Home » , » Apakah Dampak Kematian Yesus bagi Kita? Bagian 1

Apakah Dampak Kematian Yesus bagi Kita? Bagian 1

Ditulis Oleh Admin pada Rabu, 27 Maret 2013 | 23:41

Kematian Kristus menghancurkan kuasa maut & ketakutan pada maut

Ibrani 2:14-15

Khotbah oleh Pendeta Eric Chang

Mari kita lanjutkan mempelajari Firman Allah di Surat Kepada Orang Ibrani, Ibr. 2:14-15. Kita mau lebih mendalami penerapan praktis dari kematian Yesus dan khususnya merenungkan sikap kita terhadap maut.
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia (yaitu Yesus sendiri) juga menjadi sama dengan mereka (yaitu menjadi darah dan daging) dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut.

Kematian Kristus telah melumpuhkan kuasa Iblis
Ayat-ayat ini memberitahu kita tentang alasan mendasar lainnya tentang mengapa Yesus mati. Seperti yang disampaikan di ayat 14, bahwa dengan kematiannya itu, dia memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut, dan membebaskan mereka yang dibelenggu oleh ketakutan terhadap maut di sepanjang hidupnya. Karena anak-anak itu -  mengacu kepada mereka yang dianugerahkan hak istimewa oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya melalui iman. Kita, dengan iman, menerima hak tertinggi untuk menjadi anak-anak Allah. Pembebasan disediakan bagi anak-anak itu. Kristus memang mati bagi semua orang, akan tetapi tidak semua orang menerima manfaat dari kematiannya karena tidak semua orang yang berdosa menjadi anak-anak Allah.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, hanya melalui kematian Yesus dia yang berkuasa atas maut dapat dimusnahkan. Yesus tidak dapat menghindari, atau mengelakkan maut karena hanya melalui kematiannya Iblis dapat dimusnahkan. 

Apakah arti dari 'memusnahkan' di sini? Karena ternyata sejak kematian Yesus, Iblis masih ada. Sepertinya kematian Kristus tidak membuatnya 'musnah'. Iblis tetap ada. Kata yang diterjemahkan dengan 'memusnahkan' di sini di dalam bahasa Yunani secara harfiah berarti kuasa yang telah dilumpuhkan, yaitu, dijadikan tidak berarti, membuat sesuatu menjadi tidak berguna atau menghilangkan kekuatannya. Itulah ide dasar dari kata tersebut. Sama seperti sebuah tank yang sedang bergerak datang, dan ketika ia semakin dekat, siap menghancurkan Anda, kemudian datang seseorang dengan senjata anti tank, membidik tank tersebut, dan ketika tank itu tertembak, ia menjadi rusak dan tidak berdaya. Tank tersebut masih ada di sana, mungkin saja ia masih memiliki peluru meriam di dalamnya, akan tetapi ia sudah dilumpuhkan, sudah tidak bisa bergerak lagi dan ia sudah berhenti berfungsi. Demikian pula dengan Iblis, dia tidak hilang, akan tetapi ia dilumpuhkan oleh kematian Kristus -  lumpuh, yaitu, dalam kaitannya dengan [upaya dia menyerang] anak-anak Allah. Poin ini haruslah kita pahami baik-baik karena yang kita bicarakan bukanlah tentang pembinasaan Iblis, kita tidak berbicara tentang punahnya Iblis tetapi yang kita bicarakan adalah tentang pelumpuhan Iblis dalam kaitannya dengan kemampuannya untuk mengganggu anak-anak Allah.

Banyak orang Kristen yang tidak memakai kuasa Allah
Hal ini sangatlah penting bagi kita dalam lingkup kehidupan kita sehari-hari karena dari cara kebanyakan orang Kristen berperilaku, tentunya akan membuat Anda tidak yakin bahwa Iblis sudah dilumpuhkan. Saya sangat terusik melihat orang-orang Kristen terus saja jatuh ke dalam dosa, orang-orang Kristen selalu saja dilemahkan, dan tampaknya bukan Iblis yang dilumpuhkan melainkan justru orang-orang Kristenlah yang dilumpuhkan. Ini adalah hal yang sangat mengganggu.
Kematian Yesus seharusnya mempunyai dampak yang nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Tetapi apakah orang-orang Kristen yang terus saja jatuh ke dalam dosa itu benar-benar kenal siapa Yesus itu, dan apakah kematian Kristus benar-benar berdampak pada hidup mereka. Yang saya maksudkan bukannya jatuh ke dalam dosa besar, ke dalam percabulan atau perzinahan atau hal yang semacam itu, sekali pun, sayangnya, hal itu memang kadang terjadi di antara orang-orang Kristen atau mereka 'yang menyebut dirinya Kristen'. Akan tetapi yang saya maksudkan adalah, misalnya, ketidakmampuan untuk mengendalikan perilakunya sehari-hari, ketidakmampuan untuk berperilaku sebagaimana layaknya seorang Kristen yang normal, ketidakmampuan untuk bertenggang rasa, bersikap baik, dan cermat. Tampaknya kesaksian hidup orang-orang Kristen, sebagian besar tidak efektif, lumpuh sehingga orang bertanya-tanya siapakah, sebenarnya, yang dilumpuhkan. 

Ibliskah yang telah dilumpuhkan atau justru orang-orang Kristen yang dilumpuhkan. Sayang sekali, terlalu sering terlihat bahwa tampaknya justru orang Kristenlah yang telah dilumpuhkan. Akan tetapi, jika orang itu sampai bisa dilumpuhkan itu bukan karena Iblis masih memiliki kuasa untuk melumpuhkan dia, melainkan karena orang Kristen itu sendiri yang tidak menarik kuasa yang disediakan oleh Tuhan, kuasa dari hidup yang telah dibangkitkan. 

Saya tidak tahu kehidupan Kristen macam apa yang sedang Anda jalani sekarang. Dalam penilaian dan pengamatan saya, saya terus menerus merasa kecewa dengan prestasi orang-orang Kristen. Saya selalu kecewa dengan cara mereka berperilaku. Dan saya sendiri sering kecewa dengan diri saya sendiri, saya merasa kecewa karena saya sendiri, tanpa kecuali, tidak bisa selalu maju ke tingkat kesempurnaan yang telah menjadi panggilan Tuhan kepada saya. Mungkin saya terlalu keras terhadap diri saya sendiri, akan tetapi saya memang wajib untuk bersikap keras terhadap diri sendiri. Kita harus berjuang, kita harus berjuang lebih keras untuk maju. Mungkin sebagian dari masalah saya adalah bahwa kita cenderung terlalu lunak terhadap diri kita dan mencari-cari alasan untuk dosa-dosa kita, membenarkan perilaku kita yang tidak layak. Kita tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap dosa, entah yang ada di dalam diri kita atau pun yang ada di dalam hidup orang lain. Kita mengira bahwa meremehkan dosa adalah tindakan amal yang penuh kasih, khususnya terhadap dosa kita sendiri, dan juga dosa orang lain. Hal ini tidak bisa diterima. Gereja harus disucikan. Kristus telah mati untuk melumpuhkan Iblis. Akan tetapi, Iblis tampaknya, terlihat begitu aktif di tengah jemaat dan di dalam kehidupan orang-orang Kristen.

Iblis membawa kita pada maut lewat dosa
Di sini kita diberitahu bahwa Iblis memiliki kuasa atas maut. Ini berarti bahwa setidaknya dia memiliki kekuasaan di dua tingkatan. Dia memiliki kuasa untuk membunuh kita secara jasmani, dan juga memiliki kuasa tertentu atas setiap orang. Kita tahu bahwa setiap orang yang mengambil senjata dan menembak kita tampaknya punya peluang yang bagus untuk membunuh kita. Dengan demikian, jika manusia memiliki kuasa untuk membunuh kita, tentunya Iblis memiliki kuasa lebih lagi untuk membunuh kita. Akan tetapi terbunuh secara jasmani masih bukan apa-apa. Yang jauh lebih berbahaya dari itu adalah kuasa maut dalam pengertian yang rohani. 

Dengan cara bagaimana Iblis menjalankan kuasa maut atas kita? Persisnya adalah dengan cara yang baru saja kami sampaikan -  dia menggoda kita untuk berbuat dosa. Dan dosa bisa terlihat sangat menggoda, sangat bisa diterima, sangat menyenangkan pada saat itu, dan dengan godaan ini, seperti yang pernah dia cobakan pada Yesus; Iblis menggoda kita sedemikian rupa untuk membawa kita masuk ke dalam maut. Sangatlah meresahkan melihat orang Kristen membiarkan Iblis menjalankan kuasa maut atas diri mereka. Karena setiap kali Anda berbuat dosa, berarti Anda membiarkan Iblis menjalankan kuasanya untuk membinasakan Anda. Dan sungguh mengejutkan bahwa, kadang kala, kita seperti orang yang dengan senyum di wajah, melangkah ke dalam maut. Kita melangkah ke sana, tampaknya dengan sukacita untuk dihancurkan karena kita tertarik dengan godaan dosa. Dan Kitab Suci menyatakan bahwa dosa itu sangatlah nikmat, ini harus Anda pahami. 

Dosa tidak tampil lewat penampilan yang mengerikan, buruk dan jorok, ia tidak tampil seperti itu. Dosa tampil begitu menarik, dengan minyak wangi yang harum, dan pakaian yang indah, segalanya terasa enak, manis dan menyenangkan. Begitulah cara dosa menampilkan diri dalam rangka menggoda kita untuk jatuh ke dalam jeratnya. Dan Iblis, di dalam menjalankan kuasa mautnya atas kita, memakai cara yang paling cerdik.

Dan satu aspek yang paling menakutkan dari kuasa dosa ini adalah bahwa ia bisa tampil begitu menipu sehingga kita maju tanpa mempertimbangkan tindakan kita dan berpikir, "Oh, tak ada yang salah dengan hal ini. Tak ada yang salah dalam hal ini." Ketika seseorang berkali-kali jatuh ke dalm dosa, dia memulai dengan berkata, "Apa salahnya? Ini kelihatannya bisa diterima." Dari sana, Anda bisa melihat kuasa tipu daya dosa mulai bekerja. Kuasa dosa melibatkan aspek yang menyesatkan ini, seperti alkohol, yang menumpulkan pikiran, yang mengacaukan pertimbangan, yang membuat Anda tidak tahu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Sungguh menakutkan. Sekali Anda kehilangan pegangan tentang mana yang benar dan mana yang salah, berarti itu saatnya bagi Anda menilai kembali ke mana Anda sedang melangkah.

Hal ini juga terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen. Sampai pada poin tertentu, orang masih bisa menolerir perilaku berdosa orang Kristen. Tapi akan sampai pada satu titik di mana seseorang akan berkata, "Sudah cukup! Tidak boleh lagi! Tidak pantas orang Krsten berperilaku seperti ini dan ini harus dihentikan. Harus dihentikan!" Dan kadang kala, tibalah situasi yang sangat menyakitkan di mana pendeta harus menegakkan disiplin. Dia harus berkata kepada seorang Kristen di gereja, "Perilaku ini tidak bisa diterima dan harus dihentikan. Anda tidak boleh meneruskan hal ini." Dengan demikian, tindakan displin harus diterapkan. Dan jika orang tersebut tidak bisa menerima tindakan disiplin tersebut, tentu saja, dia bebas untuk meninggalkan gereja dan memisahkan dirinya dari jemaat. Kita tidak boleh terus menerus menolerir hal tersebut, karena dosa memang harus ditangani. Kristus telah mati untuk mengakhiri perilaku semacam ini dan kita harus memastikan bahwa hal tersebut memang telah berakhir. 

Tentu saja, terutama saat menangani seseorang, kita harus bertindak dengan sangat hati-hati, kita tidak boleh bertindak berat sebelah, supaya kita tidak mendasarkan penilaian kita pada perasaan dan hasil pengamatan kita saja, melainkan berdasarkan fakta-fakta yang nyata yang bisa kita dapatkan. Jadi, kita harus mengerti bahwa peperangan melawan dosa harus dijalankan, dan dijalankan dengan penuh tekad karena dosa akan membinasakan kita, jika tidak Iblis akan punya kesempatan untuk membinasakan kita.

Tidak takut pada kematian yang kedua

(1) Mati kepada dosa bersama Kristus
Bagaimana caranya agar kita dibebaskan dari kematian rohani? Bagi yang bukan Kristen, saya akan menguraikan dengan singkat tentang bagaimana Kitab Suci mengajarkan bahwa kita dibebaskan dari kuasa kematian rohani. Caranya adalah dengan membuat keputusan untuk mati bersama dengan Kristus. Jadi bukan hanya Kristus yang mati bagi kita, tetapi kita juga harus mati bagi dia. Dan ini berarti bahwa orang Kristen sudah mengalami dengan sesungguhnya seperti apa mati di dalam hidup ini. Jika Anda masih belum mengalami kematian itu, saya ragu apakah Anda tahu apa artinya menjadi orang Kristen. Mungkin penjelasan mengapa begitu banyak orang Kristen yang kalah dalam peperangan melawan dosa di dalam hidup ini adalah karena mereka belum benar-benar melewati pengalaman mati yang mendalam, atau, yang disebut oleh beberapa orang dengan istilah 'mati sepenuhnya (dying out)'; yaitu benar-benar mati terhadap cara hidup yang lama di dalam diri kita. Kita masih membawa cara hidup lama kita yang penuh dengan dosa, dan kita melangkah masuk ke dalam kehidupan Kristen yang baru tanpa menanggalkan manusia lama kita. 

Hidup lama ini kita baptiskan bersama dan kita hanya mengalami perubahan di luarnya saja. Jika Anda pelajari Matius pasal 23, Anda akan melihat bahayanya melakukan hal ini. Tidak ada perubahan yang terjadi di dalam, tapi hanya bagian luar yang dibersihkan oleh baptisan. Kita harus memahami apa makna mati bagi dosa. Kita perlu mengalami apa artinya sudah mati dan telah putus hubungan dengan dosa. 

Namun kekristenan kita sekarang ini sangatlah dangkal. Tahukah Anda bagaimana rasanya mati secara batiniah? Mengalami perasaan hancur lebur karena dosa? Merasa hina dan sakit karena dosa, sehingga pada tingkatan tertentu, Anda memahami seperti apa rasanya sekarat? Seringkali hal-hal ini tidak diajarkan sekarang. Kita mengira bahwa menjadi orang Kristen itu hanya sekadar datang, tersenyum di saat baptisan, dan berkata, "Aku mengakui dosa-dosaku". Lalu, Anda dibenamkan ke air, dan saat keluar Anda telah menjadi Kristen. Namun Anda tidak mengalami suatu kematian di dalam batin Anda yang membuat Anda mampu berkata, "Aku telah berpisah dari dosa, sekali untuk selamanya. Aku sudah muak dengan cara hidupku yang lama -  dengan kenikmatan dosa, dengan tipu dayanya, dengan belenggunya pada kecintaan akan uang, dengan segala hasratnya pada segala perkara duniawi -  aku telah berhenti dari semua itu."

Bukan berarti bahwa sekali Anda mengalami kematian itu maka itu sudah selesai. Kita akan terus menjalani peperangan melawan dosa di sepanjang kehidupan Kristen kita. Dan kekuatan kehidupan Kristen Anda akan bergantung kepada kedalaman pengalaman kematian di dalam diri Anda. Apakah artinya kebangkitan tanpa adanya kematian? Bagaimana mungkin Anda bisa bangkit menuju hidup yang baru jika sama sekali tidak mempunyai pengalaman akan kematian itu? Kematian Kristus harus menjadi realitas di dalam diri kita saat kita bergabung dengan dia di dalam kematian terhadap dosa, supaya kita bisa bangkit bersama-sama dengan dia. Itulah arti dari baptisan. Kematian ini adalah pengalaman rohani atau peristiwa di dalam batin, dan saya tidak takut berbicara tentang pengalaman rohani.  

Tentu saja, ada sebagian orang yang ingin menyingkirkan pengalaman rohani sebagai suatu kenyataan. Mereka tampaknya begitu takut dengan kata 'pengalaman', saya sendiri sama sekali tidak takut. Karena memang sangatlah penting bagi kita untuk memiliki pengalaman rohani agar bisa memiliki landasan kokoh yang bisa diandalkan dalam hidup kita, karena pengalaman itu menegaskan kepada kita tentang realitas dari Firman Allah. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Firman Allah itu nyata sebelum Anda mengalami sendiri realitasnya?

(2) Menaklukkan dosa di dalam kehidupan sehari-hari
Namun jika kita sudah melewati pengalaman mati bersama Kristus dan bangkit kembali, dan tetap di dalam kebangkitan itu dengan setia, maka Alkitab berkata bahwa kita tidak perlu takut pada kematian yang kedua. Kematian yang pertama adalah kematian jasmani kita -  Anda tidak perlu khawatir akan hal itu. Kematian yang kedua adalah kematian yang terakir. Inilah hal yang harus ditakuti. Dan di sini, saya bacakan kepada Anda Wahyu 2:10-11. Kitab Wahyu berbicara banyak tentang kematian yang kedua. Kebanyakan orang, mungkin bahkan semua orang, selain yang masih hidup pada saat kedatangan kembali Tuhan, akan mengalami kematian yang pertama. Akan tetapi kematian yang kedua sangatlah menentukan.
Di Wahyu 2:10-11, Tuhan berbicara kepada jemaat di Smirna. Dia berbicara kepada orang-orang Kristen: "Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua."

Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk terhindar dari kematian yang kedua: satu adalah menyamakan diri dengan Kristus dalam kematian-nya, untuk bisa menerima manfaat dari kematiannya bagi kita. Kedua adalah menaklukkan; menaklukkan dosa di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita tidak boleh kalah oleh dosa -  itulah makna dari kata 'menang (atau menaklukkan)' di dalam kitab Wahyu. Dan jika Anda dikalahkan oleh dosa, berarti Anda belum menaklukkan. 

Kita harus menjalani kehidupan Kristen yang berkemenangan sebagai syarat agar tidak terkena kematian yang kedua. Janji ini hanya disediakan bagi mereka yang menang -  'Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan selama sepuluh hari. Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita.' 

Jika Anda ingin menghapuskan bagian Alkitab yang satu ini dan berkata bahwa mati di dalam Kristus tersedia bagi kita tanpa kita harus menjalani kehidupan yang menunjukkan bahwa kematiannya telah terwujud di dalam diri kita, maka Anda boleh membangun kekristenan milik Anda sendiri. Itu terserah Anda, akan tetapi itu tidak akan membuat Anda terhindar dari kematian yang kedua. 

Seseorang yang benar-benar telah dibebaskan oleh kematian Kristus akan mengalami apa yang disebut dengan kehidupan Kristen. Itu sebabnya mengapa saya berkata bahwa saya sangat prihatin jika melihat orang Kristen kalah di dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka masih mudah tersinggung, tidak pernah puas, dan masih tidak punya tenggang rasa. Itu bukanlah pemenang, jika Alkitab yang dijadikan patokan. Menang berarti mampu menaklukkan dosa dengan darah Anak Domba, oleh kuasa Kristus yang hidup di dalam diri kita. 

Dan, perhatikan baik-baik, janji ini dibuat kepada -  Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. Menang atau kalah (to conquer or not to conquer) adalah persoalan yang sangat penting. "To be or not to be (jadi atau tidak jadi)", ini kata Shakespeare, dan hal ini tidak begitu penting dibandingkan dengan 'to conquer or not to conquer (menaklukkan atau tidak)' jika dikaitkan dengan masalah kematian kedua. Itulah persoalnnya. Menjalani hidup yang berkemenangan atau tidak menjalani hidup yang berkemenangan akan menentukan apakah Anda akan jadi atau tidak jadi. Ini adalah persoalan yang jauh lebih mendasar. Seperti yang bisa Anda lihat, di pesan ini, saya ingin menekankan aspek praktis dari kematian Kristus bagi kita.

Sudahkah Anda siap secara mental menghadapi maut?
Kebanyakan dari kita menghabiskan begitu banyak waktu kita di sekolah, dan sering kali kita kehilangan banyak tahun yang berharga di sekolah, belajar tentang pertambahan, pengurangan, pembagian, dan bahwa ibu kota Inggris adalah London, dan ibu kota Filipina adalah Manila berikut informasi-informasi semacam ini. Kemudian kita mempelajari sedikit tentang kimia, H2O adalah air dan H2SO4 [adalah belerang], dan berbagai hal-hal aneh lainnya, ketika kita mampu mengucapkannya lalu kita merasa sudah sangat terpelajar. Akan tetapi apakah sekolah, berikut tahun-tahun panjang masa belajar kita itu menyiapkan kita untuk menjalani kehidupan nyata yang serba rumit ini? Jika Anda menghadapi persoalan keseharian Anda -  saat Anda menghadapi masalah penyesuaian diri dengan orang lain di sekolah atau di kantor, saat Anda menghadapi masalah pertengkaran dengan saudara, ayah atau ibu Anda -  apakah semua hal yang diajarkan di sekolah itu bisa membantu Anda, setidaknya, di dalam situasi ini? Apakah pelajaran geometri Anda berguna? Apakah pelajaran fisika Anda berguna? 

Lalu bagian pelajaran yang mana yang akan menolong Anda menghadapi kehidupan ini? Itulah persoalannya. Anda akan berpikir bahwa pelajaran yang diperoleh dari pendidikan itu bisa membantu seseorang dalam menjalani kehidupan. Dan ternyata kita tidak diajari satu hal penting yang bisa membantu kita menghadapi kehidupan. Kita tidak dipersiapkan untuk menghadapi ujian kehidupan. Tak ada petunjuk sama sekali. Semua pelajaran, aljabar, geometri, fisika, kimia dan sejarah, apa pun itu, tidak sedikitpun membantu saya. Saya tidak bisa memanfaatkan semua pelajaran itu saat menghadapi kehidupan. Dan pada saat Anda lulus, Anda bahkan tidak ingat lagi pelajran kimia dan fisika yang pernah Anda pelajari kecuali jika Anda melanjutkan di bidang tersebut. Dan jika Anda tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi kehidupan ini, saya beritahu Anda, berarti kita lebih tidak siap lagi menghadapi kematian. Apakah Anda siap untuk mati?

Ini adalah persoalan yang secara khusus tidak suka kita pikirkan. Kita tidak suka berbicara tentang kematian. Mari kita bicara tentang sesuatu yang lebih ceria. Namun kematian adalah suatu kenyataan, kenyataan yang akan mendatangi kita cepat atau pun lambat, dan tak seorang pun dari kita yang bisa menghindarinya, kecuali sedikit orang yang mungkin masih hidup saat kedatangan kembali Tuhan. Faktanya adalah bahwa sebagian besar orang akan mati. Ibrani 9:27 berkata, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi." Kita akan mati, ada yang cepat, ada yang belakangan. Maut tidak mengincar kita berdasarkan usia. Dalam sekejap, ia tiba-tiba datang, atau mungkin, bisa juga melalui pergumulan yang panjang dan berat. Akan tetapi entah kita suka atau tidak, kita harus siap untuk mati jika kita ingin siap untuk memasuki kehidupan.
Tidak mau merenungkan hal kematian itu sama keadaannya seperti kita sedang menghadapi ujian, lalu Anda berkata, "Yah, ujian memang bukan bahan pembicaraan yang menyenangkan, lebih baik diacuhkan saja." Ya, Anda boleh saja menghadapi ujian dengan cara seperti itu, Anda tidak mau memikirkannya, namun sayang sekali, ujian itu tidak akan berlalu walaupun Anda menolak untuk memikirkannya. Realitas ujian tetap ada dan akan menghantui Anda. Anda tetap harus menghadapinya. Jika Anda memperlakukan ujian dengan cara ini, bisa jadi di hari ujian nanti Anda tidak siap. Dan itu akan membuat Anda tidak lulus ujian. Sebagian orang akan lulus ujian dan sebagian lagi gagal. Tetapi Anda tidak akan lulus ujian apapun tanpa adanya persiapan. 

Maut adalah sesuatu hal yang harus kita hadapi dengan persiapan yang matang. Dan jika Anda tanyakan pada orang-orang Kristen di zaman sekarang, Apakah yang terjadi pada waktu mati? Dia tidak akan tahu. Dia tidak tahu! Bagaimana Anda bisa mempersiapkan diri menghadapi kematian jika Anda tidak tahu apa yang terjadi saat itu? Bagaimana Anda bisa menjalani ujian jika Anda tidak tahu pelajaran apa yang akan diuji? Tak akan ada jalan untuk mempersiapkan diri!
.............Bersambung........

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger