Home » , , , , » Apakah tujuan kekal Yesus mati bagi kita? Bagian 2 (Selesai)

Apakah tujuan kekal Yesus mati bagi kita? Bagian 2 (Selesai)

Ditulis Oleh Admin pada Rabu, 27 Maret 2013 | 07:00


2. Roma 14:9 - Yesus mati untuk memperoleh kemilikan atas kita
· Yesus mati untuk memerdekakan kita dari kekuasaan dosa dan kematian rohani
Kita akan masuk ke ayat yang berikutnya. Roma 14:9 - Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, untuk apa? Supaya Kristus menjadi Tuhan (Lord), baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup. Ini bukanlah penjelasan yang ingin Anda dengar, bukankah begitu? Apakah rencana kekalnya? Dia mati supaya dia menjadi 'Tuhan (Lord, Tuan, Majikan, Penguasa)' bukan supaya dia menjadi Juruselamat. Perhatikan kata-kata tersebut. Jika Anda yang menuliskan ayat ini, Anda mungkin akan berkata supaya dia menjadi Juruselamat bagi yang hidup dan yang mati. Bukan itu yang dikatakan oleh Paulus, yang dikatakan Paulus adalah, "supaya Ia menjadi Tuan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup, jadi entah kita ini termasuk yang hidup atau pun yang mati (ay.8), tetap saja Kristuslah Penguasanya'. Sekarang Anda bisa melihat bahwa terdapat suatu rencana kekal; suatu rencana jangka panjang.

Kalimat yang diterjemahkan 'supaya Ia menjadi Tuhan(Lord)', adalah kata kerja di dalam bahasa aslinya. Di sini, Paulus berbicara tentang beberapa hal yang tadinya menjadi penguasa atas hidup kita sebelum Kristus membebaskan kita. Hal-hal apakah itu? Paulus berkata bahwa maut adalah tuan kita. Dia berkata bahwa dosa adalah tuan kita. Dan dia juga katakan bahwa hukum adalah tuan kita. Ketiga hal ini saling berkaitan: karena Anda telah melanggar hukum yang kekal, maka Anda masuk ke dalam penguasaan dosa dan maut. Dengan kata lain, begitulah kejadiannya sampai Anda menjadi budak. Kita menjadi budak maut. Bukankah kita ini memang budak dari maut? Adakah orang di sini yang tidak akan mati? Kita semua akan mati. Kita semua terkena hukuman mati. Kita adalah budak maut. Sadarkah Anda akan hal ini? Kita tidak suka memikirkan hal itu, akan tetapi kita memang sedang menanti ajal. Mungkin besok, mungkin tiga tahun lagi, tiga puluh tahun lagi, yang jelas kita semua akan mati. Yang tersisa bagi kita hanya masa depan yang gelap. Masa depan macam apakah yang Anda miliki?

Hal ini mengingatkan saya pada orang yang sedang menunggu gilirannya untuk dihukum mati. Saat dia sedang menunggu ajalnya, dia mempelajari hukum, dan mendapat gelar di bidang itu. Yah, ini memang pemanfaatan waktu yang positif. Sangat positif. Setidaknya dia memahami proses hukum, dan dia menulis buku tentang hukum, dalam upaya pembelaan dirinya berdasarkan hukum yang telah dia pelajari itu. Yang saya tahu, hal itu tidak mampu menyelamatkannya; dia tetap dihukum mati. Apakah gelar sarjana hukum itu nanti bisa memberi manfaat buatnya di alam maut sana, saya sangat meragukan hal itu. Namun setidaknya Anda bisa katakan bahwa dia telah berpikir positif - kekuatan dari pikiran yang positif. Jangan duduk saja dan mencemaskan kematian Anda. Raihlah beberapa gelar sebelum dieksekusi. Namun, jalan apapun yang kita pilih, bukankah keadaan kita sama saja dengan dia? Maksud saya, kita semua sedang menunggu ajal. Sungguh gelap. Memang tidak menyenangkan cara penyajian uraian semacam ini, akan tetapi kebenarannya memang tidak menyenangkan, tak peduli dengan cara apa pun Anda menjelaskannya. Itulah kebenarannya, bukankah begitu?

Dalam kehidupan jasmani, kita semua masih menjadi budak maut. Paulus berkata di 1 Korintus 15:53-54, sebelum kita mengenakan tubuh baru yang akan diberikan oleh Kristus kepada kita, maka kita ini masih menjadi budak maut. Maut masih akan mengklaim tubuh Anda dan saya. Namun syukur kepada Allah, karena maut tidak akan bisa mengklaim jiwa saya! Di bagian ini, Kristus telah menebus saya. Dan pada Hari itu, dia juga akan menebus kita dari kerusakan jasmani. Yang fana ini akan mengenakan yang tidak fana, yang dapat rusak ini akan mengenakan yang tidak akan rusak, dan selanjutnya kita bisa berkata, "Hai maut, di manakah sengatmu? Hai alam maut, di manakah kemenanganmu?" Namun sebelum Hari itu, Anda dan saya masih berada di bawah hukuman mati. Dan yang lebih buruk lagi, kita juga bisa jatuh ke dalam hukuman mati secara rohani. Mati secara jasmani saja sudah cukup buruk, mati secara rohani dan kekal seperti itu jelas lebih buruk lagi. Ketika Yesus berkata bahwa dia memberi kita hidup yang kekal, berarti dia sedang membebaskan roh kita. Penebusan masuk ke tahap yang lebih maju. Tahapan yang pertama adalah penebusan 'manusia batiniah'. Tahapan selanjutnya adalah penebusan 'manusia jasmaniah'.

Demikianlah, Yesus mati untuk bisa menjadi Tuan (Lord) kita. Anda mungkin berkata, "Wah! Dia senang memerintah orang lain. Dia mati supaya dia bisa menjadi Tuan di atas kita!" Tahukah Anda bahwa jika dia tidak menjadi Tuan Anda, Anda tidak punya pilihan lain kecuali menjadi budak dari hal-hal yang lain? Hari ini, Anda harus memilih, apakah Anda akan menjadikan Yesus sebagai Penguasa Anda, atau Anda memilih maut dan dosa sebagai Penguasa Anda? Anda harus memilih salah satu dari kedua hal itu. 

Umat manusia berharap untuk tidak tunduk pada kekuasaan siapapun. Namun ini jelas adalah hal yang mustahil. Anda akan selalu berada dalam kekuasaan pihak lain. Jika Anda di kampus, maka Anda berada di bawah kekuasaan profesor Anda. Jika Anda bekerja di perusahaan, Anda berada di bawah kekuasaan bos Anda. Jika Anda tinggal di bumi, maka Anda berada di bawah kekuasaan pemerintah Anda. Jika tidak ada kekuasaan, maka kita akan hidup dalam kekacauan. Pemerintah menjalankan kekuasaannya atas kita lewat berbagai cara, dan siapakah yang akan mengeluhkan hal ini? Mereka menarik pajak dari kita, beberapa dari antara kita membayar pajak dalam jumlah yang besar - pajak bangunan, pajak tanah, pungutan SPP, pajak ini dan itu. Dan Anda mungkin berkata, "Aku bekerja keras hanya untuk melihat uangku lenyap diambil petugas pajak." Dia memiliki kekuasaan itu, dan jika Anda bertengkar dengannya, maka Anda akan berada dalam masalah besar. Anda selalu berada di bawah kekuasaan seseorang. Tak ada tempat di mana Anda bisa hidup tanpa berada dalam kekuasaan orang lain. 

Dan tidak ada hal yang lebih buruk dari berada di bawah kekuasaan dosa serta maut. Jadi fakta bahwa Yesus telah mati untuk mengambil kepemilikan atas kita adalah satu-satunya jalan bagi dia untuk membebaskan kita dari kekuasaan dosa dan maut. Hanya itu jalannya. Itu sebabnya mengapa saya katakan bahwa jika Yesus bukan Tuan Anda, maka dia tidak bisa menjadi Juruselamat Anda. Tak ada jalan bagi dia untuk menjadi Juruselamat Anda jika tidak terlebih dahulu menjadi Tuan Anda.

Saya bersukacita berada di bawah kedaulatan Kristus. Sangatlah indah bisa berada di bawah kedaulatannya. Renungkanlah hal ini: seorang anak yang berada di bawah kekuasaan ayah dan ibunya. Apakah si anak itu berdukacita karena berada di bawah kekuasaan ayahnya? Tidak, jika ayahnya adalah ayah yang baik. Si anak bersukacita karena memiliki ayah seperti itu. Kekuasaan ini tidaklah mendukakan. Sebaliknya, berada di bawah kekuasaan orang tuanya merupakan sumber keselamatan, keamanan dan sukacitanya. Tanpa kekuasaan tersebut, si anak mungkin sudah kelaparan di jalanan. Tetapi karena dia memiliki ayah dan ibu, dan hidup di bawah kekuasaan mereka, keselamatannya terjamin. Sang ayah membela dan melindungi anaknya. Jika ada orang yang ingin menyakiti si anak, mereka akan berhadapan dengan kemarahan sang ayah. Jika dia bukan anak si ayah itu, maka ia harus melindungi dirinya sendiri menghadapi kekuasaan dan kekuatan-kekuatan yang lebih besar daripadanya. Saya bersukacita berada di bawah kedaulatan Kristus karena dia adalah Pribadi yang mengasihi saya, yang kepeduliannya terhadap saya jauh melebihi kepedulian orang lain terhadap saya. Kekuasaannya tidak menjadi beban, tidak mendukakan hati. Akan tetapi kekuasaan dunia ini sangatlah mendukakan hati. Kekuasaan dosa dan maut sangat menyedihkan.
Demikianlah, kita mendapati kebutuhan untuk melangkah lebih maju lagi dari pertanyaan ini, 'Jika dia adalah Tuan (Lord), lalu bagaimana kita seharusnya menjalani hidup?' Pertama-tama, mengapa dia Tuan atau Penguasa kita? Dia adalah Tuan kita karena dia telah membeli kita. Dia telah membeli kita dengan harga yang mahal, camkanlah hal ini! 1 Korintus 6:19-20, Rasul Paulus berkata kepada orang-orang Kristen di Korintus: kamu bukan milik kamu sendiri. Diri Anda bukan milik Anda sendiri. Mengapa? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu

Anda sudah tidak memiliki hak atas diri Anda sendiri lagi. Jika Anda telah ditebus, berarti Yesus telah membeli Anda. Dia membeli Anda dengan darahnya. Jika dia telah membeli Anda, maka Anda bukan lagi milik Anda sendiri. Anda menjadi miliknya. 

Apakah Anda telah menjadi miliknya? Paulus menempatkan kita di dalam situasi yang bertentangan. Ada dua kedudukan yang saling bertentangan di sini. Anda menjadi milik Anda sendiri, dan itu berarti Anda tidak diselamatkan, atau Anda menjadi milik Kristus, dan dengan demikian Anda diselamatkan. Anda tidak bisa mempertahankan kepemilikan atas diri Anda sambil diselamatkan. Itulah kontradiksi yang terdapat di sini. Anda tidak bisa menjalani hidup bagi diri Anda sendiri dan tetap diselamatkan. Dapatkah Anda melihat apa yang dimaksudkan di sini? 
 
Jika Anda memahami ini, maka Anda akan memahami apa yang dikatakan oleh Paulus di dalam Roma 14:9. Apa yang dia katakan sebenarnya sangat sederhana dan mudah dipahami. Dia sedang berkata, "Kristus mati untuk memperoleh kepemilikan atas kita." Dengan cara itulah kita menjadi miliknya pribadi. Dia menjadi majikan kita. Kata 'Lord (Tuan, Majikan)' berarti 'pemilik', orang yang menjadi pemilik Anda. Apakah Anda tahu makna ini? Saat saya berkata, "Lord Jesus," saya tidak mengucapkan kata-kata tersebut sekadar untuk berbasa-basi. Maksud saya, Yesus Kristus adalah pemilik saya, dia memiliki saya. Dengan cara bagaimana dia memiliki saya? Dia telah membayar hidup saya dengan darahnya sendiri. Dia telah membeli saya. Saya menjadi miliknya. Saya tidak memiliki diri saya lagi. Dulunya saya mengikuti kemauan sendiri; menjadi milik pribadi saya sendiri. Dan hasil dari kepemilikan pribadi itu adalah saya ternyata membawa diri saya ke dalam penderitaan yang parah, ke dalam dosa, kerusakan, sifat efois dan keangkuhan. Ke arah sanalah kepemilikan pribadi ini menuntun saya. 

Tetapi sekarang, Kristuslah yang memiliki saya, dia menebus saya keluar dari keadaan itu. Jika dia telah memiliki saya, maka saya adalah budaknya. Paulus bermegah dengan sebutan: "Paulus, hamba Yesus Kristus", dia memulai setiap suratnya dengan penuh sukacita lewat pernyataan tentang kedaulatan Yesus dalam hidupnya, kepemilikan Yesus atas dirinya. "Paulus, hamba" - kata yang diterjemahkan dengan istilah 'hamba' sebenarnya adalah kata Yunani untuk istilah 'budak' - 'budak Yesus Kristus'. Dia tidak mau disebut rasul. Dia tidak mau dipanggil dengan berbagai sebutan yang megah. Dia hanya menginginkan panggilan ini, "budak Yesus Kristus". Yang lebih baik daripada itu tidak akan bisa Anda temukan.

· Yesus telah mati untuk memiliki Anda
Sekarang renungkan, apakah konsekuensi dari menjadi milik Yesus? Jika Anda menjadi milik Yesus, Anda tidak lagi hidup demi diri Anda sendiri. Seorang budak tidak hidup untuk dirinya sendiri. Seorang budak hidup untuk majikannya.
Apa konsekuensinya? Jika hari ini, Anda hidup untuk diri Anda sendiri, melakukan apa yang Anda kehendaki saja, maka Anda boleh melupakan keselamatan karena Anda tidak mendapat bagian di dalam keselamatan itu. Saya memohon kepada Allah agar para penginjil boleh memberitakan hal yang sebenarnya. Yesus menyelamatkan Anda bukan supaya Anda boleh bertindak sesuka hati Anda, supaya Anda bisa melanjutkan sikap egois dan angkuh yang lama; mengerjakan keinginan sendiri, tidak peduli dengan apa akibatnya pada orang lain. Yesus mati bukan untuk itu. Tidak! 

Jika Anda berharap untuk bisa diselamatkan oleh darahnya, maka Anda harus memahami bahwa itu akan berarti sejak saat ini Anda menjalani hidup hanya untuk dia. Itulah hal yang dia katakan. Ini bukan pendapat saya pribadi. Perhatikan kata-kata di Roma 14:7 - Sebab tidak ada seorangpun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya sendiri. Tak satu pun! Dia mengucapkan kata-kata itu kepada orang-orang Kristen di Roma. Baik Anda atau pun saya, tak satu pun di antara kita yang hidup untuk diri sendiri lagi. Bahkan mati pun bukan demi diri kita sendiri, karena bahkan di saat mati pun, kita masih miliknya. Kita adalah miliknya, entah dalam keadaan hidup atau mati. Kita adalah kepunyaannya. Siapa bilang bahwa hidup sepenuhnya buat Kristus hanya berlaku bagi para pelayan Kristen yang full-time? Itu bukan ajaran yang alkitabiah. Yang diajarkan oleh Alkitab adalah bahwa tak peduli siapapun Anda, selama Anda adalah orang Kristen, Anda menjalani hidup hanya untuk dia. 

Saya mohon agar Anda bisa memahami hal ini dengan baik, karena memang untuk itulah Kristus mati! Jika Kristus mati bagi Anda, tetapi Anda masih hidup untuk diri Anda sendiri, maka dia tidak mati bagi Anda karena Anda tidak menjadi miliknya. Bukti bahwa Anda adalah miliknya terlihat dari kenyataan bahwa Anda hidup untuk dia hari lepas hari, entah di kampus, di kantor atau di mana pun.
Apakah arti dari hidup untuk Yesus? Paulus sudah menjelaskan hal ini. Artinya adalah hidup untuk kemuliaannya. Hidup untuk Tuhan bukan berarti bahwa Anda harus menjadi seorang penginjil. Anda bisa hidup untuk kemuliaan dia entah di rumah, di kantor atau pun di sekolah, di mana saja, itulah arti Anda hidup bagi kemuliaannya. Menginjil hanyalah satu sisi dari hidup bagi kemuliaannya, bidang yang kecil saja. 

Saya nyaris tergoda untuk berkata bahwa menginjil adalah bidang yang paling tidak penting. Yang paling penting adalah kehidupan sehari-hari yang dijalani demi kemuliaan Allah Bapa di surga. Menginjil adalah tindakan yang bisa Anda kerjakan beberapa kali dalam seminggu. Apakah Anda pikir bahwa Anda sedang menjalani hidup untuk Allah hanya pada jam-jam Anda sedang menginjil? Atau ketika Anda sedang mengikuti PA? Allah tidak menghendaki hal itu! Kita hidup untuk Allah di waktu kita terjaga mau pun tidur, dalam keadaan hidup atau pun mati. Kita adalah milik Kristus dan Bapa di surga!

Anda bisa hidup bagi Tuhan sebagai seorang ibu atau seorang istri. Bagaimana? Anak Anda selalu mengamati Anda. Entah Anda akan memuliakan Allah atau tidak di mata si anak, bergantung pada Anda. Sebagai seorang ibu, apakah Anda menjalani hidup bagi kemuliaan Allah? Tahukah Anda bagaimana John Wesley bisa menjadi penginjil besar. Tahukah Anda mengapa? Karena ibunya. Bukan karena ayahnya, melainkan karena ibunya. Ayahnya adalah seorang penginjil, akan tetapi Wesley malah berbicara tentang ibunya, bukan ayahnya. Pengaruh ibunya terhadap dialah yang membuat dia menjadi manusia Allah sebagaimana yang kita ketahui. Sang ibu memuliakan Allah dalam penilaian si anak.

Atau, katakanlah Anda sedang tinggal di apartemen. Bagaimana Anda bisa memuliakan Allah di hadapan penghuni apartemen yang lainnya? Anda memuliakan Allah dengan mengajak mereka makan bersama. Lalu, ketika mereka sedang menikmati hidangan, Anda berkata, "Alkitab berkata," dan Anda menceramahi mereka lewat cara ini. Itukah memuliakan Allah? Tidak sama sekali! Mungkin hal terbaik yang bisa Anda lakukan untuk memuliakan Allah adalah dengan menutup mulut. Karena saat Anda mulai membuka mulut, mungkin Anda malah merusak suasana. Cara untuk memuliakan Allah adalah dengan kepedulian: "Apakah Anda mau tambah nasi lagi?" Itulah yang memuliakan Allah. Anda berkata, "Apa? Kupikir seharusnya dia bisa mengambil sendiri nasi buatnya sementara aku menyampaikan isi Roma pasal 14 kepadanya." Tidak! Jika Anda sudah menawarkan tambahan nasi kepadanya, saat ia telah selesai menikmati hidangan, dan jika saatnya memang sudah tiba, saat dia memang ingin mendengar, maka Anda boleh menyampaikan Roma 14 kepadanya. Sebelum itu, yang bisa Anda lakukan untuk memuliakan Allah adalah dengan menunjukkan kepedulian kepadanya. Itulah yang disebut memuliakan Allah. Memuliakan Allah adalah semua tindakan yang akan membuat orang lain berkata, "Betapa indahnya karya Allah di dalam kehidupan orang ini! Sungguh indah!"

Tapi apa yang kita lihat di dalam gereja masa kini? Yang saya lihat adalah ketidakpedulian, keegoisan, pemaksaan kehendak pribadi. Kadang kala, cara orang tua mendisiplin anaknya justru membuat saya merasa ngeri. Gambaran tentang kemuliaan Allah macam apa yang akan didapatkan oleh anak-anak itu? Pandangan yang mereka dapatkan adalah, "Baik, karena engkau lebih besar daripadaku, dan kebetulan kamu adalah ibuku, ayahku, jika kamu menyuruhku melakukan ini, berarti aku harus mengerjakannya. Aku mau mengenakan baju yang ini, tetapi kamu berkata, 'Tidak! Inilah baju yang harus kau pakai.' Baik, kamu dua kali lebih besar daripadaku. Kamu akan memukulku kalau aku menolak, jadi aku harus memakai baju yang kau pilih untukku." Itu disebut sebagai disiplin. Bagi saya itu bukanlah disiplin. Anda bisa menanamkan disiplin, tapi lakukanlah dengan cara di mana si anak bisa melihat kemuliaan Allah di dalam hidup Anda - dan itulah hal yang penting.
Tanggung jawab menjadi seorang ayah sangatlah mengerikan. Tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan anak saja sudah membuat kita berkeringat. Tahukah Anda mengapa? Anda hanya bertemu dengan saya sekali dalam seminggu di sini. Dengan begitu saya bisa menampilkan perilaku saya yang terbaik di hadapan Anda. Saya datang ke gereja, Anda bisa melihat dasi saya yang bagus, dan jaket saya juga. Anda menatap ke arah saya, si pendeta, dan melihat bahwa orang ini selalu ramah, rajin menggosok gigi, selalu tersenyum, selalu baik. Apakah Anda mengetahui siapa saya? Pernahkah Anda melihat saya di dalam rumah? Di sanalah anak-anak mengamati Anda. Hari demi hari, anak-anak Anda mengamati Anda. Tidak bisa memalsukan penampilan! Inilah ujiannya - ujian sepanjang hari. 

Saat orang lain hidup bersama Anda, mereka akan mengamati Anda. Mereka mengamati perilaku Anda. Mereka tahu siapa Anda sebenarnya. Tak ada kepura-puraan, tak ada sandiwara, semuanya asli. Itu sebabnya anak-anak bisa membuat Anda berkeringat dingin. Tahukah Anda mengapa? Karena seorang anak akan dengan jujur berkata, "Tahukah kamu, ayahku melakukan ini dan itu. Dan ibuku berbuat ini dan itu." Mereka seperti stasiun siaran radio. Apa yang perlu Anda ketahui? Tanyakan saja kepada anak kecil dan dia akan memberitahukan segalanya kepada Anda, hal-hal tentang ayah dan ibunya. Tak ada rahasia! Jika anak saya datang dan berkata kepada Anda, "Tahukah Anda, ayahku seorang pemarah," maka saya lebih baik menutup Alkitab dan pergi dari sini. Maksud saya, tak ada lagi hal yang layak untuk saya sampaikan, bukankah begitu? Anda akan berkata kepada saya, "Munafik! Di atas mimbar dia berkata tentang orang-orang yang disucikan bagi kemuliaan Allah. Perhatikan dia, bahkan anaknya sendiri berkata bahwa dia seorang pemarah." Saya tidak bisa menginjil lagi, tamat sudah riwayat saya! Inilah poinnya. Menjadi seorang Kristen dan memuliakan Allah, berarti menjalani hidup hari demi hari dengan mencerminkan kemuliaan Allah.

Jangan pernah berpikir bahwa jika masalahnya hanya di antara suami dan istri, maka tidak akan sampai meluas ke mana-mana. "Boleh saja kita saling bersikap kasar, saling berteriak. Lagi pula, kamu kan istriku, kamu kan suamiku. Untuk apa kita menikah? Supaya kita bisa saling membentak, bukankah begitu?" Bagi seorang istri Kristen, suami Anda setiap hari mengamati Anda. Apakah dia melihat kemuliaan Allah di dalam diri Anda? Penghargaan tertinggi yang bisa diberikan oleh seorang laki-laki kepada istrinya adalah dengan berkata, "Aku melihat kecantikan Kristus di dalam dirinya." Bukannya setebal apa bedak di wajahnya dan seberapa banyak rias mata yang dia pakai. Tahukah Anda bahwa Anda bisa menjadi batu sandungan bagi istri Anda? Tahukah Anda bahwa Anda bisa menjadi sandungan bagi suami Anda? Tahukah Anda bahwa Anda bisa melukai dia secara rohani?
Untuk apakah Yesus mati? Yesus mati untuk menguduskan buat dia suatu umat yang memancarkan kecantikan asli dari Kristus yang tidak merupakan sandiwara dan yang tidak mengandung kepura-puraan. Saat orang melihat, yang terlihat adalah pengungkapan kemuliaan Kristus. Untuk inilah Kristus telah mati. Dan hati saya sangat berduka, saudara-saudariku, sangat sedih hati saya jika melihat orang Kristen yang tidak bertenggang rasa, hal itu sesuatu yang sangat jahat. Saat orang Kristen bersikap kasar, hal itu merupakan kejahatan. Jika seorang Kristen tidak bisa bekerja dengan baik, apakah dia dapat memuliakan Allah di hadapan bosnya. Tentu saja tidak! Di dalam setiap bidang kita dipanggil untuk menyatakan kemuliaan Allah dengan menjadi terang dunia! Untuk itulah Kristus mati! Entah kita dalam keadaan hidup atau mati, kita jalani hidup ini demi Yesus. Jika kita tidak hidup seperti itu, maka Kristus telah mati secara sia-sia.

3. 2 Korintus 5:15 - Yesus mati supaya Anda hidup untuknya
Sisa dua ayat berikutnya sangatlah mirip dengan ini. Saya tidak akan mengambil banyak waktu untuk 2 Korintus 5:15 karena ayat ini menyatakan hal yang sangat mirip dengan Roma 14:9. Kita akan membacanya dari ayat 14 untuk mendapatkan konteksnya: Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang - untuk tujuan apa dia mati bagi semua orang? - supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka

Mengapa Yesus mati bagi Anda? Yesus mati bagi Anda supaya Anda tidak menjalani hidup demi diri Anda sendiri lagi. Paulus menyatakan apa yang sudah dia sampaikan di Roma 14 dengan sangat jelas. Sebelumnya, Anda hidup untuk diri Anda sendiri, namun sekarang, Anda tidak hidup untuk diri Anda sendiri lagi. Sebelumya, Anda mengerjakan apa yang Anda inginkan saja, tapi sekarang, Anda tidak lagi berbuat sesuka hati. Mungkin Anda tadinya seorang yang pemarah, tetapi sekarang Anda tidak mendapatkan kemewahan semacam itu lagi. Sejak saat ini, karena Kristus tidak suka Anda kehilangan kendali, dia lebih suka Anda menjadi baik, maka Anda menjadi baik demi dia. Dia mati untuk itu. Dapatkah Anda memahami mengapa dia mati? 
 
Saya meratap ketika melihat orang-orang Kristen, atau ketika diri saya sendiri, bersikap tidak tenggang rasa. Saya meratap karena, dengan demikian berarti, saya sedang menyatakan, "Kritus mati secara sia-sia. Dia mati supaya saya bisa terlihat indah, tetapi lihatlah sekarang, betapa buruknya saya! Dia mati supaya saya bisa memancarkan pujian dan kemuliaan bagi dia, menjadi rajin dan bergemar dalam perbuatan baik, tetapi lihatlah saya, saya tidak rajin mengerjakan hal-hal itu karena saya egois." Jika Anda egois, maka Anda tidak akan bergemar dalam mengerjakan apa yang baik karena melakukan perbuatan baik akan sangat melelahkan bagi Anda.

Sekarang, apakah Anda mengerti mengapa saya selalu saja berbicara tentang komitmen total? Karena itu semua adalah makna dari komitmen total. Makna dari komitmen total tidak lain adalah hidup demi Yesus setiap saat. Tak ada hal yang rumit untuk dipahami. Itulah alasan mengapa saya berkata bahwa tanpa komitmen total maka Anda tidak menjadi milik Kristus. Bukti dari kepemilikan Kristus adalah hidup buat Allah setiap hari.

4. 1 Tesalonika 5:10 - Yesus mati supaya 'kita hidup bersama-sama dengan dia'
Mari kita masuk ke kutipan yang terakhir di 1 Tesalonika 5:10. Perhatikan bahwa Paulus memberikan jawaban yang secara berimbang dan konsisten kepada setiap jemaat. 1 Tesalonika 5:10: Yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan. Yesus telah mati bagi kita, untuk tujuan apa? Supaya, entah kita mati atau hidup, entah kita sedang terjaga ataupun tidur, siang mau pun malam, kita menjalani hidup - dan inilah sedikit perbedaannya dengan ayat-ayat yang lain - tidak sekadar 'untuk dia' tetapi juga 'bersama-sama dengan dia'. Di sini, ada ungkapan 'hidup bersama-sama dengan dia'; berada di dalam persekutuan dengan dia. Ada perkembangan pemikiran di sini - kita 'hidup bersama-sama dengan dia'.

Tahukah Anda apa artinya 'hidup bersama-sama dengan Kristus'? Jika Anda tahu apa artinya hidup bersama dengan orang lain di dalam sebuah apartemen, maka Anda akan tahu apa artinya 'hidup bersama-sama dengan dia'. Anda bisa saja hidup untuk orang lain tanpa harus bersama-sama dengan dia. Sebagai contoh, Anda bekerja untuk bos Anda, akan tetapi Anda tidak tinggal bersama-sama dengan bos Anda. Hidup bersama dengan seseorang berarti suatu persekutuan, suatu kebersamaan dengan orang tersebut. Yesus telah mati supaya kita bisa bersekutu dengannya. Itulah yang disebut dengan doa! Doa tidak sekadar saat Anda berlutut selama dua atau lima menit. Doa berarti hidup bersama dengan Yesus. Itulah suatu cara menjalani kehidupan. Apakah Anda hidup bersama dengan Yesus? Menjalani hidup bersama-sama dengan Yesus, itulah doa. Ketika Anda menerapkan ajaran Yesus ke dalam hidup Anda setiap hari, menjalani hidup dengan dia, itulah doa. Doa bukanlah gumaman yang keluar dari mulut Anda. Doa adalah hal yang keluar dari dalam hati.

Seperti yang dikatakan di Matius 12:30, tidaklah cukup jika hanya menjadi orang yang mendukung dia, yang penting adalah bersama-sama dengan dia. Jadi, pertanyaannya bukanlah apakah Anda mendukung Yesus atau tidak, melainkan apakah Anda bersama dengan dia atau tidak. Sebagai contoh, katakanlah ada dua orang yang sedang bertinju di atas ring tinju, mereka bertinju dengan sangat seru, dan Anda mendukung salah satunya. Anda bersorak bagi orang ini, "Ayo! Pukul dia! Pukul lebih keras lagi! Tidak! Pakai upper cut dari sini! Sebelah kiri!" Anda berseru lantang karena Anda mendukung dia. Dan setiap kali orang itu terpukul, hati Anda terasa sakit. Setiap kali dia memukul lawannya, semangat Anda bangkit kembali. Demikianlah, semangat Anda jatuh dan bangun berulang kali. Anda berjingkrak-jingkrak di kursi Anda sepanjang waktu. Anda mendukung dia, sangat mendukung dia. Akan tetapi mendukung dia tidak sama dengan bersama-sama dengan dia karena sekadar mendukung tidak membantu orang itu menjatuhkan lawannya.

Bersama-sama dengan dia berarti Anda berada di atas ring tinju bersamanya. Sebagai contoh, Anda melihat ada orang yang sedang diserang di jalanan, dan Anda berkata, "Ayo! Ayo!" Anda menyemangati dia. Hal itu sama sekali tidak membantu dia. Dia tetap saja diserang. Tetapi bersama-sama dengan dia berarti Anda masuk ke gelanggang dan mendampinginya. Anda memberinya pertolongan. Itulah yang disebut bersama-sama dengan dia. Jika ada orang yang maju berperang, tidaklah cukup sekadar menyemangati dia, "Bagus! Aku akan memukul genderang! Kamu yang maju berperang! Aku akan menabuh genderang di sini!" Bersama-sama dengan dia berarti jika dia maju bertempur, maka Anda juga mengangkat bendera, senjata dan ikut melangkah di belakangnya, atau di sampingnya. Itulah artinya bersama-sama dengan dia. Kita selalu siap untuk menyemangati orang lain, selama tidak terlalu banyak menimbulkan pengorbanan bagi kita, bukankah begitu?

Demikianlah, Paulus melangkah lebih maju lagi, menutup jurang antara ajaran dengan kehidupan sehari-hari: Yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Kita harus selalu berdiri di sisinya dan kita terus aktif ikut serta dalam melakukan segalanya demi kemuliaan Yesus dan Allah Bapa di surga.

Yesus mati untuk mewujudkan masyarakat yang baru!
Jadi, kita telah melihat jawaban atas pertanyaan tersebut. Mengapa Yesus mati? Saya harap jawaban ini jelas buat Anda. Janganlah sekadar berkata bahwa dia mati untuk menyelamatkan saya. Itu hanya satu bagian dari kebenarannya. Jangan sekadar berkata Yesus mati karena dia mengasihi saya. Itu juga hanya satu bagian dari motivasinya untuk mati. Jawaban lengkapnya tidak seperti itu. Yang kita bahas adalah mengapa dia mati, dalam pengertian, apakah rencana dan tujuan kekalnya? Dan kita mendapati bahwa jawaban untuk pertanyaan ini sangat jelas. Yesus mati untuk menguduskan baginya suatu umat kepunyaannya sendiri. Dan karena mereka adalah miliknya pribadi, maka mereka harus hidup bagi kemuliaan Allah Bapa setiap saat, setiap hari. Tantangan yang sungguh indah. Dan karena mereka hidup bagi kemuliaan Allah Bapa, maka orang lain akan tertarik datang kepada-Nya, orang lain bisa memperoleh hidup yang kekal. Mereka menemukan terang itu melalui kita. Orang lain tertarik untuk masuk ke dalam hidup yang baru ini. Hidup yang tidak harus diisi dengan keegoisan, keangkuhan, dan kebencian. Ini adalah hidup yang dijalani di mana akan terbentuk satu masyarakat yang saling menasehati, saling membangun dan yang saling peduli. Suatu masyarakat baru di mana kasih dan keadilan berdiam di dalamnya. Ini adalah visi yang sangat indah! 

Saat Yesus mati, saat dia menghembuskan nafas terakhirnya di atas kayu salib, saya yakin bahwa itu adalah saat bersukacita baginya karena visi ini telah meneguhkannya sampai dengan saat yang terakhir - yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia.

Kiranya hari ini saat kita merayakan Paskah, kita bisa memberi Yesus Kristus sukacita yang besar, bukannya hanya meneteskan air mata atas kematiannya, tapi bangkit dan berkata, "Tuhan, engkau telah mati untuk tujuan ini. Engkau telah menjadikan aku milikmu, membeliku dengan darahmu. Dengan kasih karuniamu, aku akan menjalani hidup demi kemuliaan Allah Bapa di surga. Aku akan menjalani hidup ini dengan cara yang menyenangkan Bapa, sehingga ketika engkau mengenangkan lagi kayu salib dan semua penderitaan yang telah kau lalui, engkau akan bersukacita. Engkau akan melihat hasil dari jerih payahmu dan bersukacita!"

SELESAI

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger