Renungan Sahabat: Daud (4) Dosa Dan Pertobatan

Kamis, 26 November 2015

RENUNGAN SAHABAT: DAUD (4) TENTANG DOSA DAN PERTOBATAN 
"Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan Allahmu dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkanNya.."
(1 Raja 22:3.a) OBSERVE WHAT THE LORD YOUR GOD REQUIRES, WALK IN HIS WAYS

Daud tinggal di istana, sementara pasukannya berperang melawan bani Amon di kota Raba. Dari sotoh rumahnya Daud melihat seorang wanita cantik bersuami sedang mandi, bernama Batsyeba. Timbul keinginan Daud tidur dengan Batsyeba. Mereka berbuat zinah. Suami Batsyeba sedang ikut berperang. Daud memanfaatkan kesempatan untuk berhubungan dengan istri Uria itu selagi suaminya tidak ada. Daud berbuat dosa dihadapan Allah. Batsyeba hamil. Dosa beranak dosa. Daud minta kepada Yoab panglimanya agar Uria ditempatkan di barisan depan pertempuran supaya cepat mati. Kemudian Daud mengawini Batsyeba, dan wanita itu melahirkan seorang anak laki-laki. Apa yang sudah diperbuat Daud suatu kekejian dan jahat dimata Tuhan Allah. 

Allah melalui nabi Natan memberitahukan dosa ini kepada Daud. Perbuatan itu sebagai penghinaan dan nista bagi Tuhan. Allah akan membalaskan kejahatan ini. Daud sadar dan menyesal: "Aku sudah berdosa kepada Tuhan" kata Daud. Daud tidak dihukum mati oleh Tuhan, tapi anak laki-laki yang dilahirkan Batsyeba bagi Daud itu akan mati. Benarlah anak laki-laki itu lahir, sakit dan mati. 

Daud sungguh menyesal dengan kejahatan dan dosa yang telah diperbuatnya kapada Batsyeba dan Uria suaminya yang mati terbunuh. Daud berdoa & berpuasa mohon pengampunan kepada Allah. Dia menyesali dosa-dosanya dan bertobat. Tuhan Allah mengampuni Daud. Dan Allah memberi seorang anak laki-laki dari Batsyeba bagi Daud yang kemudian diberi nama Salomo. 

Daud sudah tua. Dia rindu untuk membuat Bait Suci bagi Allah. Tapi Allah tidak berkenan, Tuhan tidak mengizinkan Daud karena tangan Daud "penuh darah". Tapi nanti yang akan membangun Bait Allah adalah Salomo anaknya. Keturunan Daud selain Salomo si putra mahkota/pangeran, Adonia anaknya juga ingin menjadi raja Israel. Dia didukung oleh Yoab dan imam Abyatar. Tapi Salomo didukung Daud ayahnya, Benaya, nabi Natan imam Zadok, Simei & Rei dua pahlawan perang Daud. Daud mengurapi Salomo menjadi raja menggantikannya, seuai dengan janjinya kepada Tuhan Allah Israel. 

Salomo menjadi raja dan kawin dengan anak Firaun raja Mesir. Kemudian Salomo membangun Rumah Tuhan, dan Tembok sekeliling Yerusalem yang sudah dirancang Daud ayahnya. Salomo membakar korban bakaran dan melakukan doa syukur kepada Allah atas penyertaanNya. Allah berkenan atas Salomo dan berfirman: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu". Salomo tidak minta yang lain kecuali minta kepada Allah "HATI YANG PENUH HIKMAT & PENGERTIAN" Dan Allah mengabulkannya. 

Hikmat Salomo nampak jelas di mata rakyat dan para pejabat istananya. Pada persidangan 2 orang ibu yg memperebutkan seorang bayi nampak Salomo penuh hikmat dalam memutuskan perkara. Seolah-olah dia mau memotong bayi itu dengan pedang, menjadi 2 bagian. Ibu yang palsu setuju saja dibagi 2, tapi ibu yang asli jelas-jelas tak mau bayinya dipotong untuk dibagi. Dia lebih baik menyerahkan kepada ibu lainnya. Dengan demikian Salomo tahu kepada siapa bayi itu diberikan. Sedangkan yang mengaku sebagai ibu bayi itu, tapi yg palsu diberi hukuman oleh raja Salomo. 

Kerajaan Israel jaya dan kaya raya di bawah Salomo, luas wilayahnya dari sungai Efrat sampai negeri-negeri orang Filistin kemudian sampai ke tapal batas Mesir. Bait Suci, Tembok Yerusalem dan Istana Salomo berdiri megah. Dibangun dengan ratusan ribu pekerja, kayu-kayu pilihan (Aras, Sanobar, Cendana) dari Libanon. Beberapa bagian penting dilapisi dengan emas. Allah berjnji akan datangnya Raja yang besar dan sangat besar KuasaNya, yaitu AnakNya sendiri dan meminta agar rakyat Israel selalu setia dan hidup sesuai dengan kehendak Allah. 

Renungan Sahabat. Kita sungguh berbahagia bahwa janji Allah sudah digenapi dengan datangnya Anak Allah yaitu Yesus Kristus Juruselamat kita, Raja Damai kita. Dia datang ke dunia sesuai janjiNya kepada Daud hamba Allah yang taat itu. Walaupun Daud sudah berbuat dosa dan tangannya "penuh darah" tapi dia sungguh menyesal dan bertobat. Pertobatannya diterima Allah dan dia memperoleh pengampunan. Kita juga yang tak luput dari kesalahan dan dosa, perlu menghampiri Allah dalam Yesus Kristus untuk memohon pengampunan dosa seperti dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, "Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami sudah mengampuni orang yang bersalah kepada kami". Halleluya...GOD BLESS. 

by Wokman Saragih

Renungan Sahabat: Daud (3) Bermazmur Dan Berjuang

Renungan Sahabat: Daud (3) Bermazmur Dan Berjuang 
"Peperangan antara keluarga Saul dan keluarga Daud berlarut-laru, Daud kian lama kian kuat.." 
(2 Samuel 3:1) THE WAR BETWEEN THE HOUSE OF SAUL AND THE HOUSE OF DAVID LASTED A LONG TIME, DAVID GREW STRONGER & STRONGER 

Daud dalam hidupnya dekat dengan Allah, senang dengan musik rebana, seruling, kecapi, Puji-pujian dan Tari-tarian untuk memuliakan Allah. Sebagai saksi ada 150 Pasal Mazmur di Alkitab yang sebagian besar ditulis oleh Daud sendiri, baik ketika menghadapi kesulitan, kebahagiaan, kemenangan, minta pertolongan, sakit, kerinduan, penyembahan, doa dan ungkapan syukur. Dalam keadaan apapun, kapan dan dimanapun dia berada tak lepas dengan doa dan puji-pujian. Doa syukur Daud dalam masa pergumulan/perjuangan, dimulai syukur dengan berkata "Siapakah aku ini ya Tuhan Allah dan siapakah keluargaku sehingga Engkau membawa akau sampai sedemikian ini? (2 Samuel 7:18). Kemudian Daud menyanyikan nyanyian ratapan karena Saul dan Yontahan mati di medan pertempuran (2 Samuel 1:17-27). Dan ketika Daud terlepas dari cengkeraman musuh ia berkata: "Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku, penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku, tempat pelarianku, Juru Selamatku; Engkau menyelamatkan aku dari kekerasan" (2 Samuel 22:2-3). Pada Mazmur 119 tentang "Bahagianya orang yang hidup menurut Taurat Tuhan" Daud menulis panjang lebar tentang Tuhan Allah. Ayat 105 berbunyi: "FirmanMu itu Pelita bagi kakiku dan Terang bagi jalanku". Selanjutnya Mazmur 23 tentang Tuhan adalah Gembalaku yang baik, bunyi ayat 1-2 adalah: "Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau. Ia membimbing aku ke air yg tenang". 

Perjuangan hidup yang dialami Daud sangat luar biasa. Awalnya sebagai gembala ternak, ia berjuang menjaga kambing dombanya dari ancaman binatang buas seperti Singa, Beruang dan binatang buas lainnya. Dia menjaga ternaknya dan mau bergumul melawan binatang-binatang buas itu dan dia menang. Daud sangat pemberani. 

Demikian pula ketika diangkat sebagai tentara Saul, Daud berani melawan si raksasa Goliat panglima Filistin yang berpakaian dari besi, dapat dikalahkan dan mati oleh Daud. Allah selalu menyertai kemana Daud pergi berperang. Acapkali luput dari sergapan musuh juga kejaran Saul karena Allah bersamanya. Kesulitan demi kesulitan, masalah dan masalah terus mengikuti Daud. Hidup berpindah-pindah, dari Rama ke Nayat pindah ke Nob, terus pindah lagi ke Gat. Dari Gat ke Gunung Adulam. Kemudian ke Mizpa. Lari lagi ke hutan Keret. Pergi ke Kehila untuk berperang. Pergi berperang dengan orang-orang Filistin di gurun Zig. Lari ke Koreza di bukit Hakila. Pindah lagi ke gurun En-Gedi. Hidup yang berjuang, hidup berpindah-pindah, hidup dalam pengejaran seperti pemberontak. Tapi Daud sabar, tabah, tegar dan dia takut akan Tuhan. 

Ketika Daud menjadi rajapun tak lepas dari masalah dalam hidupnya. Absalom anaknya memberontak terhadap dirinya. Daud berjuang di luar istana dengan tetap mengingat Tuhan Allahnya. Seluruh hidupnya ditulis dalam Alkitab. Daud yang bermazmur dan Daud yang berjuang dalam hidupnya. 

Renungan sahabat, apakah dalam hidup ini kita bisa lepas dari masalah/persoalan? Apakah kita berusaha sendiri megatasinya atau melibatkan Tuhan? Apakah kita berkerinduan memuji Tuhan walaupun dalam susah maupun senang? Dapatkah kita SEPERTI DAUD? GOD BLESS. 

by Wokman Saragih

Renungan Sahabat: SIMSON HAKIM ISRAEL

Rabu, 25 November 2015

Renungan Sahabat: SIMSON HAKIM ISRAEL 
"Jika kepalaku dicukur, maka kekuatanku akan lenyap dari padaku. 
(Hakim-hakim 16:17) IF MY HEAD WERE SHAVED MY STRENG WOULD BE LEAVE ME 

SIMSON memerintah sebagai hakim Israel 20 tahun lamanya. Ia seorang nazir Allah yang lahir dari keluarga Manoah. Simson tumbuhnya besar dan kuat sekali. Mulut singa dia robek seperti anak kambing saja. Ribuan orang Fiistin sudah dibunuhnya. Tapi yang paling besar adalah ketika Filistin mengadakan perayaan korban kepada dewa Dagon di Gaza dan Simson ada di sana untuk dipermalukan karena mata sdh dicungkil dan tubuh terikat erat. 

Kekuatan Simson diberikan Allah dari rambutnya yang lebat dan panjang dan tak boleh dicukur. Selama rambutnya tetap dijaga, maka segala cara dan alat yang digunakan untuk mengalahkannya pasti gagal. 

Delila teman wanita Simson beberapa kali menjebaknya dengan Tali busur, tali rami baru, dan sebagainya tapi Simson memutuskannya dengan mudah. Hanya dengan rahang keledai Simson membunuh 1000 orang Filistin. Akibat bujuk rayu & cinta buta Simson kepada Delila, Simson melupakan Tuhan Allah. Dia memberitahu kelemahannya. Simson diikat, mata di cungkil, dipertontonkan kepada orang banyak di sebuah gedung besar dan banyak orang berkumpul untuk melihatnya. Simson berdoa mohon ampun kepada Allah dan minta kekuatan: "Tuhan Allah, buatlah aku kuat supaya ku balaskan orang-orang Filistin itu. Tuhan Allah memberikannya kekuatan untuk merobohkan tiang gedung raksasa itu dengan tangan kanan dan kirinya. Robohlah gedung itu menimpa raja-raja kota dan orang Filistin yang berkumpul di situ. Simson mati bersama mereka. Sangat fantastis. Kemudian keluarga Simson mengambil jazad Simson dan dikuburkan di Israel dalam kubur Manoreh, ayahnya. 

Renungan Sahabat. Allah memberi kita bermacam-macam talenta. Pakai talenta tersebut dengan sbaik-baiknya. Jangan disalah-gunakan atau diselewengkan untuk hal-hal yang memalukan dan membuat kesedihan bagi Tuhan. Masing-masing kita diberi kekuatan dan potensi. Galilah potensi itu menjadi potensi yang efektif. Jalankan untuk pekerjaan yang baik, indah dan berguna bagi pekerjaan Tuhan dan kesejahteraan serta kebaikan sesama. GOD BLESS. 

by Wokman Saragih

Renungan Sahabat: RUT, NAOMI & BOAS

Renungan Sahabat: RUT, NAOMI & BOAS 
"Bangsamulah bangsaku & Allahmulah Allahku". 
(Rut 1:16.b) Your people will be my people N your Lord my Lord 

RUT & Orpa dua bersaudara menantu Naomi dari anak-anaknya laki-laki Mahlon & Kilyon, ketika mereka imigrasi ke Moab karena ada kelaparan di Betlehem. Mahlon & Milyon mati di Moab menyusul ayahnya Elimelekh yang meninggal lebih dulu di Moab. 

Naomi mau kembali ke Betlehem tanah leluhurnya dan minta kedua menantunya tidak ikut dengannya. Setelah dibujuk terus Orpa kembali ke orang tuanya. Namun Naomi tidak mau, dia tetap keras ikut mertuanya itu ke Efrata di Betlehem. Kata Rut: "Dimana engkau bermalam di situlah juga aku bermalam, bangsa mulah bangsaku & Allahmulah Allahku. 

Boas, saudara Naomi dari Elimelekh suaminya, adalah orang kaya baik hati, petani Gandum dan jelai di Betlehem. Dia sebagai "Penebus" bagi keluarga Elimelekh. Dia membeli tanah Naomi dan dengan demikian secara adat Yahudi mesti menikahi Rut untuk melanjutkan keturunan bagi Elimelekh. Berkatalah Boas kepada tua-tua Israel : "Kamulah pada hari ini menjadi saksi bahwa segala milik Elimelekh & segala milik Kilyon dan Mahlon aku beli dari tangan Naomi". Kawinlah Boas dengan Rut dan Tuhan memberkati mereka dan lahirlah Obed. Obed inilah yang kemudian menjadi ayah Isai, ayahnya Daud raja Israel. Jadi Boas dan Rut adalah kakek dan nenek buyut raja Daud. 

Renungan Sahabat. Kita menyaksikan bahwa Tuhan Allah memperhatikan hati yang tulus seperti Rut. Dia bukan orang Israel tapi mau mengakui Allah sebagai Tuhannya. Dari perkawinan Rut dan Boas inilah Allah berencana terhadap Israel, yaitu lahir Obed, kakek raja Daud, raja Israel. Kesalehan, ketulusan, keikhlasan, kesetiaan dan cinta merupakan sesuatu yang bernilai dihadapan Tuhan. Marilah kita melakukannya. GOD BLESS. 

by Wokman Saragih

Renungan Sahabat: DAUD Si Gembala, Pejuang

Selasa, 24 November 2015

Renungan Sahabat: DAUD I, DAUD Si Gembala, Pejuang yang dikejar-kejar 
"Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud" (1 Samuel 16:13.b) 
[AND FROM THAT DAY ON THE SPIRIT OF THE LORD CAME UPON DAVID IN POWER] 

Allah memberi perintah hakim Samuel untuk mencari raja Israel yg baru menggantikan Saul, dan mengurapinya. Saul dianggap tak taat kepada Allah. Samuel pergi ke Betlehem untuk upacara pengorbanan, disitu tinggalah Isai ayah Daud yang punya 7 anak laki-laki. Samuel minta agar Isai ikut hadir di acara tersebut dengan anak-anaknya. Isai membawa anaknya yg bagus fisiknya yaitu; ELIAB, ABINADAP, SIMEA, NATANEEL, RADAI dan OZEM. Daud tidak ikut serta karena sedang menggembalakan ternaknya di padang. Daud, si gembala yg suka bermain musik Seruling n Kecapi. Parasnya elok tapi fisiknya tak setinggi dan tak setegap saudaranya yang lain. Ketika anak-anak Isai disuruh Samuel maju satu-persatu ke depan, Allah berkata kepada Samuel tidak cocok dengan ke enam anak Isai tadi. "Apakah ada anak laki-lakimu yg lain?" tanya Samuel. "Ada satu lagi" kata Isai. Daud nama anak bungsunya itu, tapi sedang di padang menggembalakan ternak. Dia anak pemberani. Daud sering melawan binatang-binatang buas seperti Singa dan Beruang atau binatang buas lain yg akan memangsa ternaknya. Daud suka musik Kecapi dan seruling. Dia menggembalakan ternak sambil main Kecapi atau seruling. Daud dipanggil ke acara tersebut dan Allah berkenan kepadanya. Samuel mengurapi Daud si gembala itu dan Roh Allah tinggal di atasnya. 

Raja Saul mencari orang yang pandai musik untuk menghiburnya di istana. Atas izin Isai ayahnya Daud bekerja di istana Saul untuk bermain musik Kecapi menghibur raja. Raja Saul merasa senang dan terhibur dengan permainan musik Kecapi Daud. Saul merasa lega dan nyaman sepanjang Daud bersamanya. 

Ketika pecah perang antara Israel dan Filistin, masing-masing mengedepankan para pasukan dan para perwira perangnya. Panglima Filistin seperti raksasa, GOLIAT namanya memakai pakaian dan topi besi. Prajurit dan perwira Israel ketakutan dan tak ada yang berani maju kedepan melawan Goliat ini. Berhari-hari, berminggu-minggu Israel hanya diam menunggu sedangkan tentara musuh menertawakannya. Goliat mengumpat-umpat dan menghujat Allah Israel. Sementara itu Daud sedang di rumah Isai ayahnya. Dia disuruh membawa bahan makanan untuk kakak-kakanya di medan perang. Kakak-kakaknya kaget melihat Daud datang. Daud ikut mendengarkan umpatan-umpatan dan hujatan Goliat terhadap Allah Israel. Orang mengabarkan bahwa barangsiapa dapat mengalahkan Goliat akan diberi hadiah dari kerajaan. Hadiah itu berupa harta kekayaan yg besar, bebas dari pajak-pajak Israel dan akan dijadikan menantu raja. 

Daud maju menantang Goliat. Dia tidak senang karena Goliat menghujat Allah Israel. Katanya "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku melawanmu dengan nama Tuhan Semesta Alam Allah Israel.” Daud mengeluarkan umban dan batu umbannya. Apa yang terjadi? Batu itu meluncur ke kepala Goliat dan mengenai tepat di jidatnya. Daud berhasil membunuh dan mengalahkan Goliat. Barisan tentara Filistin lari tunggang langgang dan habis-habisan diserang tentara Israel. Kemenangan besar bagi Israel. 

Kemudian Daud selalu ikut berperang dengan Israel dan Allah memberkati pasukan Israel karena Daud. Peperangan selalu diakhiri dengan kemenangan pihak Israel. Selanjutnya Daud diangkat sebagai Kepala prajurit Israel. Kesuksesan Daud membuat Saul cemburu dan dia membenci Daud. Saul ingkar janji, Merab yang akan dijodohkan dengan Daud disuruh kawin dengan orang lain, sedangkan sebagai gantinya dengan Mikhal. Inipun dengan syarat agar Daud mengalahkan 100 orang Filistin. Daud dengan mudah melaksanakan tugas ini. 

Saul semakin benci kepada Daud karena dimata rakyat nama Daud semakin populer. "Kalau Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, Daud berlaksa-laksa (berpuluh-puluh ribu) musuh. Beberapa kali Saul hendak membunuh Daud dengan tombaknya, tapi Daud selamat dan lari ke pengasingan sebagai orang yang dikejar-kejar (buronan) Saul. Tapi Yonatan anak Saul, sahabat Daud sering menolong Daud. 

Daud diburu Saul, kemana Daud bersembunyi Saul mencarinya dan memasang mata-mata untuk mendapatkan Daud. Pertama kali Daud lari ke Rama ke tempat Samuel yang mengurapinya. Kemudian pindah ke Nayat, dan lari lagi ke tmpat Ahimelekh di Nob. Pergi lagi pindah ke Gat ke tmpat Akhis raja Gat. Dari Gat pindah ke Gua Adulam bersembunyi, kemudian ke Mizpa daerah Moab. Dari Moab lari lagi ke hutan Keret karena Saul terus memburunya. 

Ketika Filistin menyerang Kehila menjarah harta penduduknya, Daud dengan pasukannya pergi ke sana atas izin Allah. Daud berperang dengan Filistin dan menang. Daud kemudian ke padang gurun Zig. Pindah lagi ke Koresa di bukit Hakhila. Saul tak henti-hentinya mengejar Daud kemanapun Daud berada. Daud lari lagi ke gurun Maon. Kemudian pindah lagi, lari ke gunung daerah En-Gedi. 

Daud sebenarnya punya beberapa kesempatan untuk membunuh Saul tapi tak dilakukannya, karena Daud menghormati Saul yang diurapi Tuhan sebagai raja Israel. Kesempatan membunuh Saul terjadi di bukit Hakhila maupun di En-Gedi. Selanjutnya raja Saul mati ketika berperang dengan Filistin. Dia mati bersama dengan Yonathan anaknya, teman karib Daud. Juga mati dalam peperangan dengan Filistin yaitu Abinadap dan Malkisuan anak-anaknya Saul. Selanjutnya Daud diangkat sebagai raja di Hebron. Sedangkan Israel diperintah oleh ISYIBOSET anak Saul. Kelak kemudian Daud mempersatukan Isarel dan dia sebagai rajanya. 

Renungan Sahabat. Pertanyaan: Apa hubungan antara cerita Daud dengan Rut? Pernahkah hidup saudara mengalami persoalan yang bertubi-tubi? Segala persoalan seperti memburu kita. Bagaimana kita menyikapinya? GOD BLESS. 

BERSAMBUNG...(DAUD 2)

by Wokman Saragih

Renungan Sahabat: Filipus dan Sida-sida Etiopia

Renungan Sahabat: FILIPUS & SIDA SIDA ETIOPIA. 
"Bagaimana aku dapat mengerti kalau tidak ada yang membimbing aku?" 
(Kisah 8:31) HOW CAN I, UNLESS SOMEONE GUIDES ME? 

Filipus, satu di antara 7 murid baru yang dipilih oleh jemaat mula-mula di Yerusalem. Dia terkenal baik, penuh Roh & hikmat. Setelah kematian Stefanus, penganiayaan terhadap jemaat marak sekali di motori Saulus, yang melakukan "sweeping" rumah ke rumah menangkap, menyeret orang untuk dijebloskan ke dalam penjara. 

Filipus pergi ke Samaria. Banyak tanda-tanda mujizat yang dilakukan Filipus di sana, termasuk melakukan penyembuhan terhadap orang-orang sakit. Penduduk Samaria bersukacita, banyak yang bertobat dan dibaptis oleh Filipus. Mengetahui berita bahwa di Samaria banyak yang menerima Firman Allah, Rasul Petrus dan Yohanes kemudian pergi ke Samaria. Mereka hadir di sana agar orang-orang menerima Roh Kudus. 

Seorang Malaikat Tuhan lalu datang kepada Filipus meminta agar ia pergi ke Selatan, melalui jalan dari Yerusalem ke Gaza. Ketika dalam perjalanan, bertemulah Filipus dengan Sida-sida Etiopia yang baru dari ibadah di Yerusalem. Ia adalah Pejabat kepala perbendaharaan Etiopia yang hendak pulang. Di dalam keretanya dia membaca kitab Nabi Yesaya tetapi tidak tahu artinya. Filipus mendekati kereta itu. "Bagaimana aku mengerti, tentang siapakah Nabi ini berkata demikian, tentang dirinya atau orang lain? tanya Sida-sida itu. Filipus menjelaskan arti nats itu, sampai penjelasan perihal Injil Tuhan Yesus. Sida-sida sangat puas dengan penjelasan Filipus. Dia ingin dibaptis. "Apakah tuan percaya dengan segenap hati? kata Filipus. "Ya aku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah " jawab Sida-sida. 

Renungan Sahabat. Kita takjub dengan hikmat Filipus. Tuhan Allah telah memberi kasih karunia keselamatan tidak hanya kepada bangsa Israel saja tapi juga kepada bangsa-bangsa lain. Penganiayaan kepada jemaat mula-mula tidak menghentikan "syiar" Injil tapi justru Tuhan pakai sebagai "hembusan angin" pekabaran Injil ke seluruh dunia. Dapatkah kita menjadi "Filipus-filipus baru" yang siap dipakai Tuhan untuk Pelebaran KerajaanNya? GOD BLESS. 

by Wokman Saragih

Cita-cita Menjadi Besar

Selasa, 08 September 2015


Hana Karuna |
Setiap orang mempunyai cita-cita. Cita-cita sangat menentukan arah hidup kita. Cita-cita merupakan salah satu unsur paling penting yang membentuk masa depan dan karakter kita. Dari kecil, kita akan ditanya apakah yang menjadi cita-cita kita dan anak-anak akan didorong untuk mempunyai cita-cita yang besar seperti menjadi doktor, pilot atau insinyur. Rata-rata orang mau menjadi orang yang berhasil dan dikenal. Demi mencapai cita-cita, banyak yang bekerja keras di dunia yang penuh saingan dengan menghalalkan segala cara untuk bisa sampai ke puncak.

Para murid Yesus, tidak terkecuali. Sekalipun telah meninggalkan dunia dan mengikuti Yesus, mereka belum menanggalkan keinginan untuk menjadi besar. Hanya saja sekarang mereka beraspirasi untuk menjadi besar di dalam Kerajaan Allah. Mereka mempertengkarkan hal itu sesama mereka (Mrk.9:34), menanyakannya secara langsung kepada Yesus (Mat.18:1), dan ketika tidak terbendung lagi, tidak malu-malu memintanya secara langsung kepada Yesus (Mrk.10:35-37). Apakah Yesus marah dengan cita-cita mereka ini? Ternyata tidak. Yesus tidak pernah menunjukkan kemarahan tetapi malah memberikan kunci bagaimana untuk dapat menjadi besar di Kerajaan Allah kepada mereka.

Apa Kunci pada Kebesaran?
Apakah jalan atau kunci untuk menjadi besar? Keahlian, talenta dan kualitas apa yang dibutuhkan untuk kita menjadi besar? Apakah dengan membaca Alkitab sepuluh pasal setiap hari dan berdoa beberapa kali sehari? Tentu saja membaca Alkitab dan berdoa setiap hari merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan rohani. Namun, menurut Yesus apakah itu jalan menuju kebesaran?
Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mat 20:26-28)

Dengan menjadi Pelayan
Jawaban Yesus sangatlah tidak diduga. Rahasia untuk menjadi besar itu sama sekali tidak mengesankan. Yesus memberitahu para muridnya bahwa cara untuk mencapai kebesaran di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan dan melayani.

Adakah orang di dunia ini yang bercita-cita untuk menjadi seorang hamba atau pelayan? Itulah hal terakhir yang ingin kita lakukan. Dan Yesus memberitahu kita bahwa untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan.

Menjadi seorang pelayan adalah pekerjaan yang sama sekali tidak membutuhkan keahlian. Tidak memerlukan talenta maupun bakat luarbiasa. Tidak perlu pendidikan tinggi dan pelatihan profesional. Untuk menjadi seorang guru, dokter, insinyur dan manajer kita perlu bersusah payah belajar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Namun apakah yang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang pelayan?
Menjadi seorang hamba itu sebetulnya sangatlah mudah. Kita tidak membutuhkan keahlian apa pun. Tidak perlu keterampilan apa pun. Kita semua punya kesempatan untuk menjadi seorang pelayan. Tidak semua dari kita mempunyai kesempatan untuk menjadi Presiden atau Dokter. Tidak semua mempunyai kesempatan untuk berkhotbah, memimpin pujian, bermain musik atau memegang jabatan tinggi di gereja. Namun hal yang cukup spektakuler adalah kita semua mempunyai kesempatan untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Peluang ini terbuka untuk kita semua. Siapa pun bisa menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Menjadi terbesar di dalam Kerajaan Surga tidak berada di luar jangkauan kita.

Namun apa yang menghadang kita dari menjadi yang terbesar? Yang menghadang kita adalah keinginan kita untuk menjadi somebody. Kita semua ingin menjadi sesuatu. Di dunia ini, siapa pun yang berada di dalam posisi pelayan ingin keluar dari posisi itu. Kebanyakan pelayan berada di posisi itu karena terpaksa. Tetapi ajaran Yesus adalah kalau kamu mau menjadi yang terbesar kamu harus menjadi yang pelayan.

Melayani Sesama, bukan Allah!
Kalau kebesaran itu kita capai dengan melayani Allah, hal ini masih tidak menjadi masalah. Namun perhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus – “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Kita akan menjadi besar hanya jika kita melayani sesama, bukannya Allah. Sebagai hamba Allah, kita seringkali merasa besar karena bos kita adalah Allah, Pencipta langit dan bumi. Namun kalau kita adalah “pelayanmu”, artinya sangatlah berbeda. Ini berarti, kita bukan siapa-siapa yang harus melayani orang lain yang bisa saja di mata kita bukan siapa-siapa atau malah berada di bawah kita! Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah untuk melayani Allah, tetapi, apakah kita rela menjadi pelayan bagi sesama? Kita dengan bangga menyebut diri sebagai “hamba Allah” atau “hamba Kristus”, tetapi adakah yang memperkenalkan dirinya sebagai “hambamu”?

Sesungguhnya kita tidak akan pernah secara langsung dapat melayani Allah yang tidak kelihatan itu. Oleh karena itu, setiap pelayanan kita kepada Allah adalah kepada sesama. Dengan kata lain, kita hanya melayani Allah dengan melayani sesama manusia.

Lalu, siapa yang paling besar di antara kita? Orang yang paling banyak melayani. Pelayan yang paling besar adalah yang paling besar di antara kita. Di mata Allah, yang paling besar adalah yang melayani lewati tindakan sebagai seorang pelayan, hal yang justru tidak ingin dilakukan oleh orang ‘besar’. Yang paling besar adalah yang paling banyak melayani, yakni seorang hamba.

Apa sifat seorang pelayan sejati? Pelayan sejati adalah orang yang berada di posisi yang paling bawah. Dia tahu dia bukan siapa-siapa dan karena itu tidak mudah tersinggung. Ketika dimarahi dia juga tidak bereaksi. Tugasnya hanya melayani. Itulah ciri seorang hamba/pelayan. Tidak banyak keluhan atau berbantah-bantah. Pelayan yang baik juga tidak menuntut untuk dihargai. Dia hanya mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dilayaninya.

Saat Melayani Kita Paling Serupa dengan Kristus
Hal yang ketiga adalah, waktu kita melayani, kita paling serupa dengan Kristus. Karena Anak Manusia tidak datang untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa bagi banyak orang. Jadi di saat kita menjadi pelayan bagi sesama, adalah saat kita paling serupa dengan Yesus. Karena Yesus, walaupun adalah sang Mesias, telah merendahkan dirinya untuk melayani, dan justru karena ini Allah mengangkatnya setinggi-tingginya.

Jadi, tangkaplah dengan baik konsep ini. Di dalam kerajaan Allah, jalan ke atas adalah jalan ke bawah. The way up is the way down. Tentu saja, ke atas itu adalah tindakan dari Allah sendiri. Allah yang mengangkat kita ke atas. Di bagian kita, kita hanya perlu turun ke bawah untuk diangkat ke atas. Di dalam kehidupan Anda, jika Anda membutuhkan campurtangan Allah dalam kehidupan Anda, jika Anda perlu Allah untuk mengangkat Anda di saat Anda sedang sangat terpuruk, Anda hanya perlu merendahkan diri Anda. Pikirkanlah bagaimana untuk melayani, bagaimana hidup Anda dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dan Anda akan mulai merasakan bahwa Allah akan campur tangan dalam kehidupan Anda dan mengangkat Anda.

Sudah sangat jelas, apa kuncinya untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Dan hal ini sama sekali tidak berada di luar jangkauan kita. Pertanyaannya hanya satu: Apakah kita rela? Apakah kita mau? Apakah kita mau melepaskan kepentingan pribadi dan memberikan perhatian kepada kepentingan Allah. Apakah kita ingin menjadi seorang pelayan?

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

Cara Yesus Menyembuhkan


Rick Warren |
Banyak dari kita benar-benar membutuhkan kesembuhan dari luka hati, keputusasaan dan kebiasaan buruk kita. Dan jalan menuju kesembuhan itu hanya ada satu, yakni kesembuhan cara Yesus.

Ini adalah salah satu dari spesialisasi Yesus. Malahan, pelayanan Yesus sendiri bisa dibagi menjadi tiga bagian yang sejajar – pengajaran, khotbah dan penyembuhan. Matius 9:35 menyebutkan, “Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”

Di dalam Khotbah di Bukit – suatu khotbah yang paling agung dalam sejarah – Yesus menyediakan delapan jalan untuk mendapatkan kesembuhan dan kebahagiaan.

Bagaimana Dia melakukannya? Jika Anda perhatikan perikop di dalam Alkitab di mana ada empat orang yang mengangkut kawan mereka yang lumpuh kepada Yesus ( Matius 9, Markus 2, dan Lukas 5), Anda bisa lihat tiga tindakan yang sering menjadi bagian dari cara Yesus menyembuhkan orang.
  1. Yesus meredakan ketakutan kita. Ucapan Yesus yang pertama terhadap si orang lumpuh di dalam bagian ini adalah, “Percayalah. ” Dia tidak berkata, “Beraninya kamu meminta!” atau, “Apa yang kau kerjakan?” atau, “Bagaimana kamu bisa sampai di sini?” Ucapan Yesus yang pertama bersifat membangkitkan semangat. Dan banyak yang membutuhkan ucapan semacam itu di dalam gereja di tengah dunia yang selalu melukai ini.
    Allah telah memakai pelayanan Celebrate Recovery (Perayaan Pemulihan) kita di Saddleback (Gereja yang digembala oleh Rick Warren) untuk membawakan harapan kepada banyak orang selama 17 tahun terakhir ini. Salah satu pesan yang digemakan oleh pelayanan ini adalah, “Jangan menyerah, bersemangatlah.”

    Orang yang terluka perlu tahu bahwa ketika mereka datang kepada Yesus, maka Dia tidak akan mencela mereka. Mereka perlu tahu bahwa tak seorangpun – entah itu orang tua, pasangan, anak ataupun pendeta – yang pernah mengasihi mereka sama seperti Yesus. Kasih Yesus tidak didasarkan pada apa yang telah kita perbuat, kasih itu dilandasi pada apa yang telah Dia perbuat.

    Sebenarnya, Yesus tahu apa yang kita rasakan. Ibrani 4:15 berkata, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Dia tahu segala sesuatu tentang kita, dan Dia masih mengasihi kita.

    Ketika ada orang yang datang ke gereja kami dalam kesesakan, mereka mengira bahwa mereka akan mendapatkan penghakiman dari Allah ataupun gereja. Mereka mengira bahwa mereka akan mendengar bahwa mereka layak menerima semua itu. Mereka mengira bahwa mereka akan diperhadapkan dengan dosa-dosa mereka. Mereka tidak mengira bahwa mereka akan mendengar bahwa Yesus peduli dengan apa yang mereka rasakan. Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya. Penghakiman itu masih di masa depan. Jika Anda ingin memiliki pelayanan yang seperti Kristus, janganlah berfokus pada tindakan menghakimi dan mengecam dunia melainkan pada tindakan menyelamatkan dunia. Tanggapan awal Yesus terhadap kebiasaan buruk, luka hati dan keputusasaan saya adalah kasih. Dan tanggapan semacam itu harus kita miliki juga.
  2. Dia hadapi kita dengan sikap bersahabat. Perhatikan bahwa Yesus tidak pernah menyembunyikan diri dari orang yang membutuhkan kesembuhan. Dia tangani masalah orang tersebut, namun dengan cara yang bersahabat. Dia sebut orang itu sebagai ‘saudara’, sekalipun Dia belum pernah bertemu dengan orang itu sebelumnya. Saya menyukai fakta bahwa Yesus disebut sebagai ‘Sahabat orang-orang berdosa.’ Saya mendapat kritikan terutama karena kebiasaan saya berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda dengan saya. Hal ini tidak jadi masalah buat saya. Di dalam hati ini, saya adalah seorang penginjil. Saya habiskan sebagian besar waktu saya dengan  bercakap-cakap dengan orang-orang yang tidak sependapat dengan saya. Seorang penginjil tidak seharusnya menghabiskan waktunya dengan orang-orang percaya – ini bukanlah penginjilan.
    Orang-orang Farisi mengira bahwa dengan menyebut Yesus sebagai ‘sahabat orang-orang berdosa’ maka hal itu sudah mempermalukan Dia. Tetapi Yesus justru menjadikan sebutan itu sebagai ciri-Nya. Saya ingin menjadi seperti Yesus. Saya ingin agar orang lain berkata, “Rick Warren itu adalah sahabat orang-orang berdosa.” Itu adalah sebagian dari makna menjadi seperti Yesus.

    Yesus juga melindungi kehormatan seseorang bahkan saat orang itu sedang diperhadapkan dengan dosa-dosanya. Perhatikan bahwa Yesus tidak pernah mengumumkan apa penyebab kelumpuhan orang itu. Terserah kepada orang itu saja apakah akan mengakuinya secara terbuka atau tidak. Dia tidak mengumumkan secara luas tentang dosa-dosa apa saja yang telah Dia ampuni, Dia tidak berusaha untuk mempermalukan orang yang bersangkutan. Yesus tahu bahwa saatnya akan tiba ketika orang itu sendiri akan memberi kesaksian secara terbuka. (Pelayanan kita yang terbesar seringkali berawal dari luka hati, kebiasaan buruk dan keputusasaan kita.) Namun Yesus membiarkan agar orang itu sendiri yang memberikan kesaksian suatu saat nanti, yakni jika dia sudah siap.
  3. Yesus menantang iman kita. Yesus menyuruh si orang lumpuh itu untuk melakukan hal yang menurut orang itu mustahil. “Bangunlah, angkatlah kasurmu dan berjalanlah.” Orang ini telah menjadi cacat dan tak bisa bergerak di sepanjang hidupnya. Mengapa Yesus menyuruh dia untuk melakukan hal yang menurut orang ini mustahil? Yesus ingin agar orang ini menunjukkan imannya. Yesus berkata di dalam Matius 9:29, “Jadilah kepadamu menurut imanmu.”
    Iman jauh berbeda dengan pemikiran. Iman itu juga jauh berbeda dengan rasa percaya. Iman adalah tindakan. Orang lumpuh itu tidak akan menunjukkan iman jika dia sekadar berharap bahwa dia akan bisa berdiri. Kepercayaan itu akan menjadi iman ketika dia benar-benar bisa berdiri. Setiap kali Allah menyuruh Anda untuk mengerjakan hal yang mustahil, maka Dia akan memberi Anda kekuatan untuk melakukannya.

    Kita semua seperti orang yang lumpuh ini. Kita memiliki keterbatasan di beberapa bidang dan lumpuh di beberapa bidang lainnya lagi. Anda mungkin dilumpuhkan oleh kekuatiran dan keraguan. Anda mungkin dilumpuhkan oleh ketidakmampuan mengambil keputusan. Yang jelas, Anda dilumpuhkan oleh suatu penyebab. Allah ingin memerdekakan Anda. Dia ingin memerdekakan jemaat di gereja-gereja Anda juga. Namun sebelumnya, Dia akan mengawalinya dari Anda, Dia akan menantang Anda untuk melakukan sesuatu hal yang tak pernah terbayangkan akan bisa Anda kerjakan. Dibutuhkan sesuatu hal yang jauh melebihi keyakinan yang selama ini sanggup Anda bayangkan. Namun Dia akan ada di sisi Anda untuk membantu Anda mengambil langkah awal itu – sampai dengan langkah terakhir tersebut.

Saat Yesus menyembuhkan kita, maka Dia akan selalu meminta kita mengambil langkah iman.
(Diterjemah dan diedit seperlunya dari The Healing Model of Jesus oleh Rick Warren)

Aku Punya Impian!

Jumat, 07 Agustus 2015


Pendeta Eric Chang 
 
“Aku punya impian (I have a dream)!”  Apakah kata-kata ini kedengarannya tidak asing lagi bagi anda?  Ini adalah kata-kata terkenal dari Pdt. Martin Luther King.  Seorang aktivis Amerika keturunan Afrika, beliau menyampaikan pidato yang menggebu-gebu ini sewaktu berkampanye melawan diskriminasi ras di Amerika.  Demi impian itu beliau harus menyerahkan nyawanya dengan dibunuh.

Apakah anda mempunyai impian?  Apakah impian anda itu?  Apakah anda siap mati demi impian anda seperti Pdt. Martin Luther King?  Ketika saya berkunjung ke Amerika, saya merasakan hal yang luar biasa melihat banyak sekali kota-kota dimana jalan-jalannya diberi nama Martin Luther King.  Kelihatannnya impian beliau itu mempunyai dampak yang besar terhadap masyarakat Amerika.  Beliau telah menjadi suatu lambang pengharapan, seorang idola bagi masyarakat Amerika.  Karena impian beliau itulah sekarang ini orang-orang Amerika keturunan Afrika mempunyai status dan posisi yang jauh lebih baik di Amerika.  Apakah impian itu begitu berharganya sehingga pantas untuk mengorbankan nyawa? Di sini kelihatan jelas kalau kematian Pdt. Martin Luther King merupakan faktor yang berpengaruh kuat di dalam penggenapan impian tersebut.

Impian Anda Menentukan Hidup Anda
Impian anda menentukan arah hidup anda.  Jika anda tidak mempunyai impian, ini berarti anda tidak mempunyai arah hidup.  Jika impian anda adalah agar dapat memiliki rumah dan mobil yang bagus, hal itu akan menjadi segala-galanya di dalam hidup anda.  Bila pada akhirnya anda memiliki rumah dan mobil tersebut, anda tidak akan mempunyai impian lagi.  Impian anda telah terkabul dan berakhir.

Saya ingin membicarakan mimpi-mimpi anda yang indah itu.  Dan saya juga ingin membicarakan kenyataan hidup yang keras yang dapat merubah impian indah menjadi impian buruk.

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus menjadi tukang mimpi.  Allah menjanjikan kita menjadi tukang mimpi di saat Dia memberikan Roh Kudus kepada kita.  “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan”  (Yoel 2:28, Kisah Para Rasul 2:17).  Yang menjadi beban pikiran bagi saya adalah kenyataan begitu sedikitnya orang Kristen yang mempunyai penglihatan atau mimpi.  Allah mengilhamkan mimpi kepada kita.  Tidak ada hal yang lebih menjenuhkan atau membosankan selain daripada orang Kristen yang tidak mempunyai penglihatan atau impian.  Mereka adalah orang-orang Kristen tanpa Roh Allah.  Bila orang-orang tidak mempunyai penglihatan, Alkitab berkata, orang-orang tersebut binasa.

Mengapa Impian Kita Gagal?
Namun di dalam kenyataan hidup yang keras ini, mimpi indah dapat berubah menjadi mimpi buruk.  Ambil sebuah contoh misalnya negara Cina saat ini.  Cina sekarang ini adalah sebuah negara tanpa penglihatan (visi).  Pada satu masa lalu mereka pernah mempunyai impian komunisme sosialisme yang ideal bagi negara mereka.  Tetapi sekarang impian ideal itu telah berubah menjadi impian buruk.
Meskipun kita harus menjadi tukang mimpi, kita perlu mempunyai pengertian jelas akan kerasnya kenyataan hidup jikalau kita ingin mewujudkan impian kita.

Mengapa impian kita gagal?  Impian itu gagal karena kita tidak bisa bertahan menghadapi tantangan kekerasan hidup.  Inilah yang disebut dosa dalam hati kita.  Dosa selalu merubah impian indah menjadi impian buruk.  Kita mengetahui hal ini melalui pengalaman kita sendiri.  Di dalam pernikahan, kedua mempelai memulai hidup baru mereka dengan memasuki sebuah impian yang indah.  Lihatlah cara mereka memandang satu sama lain, cara mereka tersenyum dikala berbincang-bincang satu sama lain.  Upacara pemberkatan pernikahan di gereja, alunan musik organ, rangkaian bunga-bunga, pengantin wanitanya dengan gaun putih, pengantin prianya dengan jas hitam yang elegan – benar-benar sebuah impian!  Saya telah memimpin banyak upacara pemberkatan pernikahan, dan saya selalu berdoa, “Semoga mimpi ini tidak akan berakhir.”  Tetapi dengan tidak tersangka sama sekali, mereka seolah-olah terbangun dari mimpinya dan mulai bertengkar serta berkelahi.  Tidak lama kemudian pasangan yang sama itu datang kepada saya untuk konseling perkawinan.

Bagaimanakah Sebuah Impian Indah Berubah Menjadi Impian Buruk?
Apa yang terjadi dengan mimpi indah tersebut yang sekarang telah menjadi mimpi buruk?  Suatu kali saya dipanggil malam-malam oleh sepasang suami-istri yang meminta konseling perkawinan.  Selama dua jam saya mendengarkan impian indah mereka yang sekarang telah menjadi impian buruk.  Sang istri tidak berhenti-hentinya menangis.  Benar-benar mimpi yang buruk!

Tetapi anda berkata hidup kekristenan itu sendiri adalah sebuah mimpi buruk.  Ada mimpi indah apa lagi yang tersisa di dalam hidup itu?  Kita mempunyai Allah yang kudus dan benar yang memperhatikan setiap gerak-gerik kita, yang siap untuk menghukum  setiap kali kita gagal.  Setiap hari kita bergumul dengan dosa, seringkali tanpa kemenangan.  Jika hal ini belum menjadi mimpi buruk, sedikitnya hal ini sudah cukup untuk membuat kita sakit kepala.  Pada akhirnya, kita harus merangkak ke hadapan Allah dan memohon berulang-ulang, “Ampuni aku, ampuni aku, ampuni aku.”  Sepertinya seluruh hidup kekristenan kita itu penuh dengan kesalahan.  Jadi bila kita baca Filipi 4:4 dan 1 Timotius 6:17 yang terdapat di dalam kedua pesan yang lalu, dimana Paulus membicarakan tentang kesukacitaan dan Allah yang memberi kita segalanya untuk dinikmati, kelihatannya hal tersebut adalah hal kekristenan yang berbeda yang kita tidak mengerti sama sekali.

Dosa Menghancurkan Impian Kita
Dosalah yang menghancurkan impian kita.  Kalau kita lihat kata “dosa” ini,  kita tidak boleh melihatnya seolah-olah Allah selalu ingin mengingatkan kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan mengancam kita dengan kengerian neraka.  Kadang-kadang kita membayangkan Allah itu seperti ayah kita sendiri, yang bisa jadi seorang yang sangat keras dan tidak masuk akal.  Tetapi Allah tidaklah demikian.  Sebaliknya, kita harus memandang hal ini dari segi kasihNya untuk kita sebagai keinginanNya untuk menyelamatkan kita dari dosa.  Dia ingin kita mengerti kasihNya, dan dengan penuh kasih Dia memberitahu kita, “Aku mengasihimu, Aku ingin memberitahukan kasihKu kepadamu.”

Dosa merusak kualitas hidup kita.  Dosa menghilangkan kesukacitaan meskipun dosa dapat memberikan kesenangan sementara (Ibrani 11:25).  Kalau dosa tidak mampu memberikan kesenangan kepada kita, tak ada  seorangpun yang akan berdosa.   Manusia melakukan sesuatu karena mereka sedang mencari kualitas hidup yang lebih baik.  Jadi kalau dosa bisa memberi sedikit kesenangan meskipun hanya untuk sementara saja, mengapa tidak?  Tetapi anda harus memikirkan konsekuensinya lebih jauh lagi.  Anda menginginkan kesukacitaan jangka panjang, bukan kesenangan jangka pendek.  Demi kesenangan karena mendapatkan sesuatu dengan cuma-cuma, banyak orang yang mencuri di toko-toko.  Di Kanada saja, kasus pencurian toko memakan biaya $2,4 milyar setahun.  Dapatkah anda bayangkan hal ini?  Ini bukan hanya sejuta dollar ataupun seribu juta  (semilyar) dollar.  Ini adalah 2,4 milyar dollar!  Satu milyar ada 9 nol-nya!  Betul-betul tidak masuk akal.  Kalau dipukul rata ini berarti 83 dollar untuk setiap laki-laki, perempuan dan anak-anak di Kanada.  Ini berarti anda dan saya membayar jauh lebih banyak daripada 83 dollar setahun (karena anak-anak tidak perlu membayar) untuk barang-barang yang dicuri oleh orang lain.  Jadi dosa tidak hanya disinggung di dalam gereja saja.  Dosa adalah mereka para pencuri toko di Kanada, dan pada akhirnya kitalah yang membayarnya.  Ada beberapa pencuri toko yang tertangkap dan akibatnya masa depan mereka hancur oleh karena catatan kriminal mereka.  Dosa macam inilah yang mengubah impian indah menjadi impian buruk bagi setiap orang.

Dosa memutuskan tali perkawinan.  Perkawinan yang hancur membawa penderitaan kepada kedua belah pihak dan anak-anak serta keluarga.  Hal apakah yang menghancurkan sebuah perkawinan?  Sikap yang menuntut, egois, atau dosa-dosa yang lain menghancurkan perkawinan.  Untuk pasangan  yang saya sebut diatas tadi dimana sang istri menangis sampai dua jam lebih, sang suami berkali-kali menegaskan, “Aku punya hak!  Akulah suaminya, jadi aku punya hak!”  Saya merasa capai mendengar perkataan itu, jadi saya beberkan persoalan dengan dirinya: keegoisannya yang bukan main.  Dimatanya, istrinya tidak mempunyai hak apapun.  Saya tidak mengerti mentalitas seperti ini dimana suami dan istri bertengkar demi hak mereka masing-masing.

Apakah Mimpi Ini?
Apakah mimpi ini?  Saya adalah seorang yang sangat praktis.  Bila kita membicarakan pembangunan sebuah gereja, kita harus mempunyai sebuah impian, sebuah konsep.  Benar kita harus bekerja-sama, tetapi apa tujuannya?  Jika kita ingin membangun struktur yang indah, terlebih dahulu kita harus bisa melihat struktur tersebut di dalam pikiran kita.  Kita harus mempunyai konsep yang jelas di dalam hati kita.

Kita dipanggil untuk membangun gereja sebagai suatu masyarakat baru.  Sayangnya, apabila kita merenungkan kata “gereja” sekarang ini, yang terpikir adalah sebuah bangunan, atau sekelompok manusia, besar ataupun kecil.  Kita tidak memikirkan gereja sebagai suatu masyarakat baru yang dirancang oleh Allah.

Kita lihat negara Cina, contohnya, kita melihat bahwa negara Cina sudah tidak lagi mempunyai impian untuk menjadi masyarakat baru.  Jikalau negara Cina tidak mempunyai impian, negara itu akan musnah.  Kalau kita peduli dengan negara Cina, kita harus membawa kembali sebuah impian bagi negara itu.  Sewaktu saya beberapa kali berkunjung ke negara Cina, hati saya terasa sangat berat.  Kebanyakan orang di Cina sudah tidak lagi mempunyai tujuan, terutama di kalangan kaum muda yang masih mempunyai suatu idealisme.  Beberapa mahasiswa yang berbincang-bincang dengan saya di sana sepertinya sudah tidak berpengharapan lagi atas masa depan studi mereka.  Hal ini mengandung beberapa arti.  Arti pertama, bagi para kaum muda, negara Cina sudah kehilangan arah.  Orang-orang tidak tahu lagi mereka sedang menuju ke arah mana.  Arti kedua, penghasilan seorang tamatan akademis sangatlah kecil.  Penghasilan seorang pedagang kecil-kecilan atau penjual kaos baju di jalanan malah jauh lebih besar.  Jadi apa gunanya studi itu?  Lagi pula, kelihatannya tak ada lagi seorangpun yang peduli melakukan sesuatu bagi negara mereka.  Korupsi yang meraja-lela menghancurkan segala impian yang masih tersisa.  Mungkin orang-orang Komunis ini dulunya mempunyai suatu impian masyarakat baru.  Tetapi sekarang mereka telah kehilangan impian tersebut.  Setiap dari mereka menggunakan posisinya untuk menjadi kaya.  Jikalau hal ini terus berlangsung, tahukah anda apa yang akan terjadi dengan negara Cina kita?  Kita yang duduk santai diluar negeri berkata, “Kita tidak bisa melakukan apa-apa.”  Ini tidak benar.  Ada yang bisa kita lakukan jika kita mempunyai impian.  Itulah sebabnya saya berkata bahwa Allah kita adalah Allah yang memberi impian.  Di hari Pentakosta, Yoel 2 dipenuhi (sebenarnya tercatat di Kisah Para Rasul 2) – pencurahan Roh.

Sudahkah Anda Tangkap Visi Itu?
Apakah anda telah menerima Roh itu?  Apakah anda telah menangkap visiNya?  Oleh karena visi tersebut anda mampu menahan segala macam penderitaan.  Itu adalah unsur yang penting dalam visi seorang Kristen.  Seorang Kristen menyadari kenyataan hidup yang keras itu, tetapi ia maju terus dan mampu mengatasi semuanya.  Bila seorang Kristen selalu jatuh setiap kali menghadapi masalah, kita tahu orang itu tidak mempunyai visi.  Sayangnya, terlalu banyak orang seperti itu ada di dalam gereja.  Untuk menjadi seorang prajurit Kristus dan mampu menahan segala macam penderitaan, anda harus mempunyai impian dimana anda siap untuk mati demi impian itu.

Saya berdoa agar anda dapat menangkap impian tersebut bila Roh Allah datang ke atas anda.  Penderitaan akan selalu ada, karena dosa dan mereka yang mendukung dosa akan menentang anda kemanapun anda pergi.  Bersiap-siaplah untuk hal ini dimana bila anda mempunyai impian, beberapa dari musuh terbesar anda adalah orang-orang Kristen sendiri.  Ini akan menjadi keterkejutan paling besar di dalam hidup anda, karena mereka yang mempunyai impian selalu ditentang oleh mereka yang tidak mempunyai impian.  Mereka akan menertawakan anda.  Mereka akan menentang anda.  Di dalam Perjanjian Lama kita lihat Yusuf, seorang tukang mimpi besar.  Karena mimpi-mimpinya, bahkan saudara-saudaranya sendiri ingin membunuhnya.  Hanya campur tangan Allahlah yang menyelamatkan nyawanya.  Mencengangkan, bukan?

Sewaktu para Komunis masih mempunyai impian, dan hal ini sudah lama berselang, mereka bersedia melakukan Long March.  Mereka menahan segala macam penderitaan.  Banyak yang mengorbankan nyawa mereka demi impian itu.  Tetapi sekarang impian itu telah musnah.  Tak ada seorangpun yang bersedia untuk menderita segala apapun.  Sekarang adalah saat korupsi.  Dengan cara yang sama, bila gereja tidak mempunyai impian lagi, korupsi merembes ke dalam gereja.  Maka akan terjadi kekurangan kasih, bahkan juga pertentangan atas kebenaran.  Itulah kenyataan keras yang dihadapi setiap pemimpi.

Dosa Menghancurkan Impian
Dosa ada di dalam dunia.  Betapa mengerikannya kuasa dosa!  Baru-baru ini di dalam siaran berita, saya mendengar kabar tentang seorang anak yang menyewa seorang pembunuh untuk membunuh kedua orang-tuanya sendiri demi harta warisan.  Dia ingin menikmati kesenangan dosa dengan menggunakan harta warisan orang-tuanya.  Tetapi dia hanya dapat menikmati harta warisan tersebut dalam waktu singkat saja karena sekarang dia akan menghabiskan hampir seluruh sisa hidupnya di penjara dimana dia akan mempunyai banyak waktu untuk merenungkan tindakan keji yang telah dia lakukan.  Hasrat egois untuk bersenang-senang begitu kuatnya sampai-sampai nyawa orang-tuanya sendiripun dikorbankan.  Rasa kasih dan hormat antara orang-tua dengan anak-anaknya adalah prinsip yang penting agar impian kita bisa terwujud, tetapi dosa akan menghancurkan setiap prinsip dan kualitas hidup.  Anda kira dosa hanyalah suatu konsep theologi di dalam Alkitab?  Bukan, dosa adalah kenyataan hidup: anak membunuh orang-tua, orang-tua membunuh anak.  Sungguh mengerikan!

Karena itu, untuk mewujudkan sebuah impian, kita harus mempunyai kekuatan untuk menguasai dosa.  Dan dosa haruslah menjadi hal pertama yang kita kuasai, karena dosa ada di dalam setiap dari kita.  Biarlah kita menjadi orang-orang yang praktis.  Bagaimana kita dapat mempunyai impian yang realistis, jikalau kita tidak dapat menjalin hubungan rumah-tangga sendiri dengan harmonis.  Saya hanya tahu sejumlah kecil saja rumah-tangga  yang harmonis.  Bagi kebanyakan pasangan suami-istri, yang ada hanyalah ketegangan terus-menerus.  Jikalau perkawinan kita tidak lain daripada suatu kesengsaraan yang mendalam, bagaimana akan ada kesukacitaan untuk sebuah impian indah?  Jikalau kuasa Allah tidak cukup untuk menangani kesulitan di dalam perkawinan, bagaimanakah kuasa itu akan cukup untuk medirikan sekelompok masyarakat baru?  Kita hanya berbicara omong kosong saja.

Saya seorang pemimpi, tetapi saya juga seorang realis.  Saya menyadari sepenuhnya kesulitan-kesulitan di muka.  Kita mengetahui kenyataan dosa, tetapi kita mempunyai kekuatan untuk menguasainya.

Isi dari Mimpi Kita
Apakah impian kita?  Apakah prinsip daripada masyarakat baru ini?  Apakah yang sedang kita bangun bersama?  Marilah kita mulai dengan melihat prinsip yang sangat dasar yang ditemukan di Roma 15:1-5:

Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.  Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunkannya.  Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: “Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai Aku.”  Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.  Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus.

Saya ingin anda memperhatikan penggunaan dari ungkapan “mencari kesenangan” di ayat-ayat ini.  Ungkapan ini tertulis di ayat pertama, “jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”, dan di ayat kedua, “kita harus mencari kesenangan sesama kita”, dan di ayat ketiga, “Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri”.  Kemudian muncul kata “penghiburan” di ayat keempat dan kelima.  Ayat-ayat ini menolong kita untuk mengerti bahwa tujuan mencari kesenangan sesama kita adalah untuk menghibur dan membangun orang lain.  Sekarang mari kita bayangkan suatu masyarakat dimana orang-orangnya tidak lagi mempedulikan kesenangan mereka, tetapi selalu memikirkan bagaimana caranya untuk menghibur dan membangun orang lain.

Cobalah terapkan hal ini ke dalam kehidupan perkawinan kita.  Kenapa perkawinan menjadi hancur?  Kenapa sebuah perkawinan yang diawali dengan masa pacaran sampai ke bulan madu berjalan begitu baik kemudian dengan sangat cepat berubah menjadi buruk?  Jawabannya sangat mudah.  Rahasianya ada disini, mudah tetapi betul.  Kita tidak boleh berpikir bahwa kebenaran itu harus penuh dengan komplikasi untuk menjadi benar.  Kebenaran adalah hal yang mudah akan tetapi penerapannya sulit sekali.  Anda lihat saja, sebelum kita menikah, kita berusaha untuk menyenangkan pasangan kita.  Kita selalu bertanya: “Apa yang kamu ingin lakukan?  Kamu ingin pergi kemana?  Sukakah kamu dengan ini atau itu?”  Kedua belah pihak selalu mencoba untuk menyenangkan satu sama lain.  Ah, betapa manisnya saat kita memasuki jenjang perkawinan!

Tetapi apa yang terjadi setelah pernikahan?  Begitu selesai berbulan madu, mulai terjadi perubahan pokok di dalam prinsip kita.  Sekarang kamulah yang harus menyenangkan saya!  Berdasarkan prinsip ini, setiap hubungan manusia akan retak.  Hal yang sama berlaku di dalam hubungan antara orang-tua dengan anak-anaknya.  Kita memanggil persoalan ini dengan nama yang keren seperti “generasi gap”, akan tetapi persoalannya sebenarnya tidak berbelit-belit.  Orang-tua menuntut anak-anaknya untuk menyenangkan mereka, karena mereka adalah orang-tua.  Di sisi yang lain, anak-anak itu berpikir :”Kenapa saya harus menyenangkan kalian jikalau kalian tidak menyenangkan saya terlebih dahulu?”  Itulah sebabnya hubungan manusia bisa menjadi begitu tegang.

Apa yang terjadi bila kita mengikuti prinsip “menyenangkan sesama”?  Apabila dua sejoli menikah, mereka seharusnya mempunyai impian bersama.  Jikalau impian tersebut hanya berpusat kepada hal-hal untuk mencari kesenangan bersama, impian itu kurang berarti.  Tetapi jika mereka mempunyai tujuan dan arah hidup bersama, maka dengan bersama-sama mereka akan menghasilkan sesuatu bagi Allah.  Dengan demikian pernikahan tersebut mempunyai tujuan dan impian didalamnya.  Tetapi tujuan itu harus dibagi bersama.  Kalau hanya satu pihak saja yang mempunyai impian, pernikahan itu tidak akan sukses.  “Mencari kesenangan” bukan berarti memuji-muji atau menyanjung orang lain.  Ini bukan berarti mengatakan hal-hal yang mereka suka dengar untuk “menyenangkan” hati mereka.  Ini berarti menghibur sesama untuk maju terus mencapai tujuan bersama tersebut.

Masalah Yang Sama Di Dalam Gereja
Sama halnya dengan masalah yang timbul di gereja.  Kita mempunyai tuntutan terhadap satu sama lain.  Kita menuntut  bahwa sebagai seorang Kristen, ia harus jauh lebih mengerti, ia harus begini dan begitu.  Ia kurang rohaniah.  Ia tidak mencapai standar Allah menurut pengertian saya.  Sebagai akibat dari tuntutan tersebut, kita memberi tekanan kepada sesama.

Tetapi impian itu sebenarnya adalah untuk memberi inspirasi kepada orang-orang.  Dimana ada impian, orang-orang akan tertarik.  Anda tidak perlu memaksa mereka.  Jika diberi motivasi, orang-orang akan dengan senang hati melakukannya.  Namun bila impian itu musnah, anda bisa saja memarahi orang-orang tersebut setiap hari, tetapi tidak akan ada gunanya.  Malahan masalahnya akan menjadi lebih buruk.

Saya waktu dulu pernah menjadi seorang pelatih tim sepak-bola.  Sebagai seorang pelatih, kalau tidak memaksa para pemainnya dengan keras ia dapat mendorong mereka secara halus.  Ia dapat memberi kecaman keras agar mereka bisa bermain dengan lebih baik, atau sebaliknya ia dapat mendorong mereka dengan menunjukkan bagaimana cara bermain yang lebih baik agar bisa menang.  Ia memberikan suatu impian kepada mereka, dan kemudian mendorong mereka untuk mencapainya.  Itu adalah suatu cara yang berbeda, dan pengaruh dari dorongan yang membangun itu sungguh hebat!

Secara pribadi saya sendiri harus lebih banyak belajar tentang hal ini.  Saya adalah seorang yang sangat pelit dalam memberikan pujian.  Tahun lalu, seusai kebaktian gereja, saya berkata kepada salah seorang rekan kerja saya bahwa dia telah memberikan khotbah yang sangat baik.  Ia begitu terkesiapnya sampai-sampai mulutnya hampir terbuka lebar.  Dia menjawab, “Komentar seperti ini sungguh sangat sulit datang darimu.”  Sesudah itu saya merenungkan pernyataanya, dan saya merasa insaf.   Saya menyadari kalau di tahun-tahun belakangan ini saya memberikan sedikit sekali pujian.  Mungkin hal ini karena saya sedang mencoba untuk meninggikan standar rekan-rekan kerja kami.  Tetapi saya belum cukup memberikan dorongan yang membangun dan itulah kekurangan saya.

Masyarakat Baru Berdasarkan Kasih
Hanya atas satu butir ini saja, bayangkanlah suatu masyarakat baru berdasarkan impian yang telah Allah berikan kepada kita.  Misalnya, bagaimanakah seharusnya masyarakat baru ini memelihara orang-orang miskin ditengah-tengah kita?  Di Hong Kong, kami mencoba melakukannya di gereja-gereja kami.  Di masyarakat barat, pemerintahlah yang melakukannya.  Pemerintah-pemerintah Kristen ini, yang Kristen dinamanya saja, telah mengambil alih ide daripada masyarakat baru yang ada di dalam Alkitab.  Setiap hal yang dulunya dikerjakan oleh gereja (seperti rumah-sakit, rumah yatim-piatu, rumah jompo) untuk memenuhi macam-macam kebutuhan, sekarang dikerjakan oleh pemerintah-pemerintah Kristen itu.  Akan tetapi di Hong Kong tidaklah demikian.  Jadi di gereja-gereja kami, kami memperhatikan orang-orang miskin dan jompo di tengah-tengah kami.  Kami menolong mereka yang dalam kesulitan dan memelihara para janda.  Tak ada seorangpun di gereja kami yang akan kelaparan.

Jadi masyarakat baru ini bukanlah suatu angan-angan belaka.  Kami mempedulikan siapa saja yang membutuhkan pertolongan.  Kadang-kadang ada orang yang memerlukan uang untuk melanjutkan studi mereka, dan kami akan mencoba untuk menolong mereka.  Orang-orang sakit akan dijenguk dan dirawat.  Setiap kebutuhan di gereja akan dipenuhi.  Pada saat Roh Kudus turun ke atas gereja di Yerusalem di Kisah Rasul 2, masyarakat baru itu dengan segera berfungsi.  Mereka yang kaya memberi dengan penuh kedermawanan untuk memastikan agar mereka yang miskin tidak kekurangan.  Setiap orang hidup berkecukupan.

Mencari kesenangan sesama kita berarti memikul beban mereka, tidak peduli apakah itu penyakitnya, kesunyian hatinya, ataupun banyak masalah lainnya, seperti yang dikatakan di Galatia 6:2: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!”  Inilah konsep masyarakat baru itu, yaitu peduli satu terhadap yang lain.  Apabila anda termasuk ke dalam masyarakat ini, masalahnya bukanlah tentang berapa banyak yang dapat anda peroleh, tetapi berapa banyak yang dapat anda berikan.  Jikalau setiap orang mencoba untuk memberi, kita akan memperoleh dengan penuh berkelimpahan.

Kekuasaan Untuk Mengerjakan Semua Ini
Agar supaya bisa melakukan semuanya ini, harus ada suatu kuasa untuk mengubah hati manusia.  Kuasa itu adalah kuasa kebangkitan, seperti yang dikatakan di Efesus 1:19-20.

Dan betapa hebat kuasaNya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasaNya, yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga.

Kuasa untuk membangkitkan Yesus dan kuasa untuk membangkitkan anda dan saya dari antara orang mati, itulah kehebatan dari kuasa tersebut.  Paulus tidak hanya membicarakan tentang masa depan, tetapi juga tentang masa kini.   Untuk mewujudkan impian ini anda harus mempunyai kuasa untuk mengubah hati manusia, dari seseorang yang ingin diberi kesenangan untuk diri sendiri ke seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan orang lain.  Saya pernah dihampiri beberapa orang Kristen yang ingin mempersembahkan uang mereka untuk Kerajaan Allah.  Uang ini bukan dalam jumlah yang kecil, tetapi jumlah yang melebihi $100.000 uang Kanada.  Bagaimana mungkin?

Hal ini adalah karena kuasa Allah yang ajaib: mengubah kita dari seseorang yang hanya mencari apa yang bisa kita peroleh ke seseorang yang mencari apa yang bisa kita beri.  Orang-orang Kristen tersebut tidak peduli banyak akan mobil-mobil bagus dan pakaian-pakaian mewah yang dapat mereka peroleh.  Mereka mempunyai impian yang berbeda, dan kuasa kebangkitan itu telah mengubah mereka.

Bagaimana dengan anda?  Apakah impian anda?

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

Untuk Apakah Anda Hidup?

Pendeta Eric Chang 
 
Karena hari ini kita akan mengadakan baptisan, saya akan membahas beberapa pertanyaan pokok tentang kehidupan kekristenan berdasarkan teks bacaan kita: Filipi 3 13-15.

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yanitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.  Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian.  Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

Ayat-ayat di atas sudah tidak asing lagi bagi kita, seperti yang sering kita lihat tertulis di poster-poster dan penunjuk halaman buku.  Paulus mengatakan bahwa semua orang Kristen yang telah dewasa secara rohaniah berpikir seperti ini:  bahwa ia tidak menganggap dirinya telah tiba di tempat yang seharusnya, tetapi ia melupakan segala apa yang telah di belakangnya dan mengarahkan seluruh energinya kepada apa yang dihadapannya.  Saya ingin memberikan ayat-ayat ini kepada setiap dari pada kalian, terutama kepada orang yang dibaptis hari ini.

Apakah Tujuan Hidup Anda?
Ini adalah prinsip yang sangat penting, dan kedengarannya cukup mudah.  Tetapi apakah artinya “melupakan apa yang telah di belakang”?  Apakah kita harus melupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lalu?  Bagaimana dengan pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita petik dari sejarah?  Jikalau artinya demikian, maka kita tidak perlu lagi mempelajari sebagian besar dari Perjanjian Lama karena kebanyakan dari kitab-kitab itu berkenaan dengan sejarah.  Kemudian, apakah artinya “mengarahkan diri kepada apa yang dihadapan”?  Apakah yang ada “di hadapan” itu?  Ungkapan ini mengarahkan kita kepada suatu sasaran di muka.  Apakah sasaran tersebut?

Jika saya bertanya apakah tujuan hidup anda, dapatkah anda menjawabnya?  Banyak orang Kristen yang tulus hatinya namun tidak bisa menjawab dengan tepat tujuan dari kehidupan kekristenan mereka itu.  Apakah untuk mengetahui lebih banyak akan Alkitab?  Apakah untuk melakukan misi penginjilan?  Apakah tujuan di hadapan kita itu yang semestinya kita capai dengan berlari-lari?
Anda bisa lihat makna ayat-ayat di atas itu pada akhirnya tidak terlalu jelas.  Saya harap anda dapat memahami ayat-ayat tersebut sedikit lebih banyak lagi seusai mendengar pesan hari ini.

Pelajaran #1: Saddam Hussein
Saya akan mencoba menjelaskan ayat-ayat di atas dengan menggunakan beberapa pokok berita utama yang terjadi baru-baru ini.  Allah seringkali berbicara kepada kita melalui berita-berita, jikalau kita mempunyai mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.

Dua minggu yang lalu, kita mendengar berita bahwa sahabat kita Saddam Hussein sekali lagi muncul dengan ide barunya.  Anda mungkin berpikir setelah Perang Teluk yang membawa malapetaka itu dia akan dapat menarik beberapa pelajaran dari situ.  Ternyata tidak demikian, dia masih belum mengerti juga.  Sekarang dia ingin membuat kekacauan di bagian baratlaut dengan orang-orang Kurdistan.  Karena itu rudal-rudal dan pesawat-pesawat tempur sekali lagi beterbangan di atas Irak.  Bagaimana caranya untuk menolong dia belajar hal-hal dasar dari kehidupan?

Akan tetapi bukankah hal yang sama juga terjadi di antara kebanyakan orang Kristen?  Saya melihat hal yang sama terjadi.  Orang-orang Kristen itu berulang kali mengalami pengalaman buruk karena melanggar Tuhan, tetapi mereka kelihatannya masih belum bisa menarik pelajaran dari pengalaman-pengalaman itu.  Mereka terus saja mengulangi kesalahan yang sama.  Kenapa?

Pelajaran #2: Perceraian Ningrat
Kemudian sekitar 10 hari yang lalu, pokok berita yang lain muncul.  Kali ini  mengenai keluarga kerajaan Inggris: pengumuman resmi atas perceraian antara Putri Diana dan Pangeran Charles.  Setelah perceraian itu, Diana bukan lagi seorang putri, dan tidak lagi memegang gelar ‘Her Royal Highness’.  Dia turun pangkat dari keagungan tinggi menjadi seorang warga biasa saja.  Kenapa hal ini masih terjadi setelah pernikahan selama 15 tahun?  Ini adalah pertanyaan kedua untuk anda renungkan.  Apakah jawabannya mirip dengan jawaban untuk pertanyaan mengenai Irak?

Pernikahan Diana dan Charles – seperti cerita dongeng saja.  Lima belas tahun yang lalu, pernikahan tersebut mempesonakan seluruh dunia.  Gadis biasa yang cantik ini diangkat menjadi seorang putri, yang pada suatu hari nanti akan menjadi Ratu Inggris!  Ini adalah impian setiap gadis muda!  Suatu hal yang hanya dapat anda baca di dalam buku-buku cerita dongeng!  Dan sekarang impian itu telah menjadi kenyataan, di layar televisi, Diana telah menjadi seorang Putri, dan juga seorang bakal Ratu.
Selain itu, pria yang dia nikahi, bukanlah seorang raja buruk rupa, tetapi seorang pangeran yang tampan, seorang bakal Raja Inggris.  Pandanglah dia dalam pakaian seragam tentaranya, dengan kancing emas dan pita tanda jasa emas, dengan pedang disampingnya, dan wajah yang tampan, dengan rambut coklat berombak.  Sungguh-sungguh sebuah impian bagi setiap gadis!

Lalu datang berita buruk: perceraian.  Tentu saja kita tidak merasa terlalu terkejut.  Kita tahu sudah bertahun-tahun perkawinan mereka bermasalah.  Tetapi ketika pengumuman perceraian itu akhirnya diberitahukan kepada umum, masih juga begitu menyedihkan.  Itu adalah akhir dari sebuah mimpi.  Tetapi kenapa?  Kenapa perkawinan antara dua orang dengan masa depan gemilang, yang mempunyai segala-galanya, harus berakhir dengan perceraian?  Bagaimana pendapat anda?  Apakah penyebabnya itu karena perbedaan karakter?  Tetapi setiap pasangan mempunyai perbedaan karakter.  Dua orang mana yang mempunyai identitas total?  Apakah perbedaan karakter itu berarti setiap pasangan harus berakhir dengan perpisahan?  Dengan seluruh sumber yang tersedia, dan tekanan pendapat umum, pasangan ningrat ini tetap tidak mampu membuat perkawinan mereka langgeng.

Pelajaran #3: Superman
Mari kita lihat pokok berita ke tiga yang berhubungan dengan Christopher Reeves.  Tahukah anda siapa dia?  Dio adalah Superman!  Dialah pria tampan, tinggi dan berotot yang memakai kaos biru, yang memerankan tokoh Superman itu.  Di dalam filem, dia merentangkan kedua lengannya dan terbang tinggi ke angkasa.  Bukankah anda senang kalau bisa terbang?  Superman!  Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan Reeves?  Dia lumpuh dari leher ke bawah.  Dia terjatuh dari kuda dan lehernya patah.  Saya tidak bisa mengenalinya sewaktu melihat dia di TV pada saat dia dibawa ke atas podium dalam acara pengumpulan dana bagi orang-orang yang menderita luka tulang belakang.  Dia kelihatan begitu menyedihkan.  Duduk di atas kursi roda, dia harus didorong kemana-mana.  Bahkan dia juga tidak bisa bernafas sendiri dengan lancar, sehingga harus memakai selang yang disambungkan kemulutnya untuk memberi oksigen.  Dia sama sekali tidak kelihatan seperti Superman yang tampan di filem itu.

Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sini?  Dari kebanggaan tinggi atas kondisi tubuhnya yang prima, dia sekarang hanyalah segumpal daging yang duduk di atas kursi roda.  Apa yang Allah ingin katakan kepada kita melalui semuanya in?  Ini bukanlah tentang Christopher Reeves sendiri.  Dia sendiri tidak melakukan hal yang jahat.  Tetapi sepertinya ada sebuah pesan didalamnya untuk seluruh umat manusia.  Manusia dapat berpikir bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu dan memecahkan setiap persoalan.  Ia tidak lagi memerlukan Allah.  Manusia mampu melakukan segalanya, ia hanya perlu menjadi “super”.  Setelah mencapai status yang “super” ini, ia boleh melupakan Allah.  Tetapi sekarang, lihatlah Superman sendiri!  Dari seluruh bintang-bintang Hollywood, hal ini tidak terjadi kepada bintang-bintang yang lain selain Superman – apakah ini suatu kebetulan?  Superman tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi menyelamatkan orang lain.

Egoisme Kita – Persoalan Pokok
Pelajaran yang sama dari ketiga berita di atas adalah tentang persoalan pokok manusia.  Persoalan kerohanian manusia adalah dirinya sendiri.  Apakah akar persoalan manusia?  Apakah akar persoalan di dalam diri anda?  Jika anda tidak menanganinya, anda tidak akan dapat memecahkan masalahnya.  Jika anda tidak mendiagnosa penyakitnya dengan tepat, anda tidak dapat menyembuhkannya.  Kalau anda salah mendiagnosa, anda mungkin bisa membunuh pasien anda dengan memberi perawatan yang salah.  Kalau perawatannya hanya berfokus kepada gejala-gejala penyakitnya saja, sumber penyakitnya masih belum terobati.  Persoalan pokoknya disini adalah apa yang disebut egoisme.  Egoisme adalah hal yang paling sulit ditangani.

Kenapa Saddam Hussein ingin menelan Kuwait?  Segala yang dia lakukan adalah untuk membanggakan diri sendiri.  Dia bahkan membangun kembali kota purba Babel dengan mencetak namanya di atas setiap batu bata yang digunakan.  Dia ingin sejarah mengingatnya sebagai seorang penakluk Kuwait.  Dia mempunyai ambisi lebih besar selain daripada menaklukkan Kuwait.  Jikalau dia tidak dihentikan di sini, entah negara lain mana lagi yang akan dia telan.  Tetapi setelah mengalami kekalahan yang amat sangat, kita pikir dia sudah mendapatkan suatu pelajaran dari sini.  Ternyata tidak, tidak ada sesuatupun yang dapat menghentikan keegoisannya.

Apa Yang Memotivasikan Anda?
Tetapi apakah Saddam Hussein begitu berbeda dari kita?  Lihatlah hati anda: apa yang mendorong anda untuk melakukan apa yang anda lakukan?  Kalau bukan untuk kesenangan anda, kepuasan anda, kebanggaan anda, kenapa anda melakukannya?  Manusia selalu dimotivasikan oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri.  Kenapa pernikahan yang begitu indah seperti yang dimiliki oleh Diana dan Charles akhirnya hancur berantakan?  Egoisme yang bertentangan.  Kedua belah pihak tidak mau mengalah.  Bentrokan egoisme menghancurkan perkawinan.

Citra Superman itu begitu menarik karena kita sangat menginginkan kekuatan, agar dapat menaklukan kehendak lawan kita.  Sehingga sesudahnya kita dapat melakukan segalanya semau kita, mengerjakan segala apa yang kita pikir benar.  Perhatikan kata-kata ini:  apa yang kita pikir benar.  Bahkan di dalam gereja juga ada bentrokan, karena di dalam gereja ada orang-orang yang menganggap diri mereka itu benar dan para pemimpin mereka yang salah.  Tetapi para pemimpinnya menganggap mereka lebih rohaniah dan oleh karena itu merekalah yang benar.

Egoisme adalah hal yang sangat pelik.  Kita bisa menyembunyikan motivasi kita yang sebenarnya di belakang kata-kata yang muluk.  Hal ini sangat menakutkan.  Tetapi di dalam kehidupan rohani, hal ini bukan hanya menakutkan, tetapi membinasakan.  “Aku tahu apa yang harus kamu lakukan karena aku lebih rohaniah darimu.”  Ini seperti contoh dimana seorang pria berkata kepada teman wanitanya, “Kamu harus menikah denganku karena aku tahu ini adalah kehendak Allah.  Aku telah lebih lama menjadi seorang Kristen daripadamu, jadi aku tahu lebih baik akan kehendak Allah daripadamu.”  Saya pribadi mengetahui sedikitnya dua kasus dimana hal ini betul-betul terjadi.  Seorang Kristen melakukan apa yang dia sendiri mau, tetapi menggunakan nama Allah untuk melakukannya.  Ini adalah hal terburuk yang kita dapat lakukan, akan tetapi sayangnya hal ini sudah umum terjado di gereja.

Melupakan Apa Yang Membuat Kita Bangga
Akan tetapi bagaimana semuanya ini berhubungan dengan teks di Filipi 3:13-15?  Apa artinya kalau kita disuruh melupakan apa yang di belakang?  Apakah Saddam Hussein melakukan persis apa yang Paulus katakan kepada kita – melupakan pelajaran atas Kuwait, dan mengarahkan diri ke hadapan untuk mencapai tujuannya yaitu mendapatkan kebanggaan dirinya sendiri?

Sangatlah penting bagi kita untuk memahami konteks dari apa yang dikatakan oleh Paulus.  Dia tidak berkata bahwa kita harus melupakan pelajaran yang bisa kita tarik dari sejarah.  Akan tetapi apa yang harus kita lupakan adalah hal-hal yang dulunya kita hargai.  Paulus berkata bahwa hal-hal yang di waktu dulu memikat hatinya, sekarang dia anggap sebagai sampah.  Hal itu bukan lagi hal yang penting baginya.  Malahan sekarang Paulus mencari hal yang lain – agar dapat mengenal Yesus.  Dan agar supaya dapat mengenal Yesus, Paulus harus menganggap segala hal yang lain ada di belakangnya.

Hal-hal itu adalah hal-hal yang menyangkut egoisme, seperti fakta bahwa dia adalah seorang Farisi (Filipi 3:5; Kisah Para Rasul 23:6).  Menjadi seorang Farisi sekarang ini kedengarannya seperti suatu hal yang jelek, akan tetapi pada masa itu menjadi seorang Farisi adalah suatu hal yang sangat membanggakan.  Paulus berkata bahwa ia adalah seorang Ibrani asli, seorang Ibrani sejati.  Segala hal-hal yang patut dibanggakan itu sekarang telah menjadi sampah.  Di waktu dulu, hal-hal tersebut adalah kebanggaannya, tetapi sekarang hal-hal itu tidak berarti lagi.

Bagaimana dengan kita?  Mungkin latar belakang keluarga kita membuat kita bangga.  Mungkin seluruh gelar-gelar akademis yang telah kita kumpulkan membuat kita bangga.  Sekarang segala hal tersebut harus kita tinggalkan, karena hal-hal ini membuat kita sombong.  Tidak ada hal yang lebih berbahaya selain daripada kesombongan.  Bahkan sedikit saja kesombongan akan membuat hati kita tidak murni lagi.  Pernahkan anda mencoba untuk berdoa tetapi Allah tidak mendengar doa anda?  Ingatlah bahwa hanya mereka yang suci hatinya yang akan melihat Allah.  Itulah sebabnya ada orang yang terus-menerus mengalami Allah dan ada orang yang tidak pernah mengalamiNya.  Dimanakah perbedaannya?  Ada orang yang telah mengatasi keegoisannya dan akan terus mengatasinya dengan lebih mendalam lagi, dan ada orang yang belum mampu mengatasinya.

Baptisan, Awal Dari Kehidupan Rohani
Itulah rahasia kehidupan rohani.  Oleh sebab itu Paulus berkata bahwa setiap orang Kristen yang dewasa berpikir demikian, “Aku telah meninggalkan dan melupakan segala hal yang berkenaan dengan keakuanku.  Sekarang aku mengarahkan diri kepada hal-hal yang berkenaan dengan Allah.”  Jika itu mentalitas anda, Allah akan menjawab doa anda.  Saya mempunyai keyakinan penuh di dalam Allah saya bahwa Ia akan menjawab.  Keyakinan ini berdasarkan pengalaman yang sangat panjang.  Semenjak saya mengenal Tuhan di tahun 1953, sejauh yang dapat saya ingat selama 43 tahun ini tidak ada satu doapun yang tidak dijawab oleh Allah.  Kadang-kadang saya harus menunggu untuk beberapa saat sebelum Dia menjawab, tetapi jawabannya pasti akan datang.  Kadang-kadang jawabannya datang begitu cepat, bahkan sebelum saya sempat ucapkan sudah dijawab.  Kadang juga Dia sudah menjawab sebelum saya minta.  Hal ini membuat saya terpana – saya belum meminta tetapi jawabannya sudah datang.  Itulah yang dikatakan oleh Yesaya dengan tepat, “Sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya” (Yesaya 65:24).

Inilah artinya baptisan: mulai saat ini anda akan melupakan apa yang di belakang: segala hal yang berkaitan dengan egoisme, ambisi egois anda, kesombongan egois anda.  Di saat anda turun ke dalam air untuk di baptis, masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “mati dengan Kristus”?  Ini berarti masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “dibangkitkan dari kematian”?  Ini berarti anda mengarahkan diri kepada tujuan yang baru.  Sekarang anda telah dibebaskan dari belenggu diri sendiri sehingga anda bisa menuju ke sesuatu yang baru.

Dibebaskan Dari Masa Lalu Kita
Kita juga perlu melupakan beban-beban di masa lalu.  Memang benar masa lalu kadang menyakitkan: perbuatan-perbuatan orang lain yang salah terhadap anda.  Anda perlu mengampuni dan mencegah masa lalu untuk menjadi sebuah batu sandungan yang tergantung di leher anda. Di dalam pekerjaan saya, saya harus memberi banyak konseling kepada banyak orang, dan saya lihat banyak orang yang hidup dengan memikul sebuah beban masa lalu  yang besar.  Anda tidak dapat mengarahkan diri ke depan dengan memakai batu sandungan besar disekeliling leher anda yang membuat anda tercekik.
Yesus ingin membebaskan kita dari masa lalu.  Itulah sebabnya ada dua bagian di ayat ini: anda harus dibebaskan dari masa lalu agar anda bisa mengarahkan diri ke depan.  Kata MELUPAKAN di dalam bahasa aslinya ada di dalam bentuk “present participle” – yang berarti anda terus-menerus melupakan.  Anda juga harus terus-menerus mengarahkan diri dan berlari-lari ke muka, yang juga ada di dalam bentuk “present participle”.  Dalam bahasa Yunani, “berlari-lari”  adalah sebuah ungkapan yang sangat kuat yang tidak begitu jelas artinya dalam bahasa Inggris.  Gambarannya secara sederhana berarti sesuatu tentang permuridan.  Permuridan berarti mengikuti – Yesus di depan, saya di belakang.  Apa yang ada di belakang?  Saya sendiri.   Apa yang harus saya lupakan?  Saya sendiri.  Jika anda mampu melakukan hal ini, anda akan tahu apa arti kebebasan itu.  Dengan kata lain, permuridan adalah hal yang mustahil kecuali jika anda melupakan apa yang ada di belakang – egoisme anda.  Kemudian anda mengarahkan diri kepada Tuhan Yesus, untuk menjadi seperti Dia.

Kita Terlalu Mengikat Perhatian Kepada Egoisme Kita
Saya terkadang harus menghadapi orang-orang yang menderita gangguan jiwa yang serius.  Saya mendapatkan ciri utama dari para penderita ini adalah perhatian mereka yang sangat terikat kepada egoismenya.  Mereka begitu terkurung di dalam egoisme mereka.  Satu gejala dari penyakit jiwa adalah peralihan perhatian ke dalam batin – obsesi total kepada egoisme.  Bagaimanakah situasi anda sekarang?  Menurut standar di atas, kebanyakan orang bisa dibilang mempunyai sedikit gangguan jiwa, mungkin tidak sampai ke titik obsesi, namun keadaan ini bisa berkembang menuju ke arah obsesi.

Kalau anda berbincang-bincang dengan orang-orang yang demikian, mereka selalu membicarakan tentang diri mereka sendiri.  Mereka tidak dapat mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal lain.  Sebagai akibatnya mereka mulai kehilangan teman-teman mereka satu-persatu, dan akhirnya mereka merasa sangat kesepian.  Siapa yang sudi berbincang-bincang dengan seseorang yang terus-menerus membicarakan tentang dirinya sendiri?  Banyak orang yang mempunyai obsesi atas diri mereka sendiri tetapi mereka cukup pintar untuk tidak membicarakan diri mereka saja melainkan pekerjaan mereka, kesukaan mereka, hobi mereka, dan bahkan di dalam percakapan tentang kebanggaan negara mereka, hal ini mereka pandang sebagai satu aspek dari kebanggaan pribadi mereka juga.  Dari sini kita masih tetap bisa melihat obsesi total kepada egoisme.

Ada seseorang di gereja yang datang kepada saya dengan membawa persoalannya.  Dia selalu membicarakan hal yang itu-itu saja, yaitu, “aku ini begini dan aku ini begitu”.  Hal ini sangat menjemukan pendengarnya.  Berbagai rekan kerja saya telah mencoba untuk menolongnya, tetapi hasilnya sia-sia saja.  Pokok pembicaraanya selalu berkisar seputar hal yang sama, karena sebenarnya dia senang sekali membicarakan persoalannya yang begitu dia benci.  Di sini terdapat hubungan cinta-benci (love-hate) atas dirinya.  Pada akhirnya semua rekan kerja saya menyerah, jadi dia kembali kepada saya.

Saya berkata kepadanya, “Baiklah, aku akan memberikan satu instruksi dimana kamu harus mematuhi dengan sepenuhnya jikalau kamu ingin keluar dari situasi ini.  Mulai dari saat ini dan seterusnya, kamu dilarang untuk membicarakan tentang dirimu.  Kamu tidak boleh membicarakan tentang dirimu lagi.  Kamu tidak akan membicarakannya dengan siapapun, juga tidak dengan suamimu.”

Mulutnya terbuka lebar, “Bagaimana aku dapat hidup tanpa sedikitpun menyinggung tentang diriku?”  Anda tahu apa yang terjadi?  Begitu dia berhenti membicarakan tentang dirinya, dia sembuh.  Dia telah bebas dari ikatan dirinya.  Dia belajar untuk melupakan dirinya.  Semenjak saat itu dia terus mentaati perintah yang saya berikan dan sekarang dia telah berubah menjadi seorang yang sangat menyenangkan.  Dahulu, tidak ada seorangpun yang ingin bercakap-cakap dengannya karena dia selalu mempedulikan dirinya saja.  Tetapi sekarang dia mempunyai banyak teman karena sekarang dia mempedulikan orang lain.

Tuhan, Nyalakanlah Aku!
Saya tadi menyebutkan bahwa kata “berlari-lari” di dalam bahasa Yunani mempunyai arti yang sangat kuat.  Sikap seperti ini (berlari-lari) jarang saya temui di dalam diri kebanyakan orang Kristen.  Sangat sedikit sekali orang Kristen yang memiliki intensitas yang demikian, suatu keluar-biasaan yang memberi daya tarik kepada orang lain.

David Livingstone, seorang penjelajah terkenal di Afrika dan juga seorang hamba Allah, menulis di buku hariannya, “Aku tidak mempunyai anugerah intelek yang luar biasa, namun aku berketetapan hari ini untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Saya harap setiap dari kita akan berkata, “Aku berkeputusan, dengan kasih karunia Allah, untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Itu adalah satu tujuan hidup yang sangat berarti!

Kepada yang akan dibaptis hari ini, saya berkata, “Biarkanlah Tuhan menyalakan engkau!  Jadilah terang di dalam kegelapan!”  Saya rasa tidak ada artinya menjadi seorang Kristen kecuali jika anda menjadi seorang Kristen yang luar biasa demi Allah.

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org
 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger