Kematian Kristus menghancurkan kuasa maut & ketakutan pada maut
Ibrani 2:14-15
Khotbah oleh Pendeta Eric Chang
Ibrani 2:14-15
Khotbah oleh Pendeta Eric Chang
Mari kita lanjutkan mempelajari Firman Allah di Surat Kepada Orang
Ibrani, Ibr. 2:14-15. Kita mau lebih mendalami penerapan praktis dari
kematian Yesus dan khususnya merenungkan sikap kita terhadap maut.
Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia
(yaitu Yesus sendiri) juga menjadi sama dengan mereka (yaitu
menjadi darah dan daging) dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,
supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa
atas maut; dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang
seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada
maut.
Kematian Kristus telah melumpuhkan kuasa Iblis
Ayat-ayat ini memberitahu kita tentang alasan mendasar lainnya tentang
mengapa Yesus mati. Seperti yang disampaikan di ayat 14, bahwa dengan
kematiannya itu, dia memusnahkan iblis yang berkuasa atas maut, dan
membebaskan mereka yang dibelenggu oleh ketakutan terhadap maut di
sepanjang hidupnya. Karena anak-anak itu - mengacu kepada mereka
yang dianugerahkan hak istimewa oleh Allah untuk menjadi anak-anak-Nya
melalui iman. Kita, dengan iman, menerima hak tertinggi untuk menjadi
anak-anak Allah. Pembebasan disediakan bagi anak-anak itu. Kristus
memang mati bagi semua orang, akan tetapi tidak semua orang menerima
manfaat dari kematiannya karena tidak semua orang yang berdosa menjadi
anak-anak Allah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, hanya melalui kematian Yesus
dia yang berkuasa atas maut dapat dimusnahkan. Yesus tidak dapat
menghindari, atau mengelakkan maut karena hanya melalui kematiannya
Iblis dapat dimusnahkan.
Apakah arti dari 'memusnahkan' di
sini? Karena ternyata sejak kematian
Yesus, Iblis masih ada. Sepertinya kematian Kristus tidak membuatnya
'musnah'. Iblis tetap ada. Kata yang diterjemahkan dengan
'memusnahkan'
di sini di dalam bahasa Yunani secara harfiah berarti kuasa yang telah
dilumpuhkan, yaitu, dijadikan tidak berarti, membuat sesuatu menjadi
tidak berguna atau menghilangkan kekuatannya. Itulah ide dasar dari
kata
tersebut. Sama seperti sebuah tank yang sedang bergerak datang, dan
ketika ia semakin dekat, siap menghancurkan Anda, kemudian datang
seseorang dengan senjata anti tank, membidik tank tersebut, dan ketika
tank itu tertembak, ia menjadi rusak dan tidak berdaya. Tank tersebut
masih ada di sana, mungkin saja ia masih memiliki peluru meriam di
dalamnya, akan tetapi ia sudah dilumpuhkan, sudah tidak bisa bergerak
lagi dan ia sudah berhenti berfungsi. Demikian pula dengan Iblis, dia
tidak hilang, akan tetapi ia dilumpuhkan oleh kematian Kristus -
lumpuh,
yaitu, dalam kaitannya dengan [upaya dia menyerang] anak-anak Allah.
Poin ini haruslah kita pahami baik-baik karena yang kita bicarakan
bukanlah tentang pembinasaan Iblis, kita tidak berbicara tentang
punahnya Iblis tetapi yang kita bicarakan adalah tentang pelumpuhan
Iblis dalam kaitannya dengan kemampuannya untuk mengganggu anak-anak
Allah.
Banyak orang Kristen yang tidak memakai kuasa Allah
Hal ini sangatlah penting bagi kita dalam lingkup kehidupan kita
sehari-hari karena dari cara kebanyakan orang Kristen berperilaku,
tentunya akan membuat Anda tidak yakin bahwa Iblis sudah dilumpuhkan.
Saya sangat terusik melihat orang-orang Kristen terus saja jatuh ke
dalam dosa, orang-orang Kristen selalu saja dilemahkan, dan tampaknya
bukan Iblis yang dilumpuhkan melainkan justru orang-orang Kristenlah
yang dilumpuhkan. Ini adalah hal yang sangat mengganggu.
Kematian Yesus seharusnya mempunyai dampak yang nyata dalam kehidupan
sehari-hari kita. Tetapi apakah orang-orang Kristen yang terus saja
jatuh ke dalam dosa itu benar-benar kenal siapa Yesus itu, dan apakah
kematian Kristus benar-benar berdampak pada hidup mereka. Yang saya
maksudkan bukannya jatuh ke dalam dosa besar, ke dalam percabulan atau
perzinahan atau hal yang semacam itu, sekali pun, sayangnya, hal itu
memang kadang terjadi di antara orang-orang Kristen atau mereka 'yang
menyebut dirinya Kristen'. Akan tetapi yang saya maksudkan adalah,
misalnya, ketidakmampuan untuk mengendalikan perilakunya sehari-hari,
ketidakmampuan untuk berperilaku sebagaimana layaknya seorang Kristen
yang normal, ketidakmampuan untuk bertenggang rasa, bersikap baik, dan
cermat. Tampaknya kesaksian hidup orang-orang Kristen, sebagian besar
tidak efektif, lumpuh sehingga orang bertanya-tanya siapakah,
sebenarnya, yang dilumpuhkan.
Ibliskah yang telah dilumpuhkan atau justru orang-orang Kristen yang
dilumpuhkan. Sayang sekali, terlalu sering terlihat bahwa tampaknya
justru orang Kristenlah yang telah dilumpuhkan. Akan tetapi, jika orang
itu sampai bisa dilumpuhkan itu bukan karena Iblis masih memiliki kuasa
untuk melumpuhkan dia, melainkan karena orang Kristen itu sendiri yang
tidak menarik kuasa yang disediakan oleh Tuhan, kuasa dari hidup yang
telah dibangkitkan.
Saya tidak tahu kehidupan Kristen macam apa yang sedang Anda jalani
sekarang. Dalam penilaian dan pengamatan saya, saya terus menerus merasa
kecewa dengan prestasi orang-orang Kristen. Saya selalu kecewa dengan
cara mereka berperilaku. Dan saya sendiri sering kecewa dengan diri saya
sendiri, saya merasa kecewa karena saya sendiri, tanpa kecuali, tidak
bisa selalu maju ke tingkat kesempurnaan yang telah menjadi panggilan
Tuhan kepada saya. Mungkin saya terlalu keras terhadap diri saya
sendiri, akan tetapi saya memang wajib untuk bersikap keras terhadap
diri sendiri. Kita harus berjuang, kita harus berjuang lebih keras untuk
maju. Mungkin sebagian dari masalah saya adalah bahwa kita cenderung
terlalu lunak terhadap diri kita dan mencari-cari alasan untuk dosa-dosa
kita, membenarkan perilaku kita yang tidak layak. Kita tidak mengambil
tindakan apa-apa terhadap dosa, entah yang ada di dalam diri kita atau
pun yang ada di dalam hidup orang lain. Kita mengira bahwa meremehkan
dosa adalah tindakan amal yang penuh kasih, khususnya terhadap dosa kita
sendiri, dan juga dosa orang lain. Hal ini tidak bisa diterima. Gereja
harus disucikan. Kristus telah mati untuk melumpuhkan Iblis. Akan
tetapi, Iblis tampaknya, terlihat begitu aktif di tengah jemaat dan di
dalam kehidupan orang-orang Kristen.
Iblis membawa kita pada maut lewat dosa
Di sini kita diberitahu bahwa Iblis memiliki kuasa atas maut. Ini
berarti bahwa setidaknya dia memiliki kekuasaan di dua tingkatan. Dia
memiliki kuasa untuk membunuh kita secara jasmani, dan juga memiliki
kuasa tertentu atas setiap orang. Kita tahu bahwa setiap orang yang
mengambil senjata dan menembak kita tampaknya punya peluang yang bagus
untuk membunuh kita. Dengan demikian, jika manusia memiliki kuasa untuk
membunuh kita, tentunya Iblis memiliki kuasa lebih lagi untuk membunuh
kita. Akan tetapi terbunuh secara jasmani masih bukan apa-apa. Yang jauh
lebih berbahaya dari itu adalah kuasa maut dalam pengertian yang rohani.
Dengan cara bagaimana Iblis menjalankan kuasa maut atas kita? Persisnya
adalah dengan cara yang baru saja kami sampaikan - dia menggoda kita
untuk berbuat dosa. Dan dosa bisa terlihat sangat menggoda, sangat bisa
diterima, sangat menyenangkan pada saat itu, dan dengan godaan ini,
seperti yang pernah dia cobakan pada Yesus; Iblis menggoda kita
sedemikian rupa untuk membawa kita masuk ke dalam maut. Sangatlah
meresahkan melihat orang Kristen membiarkan Iblis menjalankan kuasa maut
atas diri mereka. Karena setiap kali Anda berbuat dosa, berarti Anda
membiarkan Iblis menjalankan kuasanya untuk membinasakan Anda. Dan
sungguh mengejutkan bahwa, kadang kala, kita seperti orang yang dengan
senyum di wajah, melangkah ke dalam maut. Kita melangkah ke sana,
tampaknya dengan sukacita untuk dihancurkan karena kita tertarik dengan
godaan dosa. Dan Kitab Suci menyatakan bahwa dosa itu sangatlah nikmat,
ini harus Anda pahami.
Dosa tidak tampil lewat penampilan yang mengerikan, buruk dan jorok, ia
tidak tampil seperti itu. Dosa tampil begitu menarik, dengan minyak
wangi yang harum, dan pakaian yang indah, segalanya terasa enak, manis
dan menyenangkan. Begitulah cara dosa menampilkan diri dalam rangka
menggoda kita untuk jatuh ke dalam jeratnya. Dan Iblis, di dalam
menjalankan kuasa mautnya atas kita, memakai cara yang paling cerdik.
Dan satu aspek yang paling menakutkan dari kuasa dosa ini adalah
bahwa ia bisa tampil begitu menipu sehingga kita maju tanpa
mempertimbangkan tindakan kita dan berpikir, "Oh, tak ada yang salah
dengan hal ini. Tak ada yang salah dalam hal ini." Ketika seseorang
berkali-kali jatuh ke dalm dosa, dia memulai dengan berkata, "Apa
salahnya? Ini kelihatannya bisa diterima." Dari sana, Anda bisa melihat
kuasa tipu daya dosa mulai bekerja. Kuasa dosa melibatkan aspek yang
menyesatkan ini, seperti alkohol, yang menumpulkan pikiran, yang
mengacaukan pertimbangan, yang membuat Anda tidak tahu membedakan mana
yang benar dan mana yang salah. Sungguh menakutkan. Sekali Anda
kehilangan pegangan tentang mana yang benar dan mana yang salah, berarti
itu saatnya bagi Anda menilai kembali ke mana Anda sedang melangkah.
Hal ini juga terjadi dalam kehidupan orang-orang Kristen. Sampai pada
poin tertentu, orang masih bisa menolerir perilaku berdosa orang
Kristen. Tapi akan sampai pada satu titik di mana seseorang akan
berkata, "Sudah cukup! Tidak boleh lagi! Tidak pantas orang Krsten
berperilaku seperti ini dan ini harus dihentikan. Harus dihentikan!" Dan
kadang kala, tibalah situasi yang sangat menyakitkan di mana pendeta
harus menegakkan disiplin. Dia harus berkata kepada seorang Kristen di
gereja, "Perilaku ini tidak bisa diterima dan harus dihentikan. Anda
tidak boleh meneruskan hal ini." Dengan demikian, tindakan displin harus
diterapkan. Dan jika orang tersebut tidak bisa menerima tindakan
disiplin tersebut, tentu saja, dia bebas untuk meninggalkan gereja dan
memisahkan dirinya dari jemaat. Kita tidak boleh terus menerus menolerir
hal tersebut, karena dosa memang harus ditangani. Kristus telah mati
untuk mengakhiri perilaku semacam ini dan kita harus memastikan bahwa
hal tersebut memang telah berakhir.
Tentu saja, terutama saat menangani seseorang, kita harus bertindak
dengan sangat hati-hati, kita tidak boleh bertindak berat sebelah,
supaya kita tidak mendasarkan penilaian kita pada perasaan dan hasil
pengamatan kita saja, melainkan berdasarkan fakta-fakta yang nyata yang
bisa kita dapatkan. Jadi, kita harus mengerti bahwa peperangan melawan
dosa harus dijalankan, dan dijalankan dengan penuh tekad karena dosa
akan membinasakan kita, jika tidak Iblis akan punya kesempatan untuk
membinasakan kita.
Tidak takut pada kematian yang kedua
(1) Mati kepada dosa bersama Kristus
Bagaimana caranya agar kita dibebaskan dari kematian rohani? Bagi yang
bukan Kristen, saya akan menguraikan dengan singkat tentang bagaimana
Kitab Suci mengajarkan bahwa kita dibebaskan dari kuasa kematian rohani.
Caranya adalah dengan membuat keputusan untuk mati bersama dengan
Kristus. Jadi bukan hanya Kristus yang mati bagi kita, tetapi kita juga
harus mati bagi dia. Dan ini berarti bahwa orang Kristen sudah mengalami
dengan sesungguhnya seperti apa mati di dalam hidup ini. Jika Anda masih
belum mengalami kematian itu, saya ragu apakah Anda tahu apa artinya
menjadi orang Kristen. Mungkin penjelasan mengapa begitu banyak orang
Kristen yang kalah dalam peperangan melawan dosa di dalam hidup ini
adalah karena mereka belum benar-benar melewati pengalaman mati yang
mendalam, atau, yang disebut oleh beberapa orang dengan istilah 'mati
sepenuhnya (dying out)'; yaitu benar-benar mati terhadap cara
hidup yang lama di dalam diri kita. Kita masih membawa cara hidup lama
kita yang penuh dengan dosa, dan kita melangkah masuk ke dalam kehidupan
Kristen yang baru tanpa menanggalkan manusia lama kita.
Hidup lama ini kita baptiskan bersama dan kita hanya mengalami perubahan
di luarnya saja. Jika Anda pelajari Matius pasal 23, Anda akan melihat
bahayanya melakukan hal ini. Tidak ada perubahan yang terjadi di dalam,
tapi hanya bagian luar yang dibersihkan oleh baptisan. Kita harus
memahami apa makna mati bagi dosa. Kita perlu mengalami apa artinya
sudah mati dan telah putus hubungan dengan dosa.
Namun kekristenan kita sekarang ini sangatlah dangkal. Tahukah Anda
bagaimana rasanya mati secara batiniah? Mengalami perasaan hancur lebur
karena dosa? Merasa hina dan sakit karena dosa, sehingga pada tingkatan
tertentu, Anda memahami seperti apa rasanya sekarat? Seringkali hal-hal
ini tidak diajarkan sekarang. Kita mengira bahwa menjadi orang Kristen
itu hanya sekadar datang, tersenyum di saat baptisan, dan berkata, "Aku
mengakui dosa-dosaku". Lalu, Anda dibenamkan ke air, dan saat keluar
Anda telah menjadi Kristen. Namun Anda tidak mengalami suatu kematian di
dalam batin Anda yang membuat Anda mampu berkata, "Aku telah berpisah
dari dosa, sekali untuk selamanya. Aku sudah muak dengan cara hidupku
yang lama - dengan kenikmatan dosa, dengan tipu dayanya, dengan
belenggunya pada kecintaan akan uang, dengan segala hasratnya pada
segala perkara duniawi - aku telah berhenti dari semua itu."
Bukan berarti bahwa sekali Anda mengalami kematian itu maka itu sudah
selesai. Kita akan terus menjalani peperangan melawan dosa di sepanjang
kehidupan Kristen kita. Dan kekuatan kehidupan Kristen Anda akan
bergantung kepada kedalaman pengalaman kematian di dalam diri Anda.
Apakah artinya kebangkitan tanpa adanya kematian? Bagaimana mungkin Anda
bisa bangkit menuju hidup yang baru jika sama sekali tidak mempunyai
pengalaman akan kematian itu? Kematian Kristus harus menjadi realitas di
dalam diri kita saat kita bergabung dengan dia di dalam kematian
terhadap dosa, supaya kita bisa bangkit bersama-sama dengan dia. Itulah
arti dari baptisan. Kematian ini adalah pengalaman rohani atau peristiwa
di dalam batin, dan saya tidak takut berbicara tentang pengalaman
rohani.
Tentu saja, ada sebagian orang yang ingin menyingkirkan pengalaman
rohani sebagai suatu kenyataan. Mereka tampaknya begitu takut dengan
kata 'pengalaman', saya sendiri sama sekali tidak takut. Karena memang
sangatlah penting bagi kita untuk memiliki pengalaman rohani agar bisa
memiliki landasan kokoh yang bisa diandalkan dalam hidup kita, karena
pengalaman itu menegaskan kepada kita tentang realitas dari Firman
Allah. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Firman Allah itu nyata sebelum
Anda mengalami sendiri realitasnya?
(2) Menaklukkan dosa di dalam kehidupan sehari-hari
Namun jika kita sudah melewati pengalaman mati bersama Kristus dan
bangkit kembali, dan tetap di dalam kebangkitan itu dengan setia, maka
Alkitab berkata bahwa kita tidak perlu takut pada kematian yang kedua.
Kematian yang pertama adalah kematian jasmani kita - Anda tidak perlu
khawatir akan hal itu. Kematian yang kedua adalah kematian yang terakir.
Inilah hal yang harus ditakuti. Dan di sini, saya bacakan kepada Anda
Wahyu 2:10-11. Kitab Wahyu berbicara banyak tentang kematian yang kedua.
Kebanyakan orang, mungkin bahkan semua orang, selain yang masih hidup
pada saat kedatangan kembali Tuhan, akan mengalami kematian yang
pertama. Akan tetapi kematian yang kedua sangatlah menentukan.
Di Wahyu 2:10-11, Tuhan berbicara
kepada jemaat di Smirna. Dia berbicara kepada orang-orang Kristen: "Jangan takut terhadap apa yang harus
engkau derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari
antaramu ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh
kesusahan selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan
Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat:
Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang
kedua."
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk terhindar dari kematian yang
kedua: satu adalah menyamakan diri dengan Kristus dalam kematian-nya,
untuk bisa menerima manfaat dari kematiannya bagi kita. Kedua adalah
menaklukkan; menaklukkan dosa di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita
tidak boleh kalah oleh dosa - itulah makna dari kata 'menang (atau
menaklukkan)' di dalam kitab Wahyu. Dan jika Anda dikalahkan oleh dosa,
berarti Anda belum menaklukkan.
Kita harus menjalani kehidupan
Kristen yang berkemenangan sebagai syarat agar tidak terkena kematian
yang kedua. Janji ini hanya disediakan bagi mereka yang menang - 'Jangan takut terhadap apa yang harus engkau
derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu
ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan
selama sepuluh hari. Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita.'
Jika Anda ingin menghapuskan bagian Alkitab yang satu ini dan berkata
bahwa mati di dalam Kristus tersedia bagi kita tanpa kita harus
menjalani kehidupan yang menunjukkan bahwa kematiannya telah terwujud di
dalam diri kita, maka Anda boleh membangun kekristenan milik Anda
sendiri. Itu terserah Anda, akan tetapi itu tidak akan membuat Anda
terhindar dari kematian yang kedua.
Seseorang yang benar-benar telah dibebaskan oleh kematian Kristus akan
mengalami apa yang disebut dengan kehidupan Kristen. Itu sebabnya
mengapa saya berkata bahwa saya sangat prihatin jika melihat orang
Kristen kalah di dalam kehidupan sehari-harinya. Mereka masih mudah
tersinggung, tidak pernah puas, dan masih tidak punya tenggang rasa. Itu
bukanlah pemenang, jika Alkitab yang dijadikan patokan. Menang berarti
mampu menaklukkan dosa dengan darah Anak Domba, oleh kuasa Kristus yang
hidup di dalam diri kita.
Dan, perhatikan baik-baik, janji ini
dibuat kepada - Barangsiapa
menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua.
Menang atau kalah (to conquer or not to conquer) adalah persoalan
yang sangat penting. "To be or not to be (jadi atau tidak jadi)",
ini kata Shakespeare, dan hal ini tidak begitu penting dibandingkan
dengan 'to conquer or not to conquer (menaklukkan atau tidak)'
jika dikaitkan dengan masalah kematian kedua. Itulah persoalnnya.
Menjalani hidup yang berkemenangan atau tidak menjalani hidup yang
berkemenangan akan menentukan apakah Anda akan jadi atau tidak jadi. Ini
adalah persoalan yang jauh lebih mendasar. Seperti yang bisa Anda lihat,
di pesan ini, saya ingin menekankan aspek praktis dari kematian Kristus
bagi kita.
Sudahkah Anda siap secara mental menghadapi maut?
Kebanyakan dari kita menghabiskan begitu banyak waktu kita di sekolah,
dan sering kali kita kehilangan banyak tahun yang berharga di sekolah,
belajar tentang pertambahan, pengurangan, pembagian, dan bahwa ibu kota
Inggris adalah London, dan ibu kota Filipina adalah Manila berikut
informasi-informasi semacam ini. Kemudian kita mempelajari sedikit
tentang kimia, H2O adalah air dan H2SO4 [adalah belerang], dan berbagai
hal-hal aneh lainnya, ketika kita mampu mengucapkannya lalu kita merasa
sudah sangat terpelajar. Akan tetapi apakah sekolah, berikut tahun-tahun
panjang masa belajar kita itu menyiapkan kita untuk menjalani kehidupan
nyata yang serba rumit ini? Jika Anda menghadapi persoalan keseharian
Anda - saat Anda menghadapi masalah penyesuaian diri dengan orang lain
di sekolah atau di kantor, saat Anda menghadapi masalah pertengkaran
dengan saudara, ayah atau ibu Anda - apakah semua hal yang diajarkan di
sekolah itu bisa membantu Anda, setidaknya, di dalam situasi ini? Apakah
pelajaran geometri Anda berguna? Apakah pelajaran fisika Anda berguna?
Lalu bagian pelajaran yang mana yang akan menolong Anda menghadapi
kehidupan ini? Itulah persoalannya. Anda akan berpikir bahwa pelajaran
yang diperoleh dari pendidikan itu bisa membantu seseorang dalam
menjalani kehidupan. Dan ternyata kita tidak diajari satu hal penting
yang bisa membantu kita menghadapi kehidupan. Kita tidak dipersiapkan
untuk menghadapi ujian kehidupan. Tak ada petunjuk sama sekali. Semua
pelajaran, aljabar, geometri, fisika, kimia dan sejarah, apa pun itu,
tidak sedikitpun membantu saya. Saya tidak bisa memanfaatkan semua
pelajaran itu saat menghadapi kehidupan. Dan pada saat Anda lulus, Anda
bahkan tidak ingat lagi pelajran kimia dan fisika yang pernah Anda
pelajari kecuali jika Anda melanjutkan di bidang tersebut. Dan jika Anda
tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi kehidupan ini, saya
beritahu Anda, berarti kita lebih tidak siap lagi menghadapi kematian.
Apakah Anda siap untuk mati?
Ini adalah persoalan yang secara
khusus tidak suka kita pikirkan. Kita tidak suka berbicara tentang
kematian. Mari kita bicara tentang sesuatu yang lebih ceria. Namun
kematian adalah suatu kenyataan, kenyataan yang akan mendatangi kita
cepat atau pun lambat, dan tak seorang pun dari kita yang bisa
menghindarinya, kecuali sedikit orang yang mungkin masih hidup saat
kedatangan kembali Tuhan. Faktanya adalah bahwa sebagian besar orang
akan mati. Ibrani 9:27 berkata, "Dan sama seperti manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi."
Kita akan mati, ada yang cepat, ada yang belakangan. Maut tidak
mengincar kita berdasarkan usia. Dalam sekejap, ia tiba-tiba datang,
atau mungkin, bisa juga melalui pergumulan yang panjang dan berat. Akan
tetapi entah kita suka atau tidak, kita harus siap untuk mati jika kita
ingin siap untuk memasuki kehidupan.
Tidak mau merenungkan hal kematian itu sama keadaannya seperti kita
sedang menghadapi ujian, lalu Anda berkata, "Yah, ujian memang bukan
bahan pembicaraan yang menyenangkan, lebih baik diacuhkan saja." Ya,
Anda boleh saja menghadapi ujian dengan cara seperti itu, Anda tidak mau
memikirkannya, namun sayang sekali, ujian itu tidak akan berlalu
walaupun Anda menolak untuk memikirkannya. Realitas ujian tetap ada dan
akan menghantui Anda. Anda tetap harus menghadapinya. Jika Anda
memperlakukan ujian dengan cara ini, bisa jadi di hari ujian nanti Anda
tidak siap. Dan itu akan membuat Anda tidak lulus ujian. Sebagian orang
akan lulus ujian dan sebagian lagi gagal. Tetapi Anda tidak akan lulus
ujian apapun tanpa adanya persiapan.
Maut adalah sesuatu hal yang harus kita hadapi dengan persiapan yang
matang. Dan jika Anda tanyakan pada orang-orang Kristen di zaman
sekarang, Apakah yang terjadi pada waktu mati? Dia tidak akan tahu. Dia
tidak tahu! Bagaimana Anda bisa mempersiapkan diri menghadapi kematian
jika Anda tidak tahu apa yang terjadi saat itu? Bagaimana Anda bisa
menjalani ujian jika Anda tidak tahu pelajaran apa yang akan diuji? Tak
akan ada jalan untuk mempersiapkan diri!
.............Bersambung........
Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org
0 komentar:
Posting Komentar