariku, sangat sedih hati saya jika melihat orang
Kristen yang tidak bertenggang rasa, hal itu
sesuatu yang sangat jahat. Saat
orang Kristen bersikap kasar, hal
itu merupakan kejahatan. Jika seorang Kristen
tidak bisa bekerja dengan baik, apakah dia
dapat memuliakan Allah di hadapan bosnya. Tentu
saja tidak! Di dalam setiap bidang kita dipanggil untuk
menyatakan kemuliaan Allah dengan menjadi terang
dunia! Untuk itulah Kristus mati! Entah kita
dalam keadaan hidup atau mati, kita jalani hidup ini demi Yesus.
Jika kita tidak hidup seperti itu, maka Kristus telah
mati secara sia-sia.
3. 2
Korintus 5:15 - Yesus mati supaya Anda hidup
untuknya
Sisa dua
ayat berikutnya sangatlah mirip dengan ini. Saya tidak akan mengambil
banyak waktu untuk 2 Korintus 5:15 karena ayat ini menyatakan hal yang
sangat mirip dengan Roma 14:9. Kita akan membacanya dari ayat 14 untuk
mendapatkan konteksnya: Sebab kasih Kristus yang menguasai kami,
karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua
orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua
orang - untuk tujuan apa dia mati bagi
semua orang? - supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.
Mengapa
Yesus mati bagi Anda? Yesus mati bagi
Anda supaya Anda tidak menjalani hidup demi diri Anda sendiri lagi.
Paulus menyatakan apa yang sudah dia sampaikan di Roma 14 dengan sangat
jelas. Sebelumnya, Anda hidup untuk diri Anda sendiri, namun sekarang,
Anda tidak hidup untuk diri Anda sendiri lagi. Sebelumya, Anda
mengerjakan apa yang Anda inginkan saja, tapi sekarang, Anda tidak lagi
berbuat sesuka hati. Mungkin Anda tadinya seorang yang pemarah, tetapi
sekarang Anda tidak mendapatkan kemewahan semacam itu lagi. Sejak saat
ini, karena Kristus tidak suka Anda kehilangan
kendali, dia lebih suka Anda menjadi baik, maka Anda menjadi baik demi
dia. Dia mati untuk itu. Dapatkah Anda memahami mengapa dia mati?
Saya
meratap ketika melihat orang-orang Kristen, atau ketika diri saya
sendiri, bersikap tidak tenggang rasa. Saya meratap karena, dengan
demikian berarti, saya sedang menyatakan, "Kritus mati secara sia-sia.
Dia mati supaya saya bisa terlihat indah, tetapi lihatlah sekarang,
betapa buruknya saya! Dia mati supaya saya bisa memancarkan pujian dan
kemuliaan bagi dia, menjadi rajin dan bergemar dalam perbuatan baik,
tetapi lihatlah saya, saya tidak rajin mengerjakan hal-hal itu karena
saya egois." Jika Anda egois, maka Anda tidak akan bergemar dalam
mengerjakan apa yang baik karena melakukan perbuatan baik akan sangat
melelahkan bagi Anda.
Sekarang,
apakah Anda mengerti mengapa saya selalu saja berbicara tentang komitmen
total? Karena itu semua adalah makna dari komitmen total. Makna dari
komitmen total tidak lain adalah hidup demi Yesus setiap saat. Tak ada
hal yang rumit untuk dipahami. Itulah alasan mengapa saya berkata
bahwa tanpa komitmen total maka Anda tidak menjadi milik Kristus. Bukti
dari kepemilikan Kristus adalah hidup buat Allah setiap hari.
4. 1
Tesalonika 5:10 - Yesus mati supaya 'kita hidup
bersama-sama dengan dia'
Mari kita
masuk ke kutipan yang terakhir di 1 Tesalonika
5:10. Perhatikan bahwa Paulus memberikan jawaban yang secara berimbang
dan konsisten kepada setiap jemaat. 1 Tesalonika 5:10: Yang sudah
mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita
hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah
seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang
kamu lakukan. Yesus telah mati bagi kita, untuk tujuan apa? Supaya,
entah kita mati atau hidup, entah kita sedang terjaga ataupun tidur,
siang mau pun malam, kita menjalani hidup - dan inilah sedikit
perbedaannya dengan ayat-ayat yang lain - tidak sekadar 'untuk dia'
tetapi juga 'bersama-sama dengan dia'. Di sini, ada ungkapan 'hidup
bersama-sama dengan dia'; berada di dalam
persekutuan dengan dia. Ada perkembangan pemikiran di sini - kita 'hidup
bersama-sama dengan dia'.
Tahukah
Anda apa artinya 'hidup bersama-sama dengan Kristus'?
Jika Anda tahu apa artinya hidup bersama dengan orang lain di dalam
sebuah apartemen, maka Anda akan tahu apa artinya 'hidup bersama-sama
dengan dia'. Anda bisa saja hidup untuk orang lain tanpa harus
bersama-sama dengan dia. Sebagai contoh, Anda bekerja untuk bos Anda,
akan tetapi Anda tidak tinggal bersama-sama dengan bos Anda. Hidup
bersama dengan seseorang berarti suatu persekutuan, suatu kebersamaan
dengan orang tersebut. Yesus telah mati supaya kita bisa bersekutu
dengannya. Itulah yang disebut dengan doa! Doa tidak sekadar saat Anda
berlutut selama dua atau lima menit. Doa berarti hidup bersama dengan
Yesus. Itulah suatu cara menjalani kehidupan. Apakah Anda hidup bersama
dengan Yesus? Menjalani hidup bersama-sama dengan
Yesus, itulah doa. Ketika Anda menerapkan ajaran
Yesus ke dalam hidup Anda setiap hari, menjalani
hidup dengan dia, itulah doa. Doa bukanlah gumaman yang keluar dari
mulut Anda. Doa adalah hal yang keluar dari dalam hati.
Seperti
yang dikatakan di Matius 12:30,
tidaklah cukup jika hanya menjadi orang yang mendukung dia, yang
penting adalah bersama-sama dengan dia. Jadi, pertanyaannya
bukanlah apakah Anda mendukung Yesus atau tidak, melainkan apakah Anda
bersama dengan dia atau tidak. Sebagai contoh, katakanlah ada dua
orang yang sedang bertinju di atas ring tinju, mereka bertinju dengan
sangat seru, dan Anda mendukung salah satunya. Anda bersorak bagi orang
ini, "Ayo! Pukul dia! Pukul lebih keras lagi! Tidak! Pakai upper cut
dari sini! Sebelah kiri!" Anda berseru lantang karena Anda mendukung
dia. Dan setiap kali orang itu terpukul, hati
Anda terasa sakit. Setiap kali dia memukul lawannya, semangat
Anda bangkit kembali. Demikianlah, semangat Anda
jatuh dan bangun berulang kali. Anda berjingkrak-jingkrak di kursi Anda
sepanjang waktu. Anda mendukung dia, sangat mendukung dia. Akan tetapi
mendukung dia tidak sama dengan bersama-sama dengan dia karena sekadar
mendukung tidak membantu orang itu menjatuhkan lawannya.
Bersama-sama dengan dia berarti Anda berada di atas ring
tinju bersamanya. Sebagai contoh, Anda melihat ada orang yang sedang
diserang di jalanan, dan Anda berkata, "Ayo! Ayo!" Anda menyemangati
dia. Hal itu sama sekali tidak membantu dia. Dia tetap saja diserang.
Tetapi bersama-sama dengan dia berarti Anda masuk ke gelanggang
dan mendampinginya. Anda memberinya pertolongan. Itulah yang disebut
bersama-sama dengan dia. Jika ada orang yang maju berperang,
tidaklah cukup sekadar menyemangati dia, "Bagus! Aku akan memukul
genderang! Kamu yang maju berperang! Aku akan menabuh genderang di
sini!" Bersama-sama dengan dia berarti jika dia maju bertempur, maka
Anda juga mengangkat bendera, senjata dan ikut melangkah di belakangnya,
atau di sampingnya. Itulah artinya bersama-sama dengan dia. Kita selalu
siap untuk menyemangati orang lain, selama tidak terlalu banyak
menimbulkan pengorbanan bagi kita, bukankah begitu?
Demikianlah, Paulus melangkah lebih maju lagi, menutup jurang antara
ajaran dengan kehidupan sehari-hari: Yang sudah mati untuk kita,
supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup
bersama-sama dengan Dia. Kita harus selalu berdiri di sisinya dan
kita terus aktif ikut serta dalam melakukan segalanya demi
kemuliaan Yesus dan Allah Bapa di surga.
Yesus
mati untuk mewujudkan masyarakat yang baru!
Jadi,
kita telah melihat jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengapa Yesus mati?
Saya harap jawaban ini jelas buat Anda. Janganlah sekadar berkata bahwa
dia mati untuk menyelamatkan saya. Itu hanya satu bagian dari
kebenarannya. Jangan sekadar berkata Yesus mati karena dia mengasihi
saya. Itu juga hanya satu bagian dari motivasinya untuk mati. Jawaban
lengkapnya tidak seperti itu. Yang kita bahas adalah mengapa dia mati,
dalam pengertian, apakah rencana dan tujuan kekalnya? Dan kita mendapati
bahwa jawaban untuk pertanyaan ini sangat jelas.
Yesus mati untuk menguduskan baginya suatu umat
kepunyaannya sendiri. Dan karena mereka adalah miliknya pribadi, maka
mereka harus hidup bagi kemuliaan Allah Bapa setiap saat, setiap hari.
Tantangan yang sungguh indah. Dan karena mereka hidup bagi kemuliaan
Allah Bapa, maka orang lain akan tertarik datang kepada-Nya, orang lain
bisa memperoleh hidup yang kekal. Mereka menemukan terang itu melalui
kita. Orang lain tertarik untuk masuk ke dalam hidup yang baru ini.
Hidup yang tidak harus diisi dengan keegoisan, keangkuhan, dan
kebencian. Ini adalah hidup yang dijalani di mana akan terbentuk
satu masyarakat yang saling menasehati,
saling membangun dan yang saling peduli.
Suatu masyarakat baru di mana kasih dan keadilan berdiam
di dalamnya. Ini adalah visi yang sangat indah!
Saat
Yesus mati, saat dia menghembuskan nafas terakhirnya di atas
kayu salib, saya yakin bahwa itu adalah saat bersukacita
baginya karena visi ini telah meneguhkannya sampai dengan saat yang
terakhir - yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti
sukacita yang disediakan bagi Dia.
Kiranya hari ini saat
kita merayakan Paskah, kita bisa memberi Yesus Kristus sukacita yang
besar, bukannya hanya meneteskan air mata atas kematiannya, tapi bangkit
dan berkata, "Tuhan, engkau telah mati untuk tujuan ini. Engkau telah
menjadikan aku milikmu, membeliku dengan darahmu. Dengan kasih
karuniamu, aku akan menjalani hidup demi kemuliaan Allah Bapa di surga.
Aku akan menjalani hidup ini dengan cara yang menyenangkan Bapa,
sehingga ketika engkau mengenangkan lagi kayu salib dan semua
penderitaan yang telah kau lalui, engkau akan bersukacita. Engkau akan
melihat hasil dari jerih payahmu dan bersukacita!"
SELESAI
Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org
0 komentar:
Posting Komentar