Cita-cita Menjadi Besar

Selasa, 08 September 2015


Hana Karuna |
Setiap orang mempunyai cita-cita. Cita-cita sangat menentukan arah hidup kita. Cita-cita merupakan salah satu unsur paling penting yang membentuk masa depan dan karakter kita. Dari kecil, kita akan ditanya apakah yang menjadi cita-cita kita dan anak-anak akan didorong untuk mempunyai cita-cita yang besar seperti menjadi doktor, pilot atau insinyur. Rata-rata orang mau menjadi orang yang berhasil dan dikenal. Demi mencapai cita-cita, banyak yang bekerja keras di dunia yang penuh saingan dengan menghalalkan segala cara untuk bisa sampai ke puncak.

Para murid Yesus, tidak terkecuali. Sekalipun telah meninggalkan dunia dan mengikuti Yesus, mereka belum menanggalkan keinginan untuk menjadi besar. Hanya saja sekarang mereka beraspirasi untuk menjadi besar di dalam Kerajaan Allah. Mereka mempertengkarkan hal itu sesama mereka (Mrk.9:34), menanyakannya secara langsung kepada Yesus (Mat.18:1), dan ketika tidak terbendung lagi, tidak malu-malu memintanya secara langsung kepada Yesus (Mrk.10:35-37). Apakah Yesus marah dengan cita-cita mereka ini? Ternyata tidak. Yesus tidak pernah menunjukkan kemarahan tetapi malah memberikan kunci bagaimana untuk dapat menjadi besar di Kerajaan Allah kepada mereka.

Apa Kunci pada Kebesaran?
Apakah jalan atau kunci untuk menjadi besar? Keahlian, talenta dan kualitas apa yang dibutuhkan untuk kita menjadi besar? Apakah dengan membaca Alkitab sepuluh pasal setiap hari dan berdoa beberapa kali sehari? Tentu saja membaca Alkitab dan berdoa setiap hari merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan rohani. Namun, menurut Yesus apakah itu jalan menuju kebesaran?
Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mat 20:26-28)

Dengan menjadi Pelayan
Jawaban Yesus sangatlah tidak diduga. Rahasia untuk menjadi besar itu sama sekali tidak mengesankan. Yesus memberitahu para muridnya bahwa cara untuk mencapai kebesaran di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan dan melayani.

Adakah orang di dunia ini yang bercita-cita untuk menjadi seorang hamba atau pelayan? Itulah hal terakhir yang ingin kita lakukan. Dan Yesus memberitahu kita bahwa untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan.

Menjadi seorang pelayan adalah pekerjaan yang sama sekali tidak membutuhkan keahlian. Tidak memerlukan talenta maupun bakat luarbiasa. Tidak perlu pendidikan tinggi dan pelatihan profesional. Untuk menjadi seorang guru, dokter, insinyur dan manajer kita perlu bersusah payah belajar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Namun apakah yang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang pelayan?
Menjadi seorang hamba itu sebetulnya sangatlah mudah. Kita tidak membutuhkan keahlian apa pun. Tidak perlu keterampilan apa pun. Kita semua punya kesempatan untuk menjadi seorang pelayan. Tidak semua dari kita mempunyai kesempatan untuk menjadi Presiden atau Dokter. Tidak semua mempunyai kesempatan untuk berkhotbah, memimpin pujian, bermain musik atau memegang jabatan tinggi di gereja. Namun hal yang cukup spektakuler adalah kita semua mempunyai kesempatan untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Peluang ini terbuka untuk kita semua. Siapa pun bisa menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Menjadi terbesar di dalam Kerajaan Surga tidak berada di luar jangkauan kita.

Namun apa yang menghadang kita dari menjadi yang terbesar? Yang menghadang kita adalah keinginan kita untuk menjadi somebody. Kita semua ingin menjadi sesuatu. Di dunia ini, siapa pun yang berada di dalam posisi pelayan ingin keluar dari posisi itu. Kebanyakan pelayan berada di posisi itu karena terpaksa. Tetapi ajaran Yesus adalah kalau kamu mau menjadi yang terbesar kamu harus menjadi yang pelayan.

Melayani Sesama, bukan Allah!
Kalau kebesaran itu kita capai dengan melayani Allah, hal ini masih tidak menjadi masalah. Namun perhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus – “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Kita akan menjadi besar hanya jika kita melayani sesama, bukannya Allah. Sebagai hamba Allah, kita seringkali merasa besar karena bos kita adalah Allah, Pencipta langit dan bumi. Namun kalau kita adalah “pelayanmu”, artinya sangatlah berbeda. Ini berarti, kita bukan siapa-siapa yang harus melayani orang lain yang bisa saja di mata kita bukan siapa-siapa atau malah berada di bawah kita! Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah untuk melayani Allah, tetapi, apakah kita rela menjadi pelayan bagi sesama? Kita dengan bangga menyebut diri sebagai “hamba Allah” atau “hamba Kristus”, tetapi adakah yang memperkenalkan dirinya sebagai “hambamu”?

Sesungguhnya kita tidak akan pernah secara langsung dapat melayani Allah yang tidak kelihatan itu. Oleh karena itu, setiap pelayanan kita kepada Allah adalah kepada sesama. Dengan kata lain, kita hanya melayani Allah dengan melayani sesama manusia.

Lalu, siapa yang paling besar di antara kita? Orang yang paling banyak melayani. Pelayan yang paling besar adalah yang paling besar di antara kita. Di mata Allah, yang paling besar adalah yang melayani lewati tindakan sebagai seorang pelayan, hal yang justru tidak ingin dilakukan oleh orang ‘besar’. Yang paling besar adalah yang paling banyak melayani, yakni seorang hamba.

Apa sifat seorang pelayan sejati? Pelayan sejati adalah orang yang berada di posisi yang paling bawah. Dia tahu dia bukan siapa-siapa dan karena itu tidak mudah tersinggung. Ketika dimarahi dia juga tidak bereaksi. Tugasnya hanya melayani. Itulah ciri seorang hamba/pelayan. Tidak banyak keluhan atau berbantah-bantah. Pelayan yang baik juga tidak menuntut untuk dihargai. Dia hanya mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dilayaninya.

Saat Melayani Kita Paling Serupa dengan Kristus
Hal yang ketiga adalah, waktu kita melayani, kita paling serupa dengan Kristus. Karena Anak Manusia tidak datang untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa bagi banyak orang. Jadi di saat kita menjadi pelayan bagi sesama, adalah saat kita paling serupa dengan Yesus. Karena Yesus, walaupun adalah sang Mesias, telah merendahkan dirinya untuk melayani, dan justru karena ini Allah mengangkatnya setinggi-tingginya.

Jadi, tangkaplah dengan baik konsep ini. Di dalam kerajaan Allah, jalan ke atas adalah jalan ke bawah. The way up is the way down. Tentu saja, ke atas itu adalah tindakan dari Allah sendiri. Allah yang mengangkat kita ke atas. Di bagian kita, kita hanya perlu turun ke bawah untuk diangkat ke atas. Di dalam kehidupan Anda, jika Anda membutuhkan campurtangan Allah dalam kehidupan Anda, jika Anda perlu Allah untuk mengangkat Anda di saat Anda sedang sangat terpuruk, Anda hanya perlu merendahkan diri Anda. Pikirkanlah bagaimana untuk melayani, bagaimana hidup Anda dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dan Anda akan mulai merasakan bahwa Allah akan campur tangan dalam kehidupan Anda dan mengangkat Anda.

Sudah sangat jelas, apa kuncinya untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Dan hal ini sama sekali tidak berada di luar jangkauan kita. Pertanyaannya hanya satu: Apakah kita rela? Apakah kita mau? Apakah kita mau melepaskan kepentingan pribadi dan memberikan perhatian kepada kepentingan Allah. Apakah kita ingin menjadi seorang pelayan?

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

Cara Yesus Menyembuhkan


Rick Warren |
Banyak dari kita benar-benar membutuhkan kesembuhan dari luka hati, keputusasaan dan kebiasaan buruk kita. Dan jalan menuju kesembuhan itu hanya ada satu, yakni kesembuhan cara Yesus.

Ini adalah salah satu dari spesialisasi Yesus. Malahan, pelayanan Yesus sendiri bisa dibagi menjadi tiga bagian yang sejajar – pengajaran, khotbah dan penyembuhan. Matius 9:35 menyebutkan, “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”

Di dalam Khotbah di Bukit – suatu khotbah yang paling agung dalam sejarah – Yesus menyediakan delapan jalan untuk mendapatkan kesembuhan dan kebahagiaan.

Bagaimana Dia melakukannya? Jika Anda perhatikan perikop di dalam Alkitab di mana ada empat orang yang mengangkut kawan mereka yang lumpuh kepada Yesus ( Matius 9, Markus 2, dan Lukas 5), Anda bisa lihat tiga tindakan yang sering menjadi bagian dari cara Yesus menyembuhkan orang.
  1. Yesus meredakan ketakutan kita. Ucapan Yesus yang pertama terhadap si orang lumpuh di dalam bagian ini adalah, “Percayalah. ” Dia tidak berkata, “Beraninya kamu meminta!” atau, “Apa yang kau kerjakan?” atau, “Bagaimana kamu bisa sampai di sini?” Ucapan Yesus yang pertama bersifat membangkitkan semangat. Dan banyak yang membutuhkan ucapan semacam itu di dalam gereja di tengah dunia yang selalu melukai ini.
    Allah telah memakai pelayanan Celebrate Recovery (Perayaan Pemulihan) kita di Saddleback (Gereja yang digembala oleh Rick Warren) untuk membawakan harapan kepada banyak orang selama 17 tahun terakhir ini. Salah satu pesan yang digemakan oleh pelayanan ini adalah, “Jangan menyerah, bersemangatlah.”

    Orang yang terluka perlu tahu bahwa ketika mereka datang kepada Yesus, maka Dia tidak akan mencela mereka. Mereka perlu tahu bahwa tak seorangpun – entah itu orang tua, pasangan, anak ataupun pendeta – yang pernah mengasihi mereka sama seperti Yesus. Kasih Yesus tidak didasarkan pada apa yang telah kita perbuat, kasih itu dilandasi pada apa yang telah Dia perbuat.

    Sebenarnya, Yesus tahu apa yang kita rasakan. Ibrani 4:15 berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Dia tahu segala sesuatu tentang kita, dan Dia masih mengasihi kita.

    Ketika ada orang yang datang ke gereja kami dalam kesesakan, mereka mengira bahwa mereka akan mendapatkan penghakiman dari Allah ataupun gereja. Mereka mengira bahwa mereka akan mendengar bahwa mereka layak menerima semua itu. Mereka mengira bahwa mereka akan diperhadapkan dengan dosa-dosa mereka. Mereka tidak mengira bahwa mereka akan mendengar bahwa Yesus peduli dengan apa yang mereka rasakan. Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya. Penghakiman itu masih di masa depan. Jika Anda ingin memiliki pelayanan yang seperti Kristus, janganlah berfokus pada tindakan menghakimi dan mengecam dunia melainkan pada tindakan menyelamatkan dunia. Tanggapan awal Yesus terhadap kebiasaan buruk, luka hati dan keputusasaan saya adalah kasih. Dan tanggapan semacam itu harus kita miliki juga.
  2. Dia hadapi kita dengan sikap bersahabat. Perhatikan bahwa Yesus tidak pernah menyembunyikan diri dari orang yang membutuhkan kesembuhan. Dia tangani masalah orang tersebut, namun dengan cara yang bersahabat. Dia sebut orang itu sebagai ‘saudara’, sekalipun Dia belum pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya. Saya menyukai fakta bahwa Yesus disebut sebagai ‘Sahabat orang-orang berdosa.’ Saya mendapat kritikan terutama karena kebiasaan saya berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan saya. Hal ini tidak jadi masalah buat saya. Di dalam hati ini, saya adalah seorang penginjil. Saya habiskan sebagian besar waktu saya dengan  bercakap-cakap dengan orang-orang yang tidak sependapat dengan saya. Seorang penginjil tidak seharusnya menghabiskan waktunya dengan orang-orang percaya – ini bukanlah penginjilan.
    Orang-orang Farisi mengira bahwa dengan menyebut Yesus sebagai ‘sahabat orang-orang berdosa’ maka hal itu sudah mempermalukan Dia. Tetapi Yesus justru menjadikan sebutan itu sebagai ciri-Nya. Saya ingin menjadi seperti Yesus. Saya ingin agar orang lain berkata, “Rick Warren itu adalah sahabat orang-orang berdosa.” Itu adalah sebagian dari makna menjadi seperti Yesus.

    Yesus juga melindungi kehormatan seseorang bahkan saat orang itu sedang diperhadapkan dengan dosa-dosanya. Perhatikan bahwa Yesus tidak pernah mengumumkan apa penyebab kelumpuhan orang itu. Terserah kepada orang itu saja apakah akan mengakuinya secara terbuka atau tidak. Dia tidak mengumumkan secara luas tentang dosa-dosa apa saja yang telah Dia ampuni, Dia tidak berusaha untuk mempermalukan orang yang bersangkutan. Yesus tahu bahwa saatnya akan tiba ketika orang itu sendiri akan memberi kesaksian secara terbuka. (Pelayanan kita yang terbesar seringkali berawal dari luka hati, kebiasaan buruk dan keputusasaan kita.) Namun Yesus membiarkan agar orang itu sendiri yang memberikan kesaksian suatu saat nanti, yakni jika dia sudah siap.
  3. Yesus menantang iman kita. Yesus menyuruh si orang lumpuh itu untuk melakukan hal yang menurut orang itu mustahil. “Bangunlah, angkatlah kasurmu dan berjalanlah.” Orang ini telah menjadi cacat dan tak bisa bergerak di sepanjang hidupnya. Mengapa Yesus menyuruh dia untuk melakukan hal yang menurut orang ini mustahil? Yesus ingin agar orang ini menunjukkan imannya. Yesus berkata di dalam Matius 9:29, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”
    Iman jauh berbeda dengan pemikiran. Iman itu juga jauh berbeda dengan rasa percaya. Iman adalah tindakan. Orang lumpuh itu tidak akan menunjukkan iman jika dia sekadar berharap bahwa dia akan bisa berdiri. Kepercayaan itu akan menjadi iman ketika dia benar-benar bisa berdiri. Setiap kali Allah menyuruh Anda untuk mengerjakan hal yang mustahil, maka Dia akan memberi Anda kekuatan untuk melakukannya.

    Kita semua seperti orang yang lumpuh ini. Kita memiliki keterbatasan di beberapa bidang dan lumpuh di beberapa bidang lainnya lagi. Anda mungkin dilumpuhkan oleh kekuatiran dan keraguan. Anda mungkin dilumpuhkan oleh ketidakmampuan mengambil keputusan. Yang jelas, Anda dilumpuhkan oleh suatu penyebab. Allah ingin memerdekakan Anda. Dia ingin memerdekakan jemaat di gereja-gereja Anda juga. Namun sebelumnya, Dia akan mengawalinya dari Anda, Dia akan menantang Anda untuk melakukan sesuatu hal yang tak pernah terbayangkan akan bisa Anda kerjakan. Dibutuhkan sesuatu hal yang jauh melebihi keyakinan yang selama ini sanggup Anda bayangkan. Namun Dia akan ada di sisi Anda untuk membantu Anda mengambil langkah awal itu – sampai dengan langkah terakhir tersebut.

Saat Yesus menyembuhkan kita, maka Dia akan selalu meminta kita mengambil langkah iman.
(Diterjemah dan diedit seperlunya dari The Healing Model of Jesus oleh Rick Warren)

Puasa Kristiani - apakah yang dikatakan Alkitab?

Selasa, 28 April 2015

Soalan: Puasa Kristian - apakah yang dikatakan Alkitab?



Jawaban: Firman Tuhan tidak memberi perintah supaya orang Kristian berpuasa. Tuhan tidak meminta atau menuntutnya daripada orang-orang Kristian. Pada masa yang sama Alkitab menyatakan bahawa puasa itu baik dan menguntungkan. Dalam Kisah Para Rasul orang-orang percaya berpuasa sebelum mengambil keputusan-keputusan penting (Kisah 13:4, 14:23). Puasa dan doa seringkali dikaitkan bersama (Lukas 2:37; 5:33). Terlalu sering, puasa berfokus kepada pengurangan makanan. Sebenarnya puasa bertujuan mengalihkan pandangan kita daripada perkara-perkara dunia untuk fokus sepenuhnya kepada Tuhan. Puasa merupakan cara untuk menyatakan kepada Tuhan dan diri sendiri bahawa kita bersungguh-sungguh dalam perhubungan dengan Dia. Berpuasa membantu kita untuk mendapatkan sudut pandangan baru dan memperbaharui kebergantungan kita kepada Tuhan.

Walaupun hampir setiap peristiwa berpuasa dalam Alkitab merupakan penahanan diri terhadap makanan, terdapat cara lain juga untuk berpuasa. Apa yang kita lepaskan seketika supaya dapat memberi perhatian dan fokus kepada Tuhan boleh dikira sebagai berpuasa (1 Korintus 7:1-5). Berpuasa perlu ditetapkan pada masa tertentu, terutama sekali apabila mehanan diri terhadap makanan. Masa yang diperpanjang tanpa makanan dapat memudaratkan tubuh. Berpuasa bukan bertujuan menyiksa tubuh, tetapi untuk mengarahkan semula perhatian kita kepada Tuhan. Berpuasa juga tidak boleh dijadikan salah satu kaedah untuk menurunkan berat badan. Tujuan berpuasa Alkitabiah bukan untuk mengurangkan berat badan melainkan untuk mendapatkan perhubungan lebih dalam dengan Tuhan. Semua orang dapat berpuasa, tetapi beberapa orang mungkin tidak dapat berpuasa dari makanan (Contoh, orang bepenyakit kencing manis). Semua orang dapat melepas sesuatu untuk seketika bagi mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dengan mengalihkan pandangan daripada perkara dunia, kita dapat memberikan perhatian kepada Tuhan. Berpuasa bukan cara untuk mendapatkan Tuhan melakukan kehendak kita. Berpuasa mengubah kita, bukan mengubah Tuhan. Kita berpuasa juga bukan untuk kelihatan lebih rohani daripada orang lain. Berpuasa perlu dilakukan dalam roh yang rendah hati dan sikap hati yang penuh sukacita. Matius 6:16-18 berkata, "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."

Sumber: http://www.gotquestions.org/Melayu/Kristian-puasa.html

4 Gaya Hidup Orang Kristen

Sabtu, 05 April 2014

GAYA HIDUP ORANG KRISTEN  YANG TELAH MENERIMA KUASA KEBANGKITAN:
Ketika seseorang mengenal Yesus dengan benar, maka hidupnya pasti akan terus-menerus berubah dan menjadi Kristen sejati. Artinya kalau dulunya hanya Kristen biasa-biasa saja, setelah mengalami kuasa kebangkitan Yesus, maka hidupnya menjadi luar biasa. Mengapa demikian? Jawabannya adalah “karena kuasa kebangkitan yang hebat itu telah mengerjakan sesuatu yang ajaib dalam dirinya” (Efesus 1:19). Kuasa itu sungguh hebat sehubungan dengan kuasa kebangkitan ini, maka minimal ada empat ciri gaya hidup orang yang telah mengalami kuasa kebangkitan.
  1. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai tujuan hidupnya (Kolose 3:1-4). Sering kali kita kecewa, putus asa, dan stres. Itu karena Yesus bukan tujuan utama dalam hidup, tetapi sebaliknya perkara-perkara dunia ini semata yang menjadi tujuan. Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Apa yang menjadi tujuan hidup kita sangat penting, karena hal itu akan menentukan kualitas pelayanan dan masa depan seseorang.
  2. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai fokus penyembahan. Setelah Yesus berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya, Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:27-28). Gereja dan pendeta yang besar bukanlah pusat penyembahan kita, tetapi Yesus adalah Tuhan yang hidup, yang harus menjadi pusat penyembahan orang percaya, hanya Dia yang layak menerima pujian dan hormat. Ketika Yesus ditinggikan dalam diri seseorang, maka perkara-perkara ajaib akan Tuhan adakan dalam diri dan pelayanannya (Yohanes 12:32).
  3. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai pusat pengharapan (1 Petrus 1:3-6). Situasi dan keadaan dunia yang kita hadapi hari-hari ini tidak menentu dan selalu berubah-ubah, namun jangan takut dan cemas karena Yesus adalah pengharapan bagi orang percaya, yang setiap saat siap sedia menolong tatkala kita berseru kepada-Nya.
  4. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus pusat pemberitaan mereka (Markus 12:32). Tuhan Yesuslah yang harus kita perbincangkan dalam dunia yang gelap ini. Jangan percakapkan kekurangan orang lain, kekurangan gereja lain, atau denominasi lain, itu hanya menghabiskan waktu dan energi semata. Mari percakapkan Yesus yang penuh berkat dan cinta itu kepada setiap pribadi, agar suatu saat nanti setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Ketahuilah bahwa kita semua saksi Tuhan, jangan terjebak dengan masalah-masalah pribadi dan rutinitas yang hanya menghambat kita untuk pergi menjangkau yang belum terjangkau. Ketika Petrus berkata, “… biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Matius 17:4b). Namun, Yesus mengajak mereka turun gunung karena masih banyak yang harus dikerjakan, artinya masih banyak jiwa-jiwa yang harus diselamatkan.
TUHAN YESUS MEMBERKATI!
Sumber: [Meidysuwuh Blog] -- http://meidysuwuh.wordpress.com/category/renungan

Melepaskan Pengampunan - Renungan Harian

Minggu, 07 Juli 2013

Baca: Matius 18:21-35

Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai ia melunasi utangnya. (Matius 18:30)

Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 72-77

Pada zaman itu, orang yang tidak mampu membayar utang dapat menanggung akibat yang buruk. Orang yang meminjaminya uang dapat menangkapnya dan memaksa dia bekerja untuk membayar utang itu sampai lunas. Orang yang berutang itu juga dapat dipenjarakan atau keluarganya dijual sebagai budak untuk membantu membayar utangnya.

Orang yang berutang sepuluh ribu talenta (senilai 60 juta dinar atau sekitar Rp  3 triliun) itu juga harus siap menerima hukuman karena tidak mampu melunasi utang. Orang itu memohon-mohon, agar raja mau bersabar kepadanya. Raja tergerak hatinya. Bukan hanya menunda pelunasan utang itu, ia bahkan membebaskan dan menghapuskan seluruh utang itu (ay. 27). Tetapi, orang itu kemudian menunjukkan sikap bengis kepada kawan yang berutang “hanya seratus dinar (senilai sekitar Rp 5 juta)” kepadanya. Sekalipun kawan itu memohon kesabarannya, ia menolak dan menjebloskan orang itu ke dalam penjara sampai mampu melunasi utang (ay. 30). Tragis, bukan?

Jika kita mengasihi seseorang seperti Kristus mengasihi kita, kita akan bersedia mengampuninya. Jika kita sudah mengalami kasih karunia Allah, kita akan meneruskannya kepada orang lain. Dengan menyadari bahwa Yesus telah mengampuni utang dosa kita sepenuhnya, kita memiliki motivasi yang kuat untuk mengampuni kesalahan dan pelanggaran orang lain. Bila kita tidak mengampuni orang lain, berarti kita menempatkan diri di atas dan di luar hukum kasih Kristus. Jadi, bersediakah kita mengampuni siapa saja yang telah melukai hati kita?–SYS

YESUS TELAH MEMBAYAR LUNAS DOSA DAN PELANGGARAN KITA.
APAKAH KITA MENERUSKAN KARUNIA ALLAH INI UNTUK ORANG LAIN?

Sumber: [ ] -- www.renunganharian.net

Dunia Gemerlap - Renungan Harian

Minggu, 10 Maret 2013

Baca: Matius 23:25-28

… cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. (Matius 23:25)


Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 17-20
Setelah setahunan bekerja di majalah gaya hidup, beberapa kali saya ditugaskan meliput acara sosial yang dihadiri kaum jetset Jakarta. Tamu acara ini biasanya tampil dengan baju dan aksesoris rancangan desainer ternama, menenteng tas merek terkenal, dan mengenakan sepatu berharga jutaan rupiah. Belakangan saya mendapatkan info, sebagian dari tamu tersebut bukanlah kaum sosialita betulan, dan mereka hanya meminjam perlengkapan mewah itu dari tempat persewaan. Obsesinya? Agar dianggap keren, dapat masuk ke lingkaran pergaulan jetset, difoto dan ditampilkan dalam majalah gaya hidup.

Obsesi manusia akan penampilan yang gemerlapan bukanlah barang baru. Kaum Farisi ribuan tahun lalu sudah dikenal sangat memperhatikan pernik-pernik penampilan ini. Saat berpuasa, mereka memastikan diri tampil dengan gaya yang menunjukkan kekhusyukan ibadah mereka. Dalam ritual pentahiran yang kerap mereka lakukan, berbagai cawan dan pinggan dibersihkan hingga berkilau.

Perikop ini menegaskan kecaman Kristus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi. Cawan yang hanya dibersihkan bagian luarnya dan kuburan yang dilabur putih (pada zaman itu kuburan ditandai dengan warna putih agar tidak disentuh orang) adalah metafora untuk orang yang hanya memperhatikan perkara lahiriah, tetapi lupa bahwa Tuhan melihat hati. Penampilan luar tentu perlu dijaga, namun jangan untuk pamer atau menutupi kedangkalan rohani. Marilah kita mengutamakan perkara yang bermakna dan berharga di mata Allah.—OLV

MANUSIA KERAP MELIHAT KEMOLEKAN KULIT,
TETAPI TUHAN MENILAI KEELOKAN HATI

Sumber: [Olivia Elena] -- www.renunganharian.net

Memuliakan Allah - Renungan Harian

Jumat, 08 Maret 2013

Baca: Matius 21:1-11

Lalu pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. (Matius 21:6)


Bacaan Alkitab Setahun:
Imamat 4-6
Dalam pelayanan, saya sering mengajukan pertanyaan kepada para mahasiswa tentang tujuan hidup mereka. Sebagian besar merasa bingung dan tidak bisa menjawab. Namun, ada juga yang dengan yakin berkata, “Saya mau hidup untuk memuliakan Allah.” Pernyataan ini selaras dengan paparan Rick Warren dalam buku The Purpose-Driven Life. Pertanyaan yang masih tersisa adalah: Bagaimana sebenarnya cara memuliakan Allah itu?

Kisah dua orang murid dalam perikop hari ini barangkali dapat memberikan gambaran sekilas. Pada saat Yesus menyuruh mereka mengambil seekor keledai, mereka melakukannya dengan taat. Mereka juga mengerjakan perintah itu sesuai dengan instruksi dan tetap rendah hati. Pekerjaan itu sendiri tampak sepele dan tidak populer serta biasanya hanya dikerjakan oleh seorang budak. Toh mereka tidak protes. Siapa yang menduga bahwa ketaatan itu kemudian berujung pada perarakan Yesus di mana Dia dieluk-elukan dan dimuliakan oleh orang banyak? Terlebih lagi, mereka diberi kehormatan dan dipakai Allah untuk menggenapi nubuatan tentang Yesus dalam Zakharia 9:9 dan Mazmur 118:26.

Jadi, kunci untuk memuliakan Allah adalah ketaatan dalam melakukan perintah-Nya. Tolok ukurnya bukan seberapa hebat tindakan kita atau seberapa besar dampaknya. Perbuatan yang tampak sepele sekalipun, asalkan meluap dari kasih Allah yang memenuhi hati kita, tetap bermakna. Ya, memuliakan Allah bukan dimaksudkan untuk mengundang pujian dari manusia, melainkan untuk menyenangkan hati-Nya.—PRB

KASIH DAN KETAATAN KEPADA ALLAH
MEMBUAHKAN TINDAKAN YANG MEMULIAKAN NAMA-NYA

Sumber: [ Piter Randan Bua ] -- www.renunganharian.net
 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger