Home » , , , » Untuk Apakah Anda Hidup?

Untuk Apakah Anda Hidup?

Ditulis Oleh Admin pada Jumat, 07 Agustus 2015 | 06:19

Pendeta Eric Chang 
 
Karena hari ini kita akan mengadakan baptisan, saya akan membahas beberapa pertanyaan pokok tentang kehidupan kekristenan berdasarkan teks bacaan kita: Filipi 3 13-15.

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yanitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.  Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian.  Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

Ayat-ayat di atas sudah tidak asing lagi bagi kita, seperti yang sering kita lihat tertulis di poster-poster dan penunjuk halaman buku.  Paulus mengatakan bahwa semua orang Kristen yang telah dewasa secara rohaniah berpikir seperti ini:  bahwa ia tidak menganggap dirinya telah tiba di tempat yang seharusnya, tetapi ia melupakan segala apa yang telah di belakangnya dan mengarahkan seluruh energinya kepada apa yang dihadapannya.  Saya ingin memberikan ayat-ayat ini kepada setiap dari pada kalian, terutama kepada orang yang dibaptis hari ini.

Apakah Tujuan Hidup Anda?
Ini adalah prinsip yang sangat penting, dan kedengarannya cukup mudah.  Tetapi apakah artinya “melupakan apa yang telah di belakang”?  Apakah kita harus melupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lalu?  Bagaimana dengan pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita petik dari sejarah?  Jikalau artinya demikian, maka kita tidak perlu lagi mempelajari sebagian besar dari Perjanjian Lama karena kebanyakan dari kitab-kitab itu berkenaan dengan sejarah.  Kemudian, apakah artinya “mengarahkan diri kepada apa yang dihadapan”?  Apakah yang ada “di hadapan” itu?  Ungkapan ini mengarahkan kita kepada suatu sasaran di muka.  Apakah sasaran tersebut?

Jika saya bertanya apakah tujuan hidup anda, dapatkah anda menjawabnya?  Banyak orang Kristen yang tulus hatinya namun tidak bisa menjawab dengan tepat tujuan dari kehidupan kekristenan mereka itu.  Apakah untuk mengetahui lebih banyak akan Alkitab?  Apakah untuk melakukan misi penginjilan?  Apakah tujuan di hadapan kita itu yang semestinya kita capai dengan berlari-lari?
Anda bisa lihat makna ayat-ayat di atas itu pada akhirnya tidak terlalu jelas.  Saya harap anda dapat memahami ayat-ayat tersebut sedikit lebih banyak lagi seusai mendengar pesan hari ini.

Pelajaran #1: Saddam Hussein
Saya akan mencoba menjelaskan ayat-ayat di atas dengan menggunakan beberapa pokok berita utama yang terjadi baru-baru ini.  Allah seringkali berbicara kepada kita melalui berita-berita, jikalau kita mempunyai mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.

Dua minggu yang lalu, kita mendengar berita bahwa sahabat kita Saddam Hussein sekali lagi muncul dengan ide barunya.  Anda mungkin berpikir setelah Perang Teluk yang membawa malapetaka itu dia akan dapat menarik beberapa pelajaran dari situ.  Ternyata tidak demikian, dia masih belum mengerti juga.  Sekarang dia ingin membuat kekacauan di bagian baratlaut dengan orang-orang Kurdistan.  Karena itu rudal-rudal dan pesawat-pesawat tempur sekali lagi beterbangan di atas Irak.  Bagaimana caranya untuk menolong dia belajar hal-hal dasar dari kehidupan?

Akan tetapi bukankah hal yang sama juga terjadi di antara kebanyakan orang Kristen?  Saya melihat hal yang sama terjadi.  Orang-orang Kristen itu berulang kali mengalami pengalaman buruk karena melanggar Tuhan, tetapi mereka kelihatannya masih belum bisa menarik pelajaran dari pengalaman-pengalaman itu.  Mereka terus saja mengulangi kesalahan yang sama.  Kenapa?

Pelajaran #2: Perceraian Ningrat
Kemudian sekitar 10 hari yang lalu, pokok berita yang lain muncul.  Kali ini  mengenai keluarga kerajaan Inggris: pengumuman resmi atas perceraian antara Putri Diana dan Pangeran Charles.  Setelah perceraian itu, Diana bukan lagi seorang putri, dan tidak lagi memegang gelar ‘Her Royal Highness’.  Dia turun pangkat dari keagungan tinggi menjadi seorang warga biasa saja.  Kenapa hal ini masih terjadi setelah pernikahan selama 15 tahun?  Ini adalah pertanyaan kedua untuk anda renungkan.  Apakah jawabannya mirip dengan jawaban untuk pertanyaan mengenai Irak?

Pernikahan Diana dan Charles – seperti cerita dongeng saja.  Lima belas tahun yang lalu, pernikahan tersebut mempesonakan seluruh dunia.  Gadis biasa yang cantik ini diangkat menjadi seorang putri, yang pada suatu hari nanti akan menjadi Ratu Inggris!  Ini adalah impian setiap gadis muda!  Suatu hal yang hanya dapat anda baca di dalam buku-buku cerita dongeng!  Dan sekarang impian itu telah menjadi kenyataan, di layar televisi, Diana telah menjadi seorang Putri, dan juga seorang bakal Ratu.
Selain itu, pria yang dia nikahi, bukanlah seorang raja buruk rupa, tetapi seorang pangeran yang tampan, seorang bakal Raja Inggris.  Pandanglah dia dalam pakaian seragam tentaranya, dengan kancing emas dan pita tanda jasa emas, dengan pedang disampingnya, dan wajah yang tampan, dengan rambut coklat berombak.  Sungguh-sungguh sebuah impian bagi setiap gadis!

Lalu datang berita buruk: perceraian.  Tentu saja kita tidak merasa terlalu terkejut.  Kita tahu sudah bertahun-tahun perkawinan mereka bermasalah.  Tetapi ketika pengumuman perceraian itu akhirnya diberitahukan kepada umum, masih juga begitu menyedihkan.  Itu adalah akhir dari sebuah mimpi.  Tetapi kenapa?  Kenapa perkawinan antara dua orang dengan masa depan gemilang, yang mempunyai segala-galanya, harus berakhir dengan perceraian?  Bagaimana pendapat anda?  Apakah penyebabnya itu karena perbedaan karakter?  Tetapi setiap pasangan mempunyai perbedaan karakter.  Dua orang mana yang mempunyai identitas total?  Apakah perbedaan karakter itu berarti setiap pasangan harus berakhir dengan perpisahan?  Dengan seluruh sumber yang tersedia, dan tekanan pendapat umum, pasangan ningrat ini tetap tidak mampu membuat perkawinan mereka langgeng.

Pelajaran #3: Superman
Mari kita lihat pokok berita ke tiga yang berhubungan dengan Christopher Reeves.  Tahukah anda siapa dia?  Dio adalah Superman!  Dialah pria tampan, tinggi dan berotot yang memakai kaos biru, yang memerankan tokoh Superman itu.  Di dalam filem, dia merentangkan kedua lengannya dan terbang tinggi ke angkasa.  Bukankah anda senang kalau bisa terbang?  Superman!  Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan Reeves?  Dia lumpuh dari leher ke bawah.  Dia terjatuh dari kuda dan lehernya patah.  Saya tidak bisa mengenalinya sewaktu melihat dia di TV pada saat dia dibawa ke atas podium dalam acara pengumpulan dana bagi orang-orang yang menderita luka tulang belakang.  Dia kelihatan begitu menyedihkan.  Duduk di atas kursi roda, dia harus didorong kemana-mana.  Bahkan dia juga tidak bisa bernafas sendiri dengan lancar, sehingga harus memakai selang yang disambungkan kemulutnya untuk memberi oksigen.  Dia sama sekali tidak kelihatan seperti Superman yang tampan di filem itu.

Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sini?  Dari kebanggaan tinggi atas kondisi tubuhnya yang prima, dia sekarang hanyalah segumpal daging yang duduk di atas kursi roda.  Apa yang Allah ingin katakan kepada kita melalui semuanya in?  Ini bukanlah tentang Christopher Reeves sendiri.  Dia sendiri tidak melakukan hal yang jahat.  Tetapi sepertinya ada sebuah pesan didalamnya untuk seluruh umat manusia.  Manusia dapat berpikir bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu dan memecahkan setiap persoalan.  Ia tidak lagi memerlukan Allah.  Manusia mampu melakukan segalanya, ia hanya perlu menjadi “super”.  Setelah mencapai status yang “super” ini, ia boleh melupakan Allah.  Tetapi sekarang, lihatlah Superman sendiri!  Dari seluruh bintang-bintang Hollywood, hal ini tidak terjadi kepada bintang-bintang yang lain selain Superman – apakah ini suatu kebetulan?  Superman tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi menyelamatkan orang lain.

Egoisme Kita – Persoalan Pokok
Pelajaran yang sama dari ketiga berita di atas adalah tentang persoalan pokok manusia.  Persoalan kerohanian manusia adalah dirinya sendiri.  Apakah akar persoalan manusia?  Apakah akar persoalan di dalam diri anda?  Jika anda tidak menanganinya, anda tidak akan dapat memecahkan masalahnya.  Jika anda tidak mendiagnosa penyakitnya dengan tepat, anda tidak dapat menyembuhkannya.  Kalau anda salah mendiagnosa, anda mungkin bisa membunuh pasien anda dengan memberi perawatan yang salah.  Kalau perawatannya hanya berfokus kepada gejala-gejala penyakitnya saja, sumber penyakitnya masih belum terobati.  Persoalan pokoknya disini adalah apa yang disebut egoisme.  Egoisme adalah hal yang paling sulit ditangani.

Kenapa Saddam Hussein ingin menelan Kuwait?  Segala yang dia lakukan adalah untuk membanggakan diri sendiri.  Dia bahkan membangun kembali kota purba Babel dengan mencetak namanya di atas setiap batu bata yang digunakan.  Dia ingin sejarah mengingatnya sebagai seorang penakluk Kuwait.  Dia mempunyai ambisi lebih besar selain daripada menaklukkan Kuwait.  Jikalau dia tidak dihentikan di sini, entah negara lain mana lagi yang akan dia telan.  Tetapi setelah mengalami kekalahan yang amat sangat, kita pikir dia sudah mendapatkan suatu pelajaran dari sini.  Ternyata tidak, tidak ada sesuatupun yang dapat menghentikan keegoisannya.

Apa Yang Memotivasikan Anda?
Tetapi apakah Saddam Hussein begitu berbeda dari kita?  Lihatlah hati anda: apa yang mendorong anda untuk melakukan apa yang anda lakukan?  Kalau bukan untuk kesenangan anda, kepuasan anda, kebanggaan anda, kenapa anda melakukannya?  Manusia selalu dimotivasikan oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri.  Kenapa pernikahan yang begitu indah seperti yang dimiliki oleh Diana dan Charles akhirnya hancur berantakan?  Egoisme yang bertentangan.  Kedua belah pihak tidak mau mengalah.  Bentrokan egoisme menghancurkan perkawinan.

Citra Superman itu begitu menarik karena kita sangat menginginkan kekuatan, agar dapat menaklukan kehendak lawan kita.  Sehingga sesudahnya kita dapat melakukan segalanya semau kita, mengerjakan segala apa yang kita pikir benar.  Perhatikan kata-kata ini:  apa yang kita pikir benar.  Bahkan di dalam gereja juga ada bentrokan, karena di dalam gereja ada orang-orang yang menganggap diri mereka itu benar dan para pemimpin mereka yang salah.  Tetapi para pemimpinnya menganggap mereka lebih rohaniah dan oleh karena itu merekalah yang benar.

Egoisme adalah hal yang sangat pelik.  Kita bisa menyembunyikan motivasi kita yang sebenarnya di belakang kata-kata yang muluk.  Hal ini sangat menakutkan.  Tetapi di dalam kehidupan rohani, hal ini bukan hanya menakutkan, tetapi membinasakan.  “Aku tahu apa yang harus kamu lakukan karena aku lebih rohaniah darimu.”  Ini seperti contoh dimana seorang pria berkata kepada teman wanitanya, “Kamu harus menikah denganku karena aku tahu ini adalah kehendak Allah.  Aku telah lebih lama menjadi seorang Kristen daripadamu, jadi aku tahu lebih baik akan kehendak Allah daripadamu.”  Saya pribadi mengetahui sedikitnya dua kasus dimana hal ini betul-betul terjadi.  Seorang Kristen melakukan apa yang dia sendiri mau, tetapi menggunakan nama Allah untuk melakukannya.  Ini adalah hal terburuk yang kita dapat lakukan, akan tetapi sayangnya hal ini sudah umum terjado di gereja.

Melupakan Apa Yang Membuat Kita Bangga
Akan tetapi bagaimana semuanya ini berhubungan dengan teks di Filipi 3:13-15?  Apa artinya kalau kita disuruh melupakan apa yang di belakang?  Apakah Saddam Hussein melakukan persis apa yang Paulus katakan kepada kita – melupakan pelajaran atas Kuwait, dan mengarahkan diri ke hadapan untuk mencapai tujuannya yaitu mendapatkan kebanggaan dirinya sendiri?

Sangatlah penting bagi kita untuk memahami konteks dari apa yang dikatakan oleh Paulus.  Dia tidak berkata bahwa kita harus melupakan pelajaran yang bisa kita tarik dari sejarah.  Akan tetapi apa yang harus kita lupakan adalah hal-hal yang dulunya kita hargai.  Paulus berkata bahwa hal-hal yang di waktu dulu memikat hatinya, sekarang dia anggap sebagai sampah.  Hal itu bukan lagi hal yang penting baginya.  Malahan sekarang Paulus mencari hal yang lain – agar dapat mengenal Yesus.  Dan agar supaya dapat mengenal Yesus, Paulus harus menganggap segala hal yang lain ada di belakangnya.

Hal-hal itu adalah hal-hal yang menyangkut egoisme, seperti fakta bahwa dia adalah seorang Farisi (Filipi 3:5; Kisah Para Rasul 23:6).  Menjadi seorang Farisi sekarang ini kedengarannya seperti suatu hal yang jelek, akan tetapi pada masa itu menjadi seorang Farisi adalah suatu hal yang sangat membanggakan.  Paulus berkata bahwa ia adalah seorang Ibrani asli, seorang Ibrani sejati.  Segala hal-hal yang patut dibanggakan itu sekarang telah menjadi sampah.  Di waktu dulu, hal-hal tersebut adalah kebanggaannya, tetapi sekarang hal-hal itu tidak berarti lagi.

Bagaimana dengan kita?  Mungkin latar belakang keluarga kita membuat kita bangga.  Mungkin seluruh gelar-gelar akademis yang telah kita kumpulkan membuat kita bangga.  Sekarang segala hal tersebut harus kita tinggalkan, karena hal-hal ini membuat kita sombong.  Tidak ada hal yang lebih berbahaya selain daripada kesombongan.  Bahkan sedikit saja kesombongan akan membuat hati kita tidak murni lagi.  Pernahkan anda mencoba untuk berdoa tetapi Allah tidak mendengar doa anda?  Ingatlah bahwa hanya mereka yang suci hatinya yang akan melihat Allah.  Itulah sebabnya ada orang yang terus-menerus mengalami Allah dan ada orang yang tidak pernah mengalamiNya.  Dimanakah perbedaannya?  Ada orang yang telah mengatasi keegoisannya dan akan terus mengatasinya dengan lebih mendalam lagi, dan ada orang yang belum mampu mengatasinya.

Baptisan, Awal Dari Kehidupan Rohani
Itulah rahasia kehidupan rohani.  Oleh sebab itu Paulus berkata bahwa setiap orang Kristen yang dewasa berpikir demikian, “Aku telah meninggalkan dan melupakan segala hal yang berkenaan dengan keakuanku.  Sekarang aku mengarahkan diri kepada hal-hal yang berkenaan dengan Allah.”  Jika itu mentalitas anda, Allah akan menjawab doa anda.  Saya mempunyai keyakinan penuh di dalam Allah saya bahwa Ia akan menjawab.  Keyakinan ini berdasarkan pengalaman yang sangat panjang.  Semenjak saya mengenal Tuhan di tahun 1953, sejauh yang dapat saya ingat selama 43 tahun ini tidak ada satu doapun yang tidak dijawab oleh Allah.  Kadang-kadang saya harus menunggu untuk beberapa saat sebelum Dia menjawab, tetapi jawabannya pasti akan datang.  Kadang-kadang jawabannya datang begitu cepat, bahkan sebelum saya sempat ucapkan sudah dijawab.  Kadang juga Dia sudah menjawab sebelum saya minta.  Hal ini membuat saya terpana – saya belum meminta tetapi jawabannya sudah datang.  Itulah yang dikatakan oleh Yesaya dengan tepat, “Sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya” (Yesaya 65:24).

Inilah artinya baptisan: mulai saat ini anda akan melupakan apa yang di belakang: segala hal yang berkaitan dengan egoisme, ambisi egois anda, kesombongan egois anda.  Di saat anda turun ke dalam air untuk di baptis, masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “mati dengan Kristus”?  Ini berarti masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “dibangkitkan dari kematian”?  Ini berarti anda mengarahkan diri kepada tujuan yang baru.  Sekarang anda telah dibebaskan dari belenggu diri sendiri sehingga anda bisa menuju ke sesuatu yang baru.

Dibebaskan Dari Masa Lalu Kita
Kita juga perlu melupakan beban-beban di masa lalu.  Memang benar masa lalu kadang menyakitkan: perbuatan-perbuatan orang lain yang salah terhadap anda.  Anda perlu mengampuni dan mencegah masa lalu untuk menjadi sebuah batu sandungan yang tergantung di leher anda. Di dalam pekerjaan saya, saya harus memberi banyak konseling kepada banyak orang, dan saya lihat banyak orang yang hidup dengan memikul sebuah beban masa lalu  yang besar.  Anda tidak dapat mengarahkan diri ke depan dengan memakai batu sandungan besar disekeliling leher anda yang membuat anda tercekik.
Yesus ingin membebaskan kita dari masa lalu.  Itulah sebabnya ada dua bagian di ayat ini: anda harus dibebaskan dari masa lalu agar anda bisa mengarahkan diri ke depan.  Kata MELUPAKAN di dalam bahasa aslinya ada di dalam bentuk “present participle” – yang berarti anda terus-menerus melupakan.  Anda juga harus terus-menerus mengarahkan diri dan berlari-lari ke muka, yang juga ada di dalam bentuk “present participle”.  Dalam bahasa Yunani, “berlari-lari”  adalah sebuah ungkapan yang sangat kuat yang tidak begitu jelas artinya dalam bahasa Inggris.  Gambarannya secara sederhana berarti sesuatu tentang permuridan.  Permuridan berarti mengikuti – Yesus di depan, saya di belakang.  Apa yang ada di belakang?  Saya sendiri.   Apa yang harus saya lupakan?  Saya sendiri.  Jika anda mampu melakukan hal ini, anda akan tahu apa arti kebebasan itu.  Dengan kata lain, permuridan adalah hal yang mustahil kecuali jika anda melupakan apa yang ada di belakang – egoisme anda.  Kemudian anda mengarahkan diri kepada Tuhan Yesus, untuk menjadi seperti Dia.

Kita Terlalu Mengikat Perhatian Kepada Egoisme Kita
Saya terkadang harus menghadapi orang-orang yang menderita gangguan jiwa yang serius.  Saya mendapatkan ciri utama dari para penderita ini adalah perhatian mereka yang sangat terikat kepada egoismenya.  Mereka begitu terkurung di dalam egoisme mereka.  Satu gejala dari penyakit jiwa adalah peralihan perhatian ke dalam batin – obsesi total kepada egoisme.  Bagaimanakah situasi anda sekarang?  Menurut standar di atas, kebanyakan orang bisa dibilang mempunyai sedikit gangguan jiwa, mungkin tidak sampai ke titik obsesi, namun keadaan ini bisa berkembang menuju ke arah obsesi.

Kalau anda berbincang-bincang dengan orang-orang yang demikian, mereka selalu membicarakan tentang diri mereka sendiri.  Mereka tidak dapat mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal lain.  Sebagai akibatnya mereka mulai kehilangan teman-teman mereka satu-persatu, dan akhirnya mereka merasa sangat kesepian.  Siapa yang sudi berbincang-bincang dengan seseorang yang terus-menerus membicarakan tentang dirinya sendiri?  Banyak orang yang mempunyai obsesi atas diri mereka sendiri tetapi mereka cukup pintar untuk tidak membicarakan diri mereka saja melainkan pekerjaan mereka, kesukaan mereka, hobi mereka, dan bahkan di dalam percakapan tentang kebanggaan negara mereka, hal ini mereka pandang sebagai satu aspek dari kebanggaan pribadi mereka juga.  Dari sini kita masih tetap bisa melihat obsesi total kepada egoisme.

Ada seseorang di gereja yang datang kepada saya dengan membawa persoalannya.  Dia selalu membicarakan hal yang itu-itu saja, yaitu, “aku ini begini dan aku ini begitu”.  Hal ini sangat menjemukan pendengarnya.  Berbagai rekan kerja saya telah mencoba untuk menolongnya, tetapi hasilnya sia-sia saja.  Pokok pembicaraanya selalu berkisar seputar hal yang sama, karena sebenarnya dia senang sekali membicarakan persoalannya yang begitu dia benci.  Di sini terdapat hubungan cinta-benci (love-hate) atas dirinya.  Pada akhirnya semua rekan kerja saya menyerah, jadi dia kembali kepada saya.

Saya berkata kepadanya, “Baiklah, aku akan memberikan satu instruksi dimana kamu harus mematuhi dengan sepenuhnya jikalau kamu ingin keluar dari situasi ini.  Mulai dari saat ini dan seterusnya, kamu dilarang untuk membicarakan tentang dirimu.  Kamu tidak boleh membicarakan tentang dirimu lagi.  Kamu tidak akan membicarakannya dengan siapapun, juga tidak dengan suamimu.”

Mulutnya terbuka lebar, “Bagaimana aku dapat hidup tanpa sedikitpun menyinggung tentang diriku?”  Anda tahu apa yang terjadi?  Begitu dia berhenti membicarakan tentang dirinya, dia sembuh.  Dia telah bebas dari ikatan dirinya.  Dia belajar untuk melupakan dirinya.  Semenjak saat itu dia terus mentaati perintah yang saya berikan dan sekarang dia telah berubah menjadi seorang yang sangat menyenangkan.  Dahulu, tidak ada seorangpun yang ingin bercakap-cakap dengannya karena dia selalu mempedulikan dirinya saja.  Tetapi sekarang dia mempunyai banyak teman karena sekarang dia mempedulikan orang lain.

Tuhan, Nyalakanlah Aku!
Saya tadi menyebutkan bahwa kata “berlari-lari” di dalam bahasa Yunani mempunyai arti yang sangat kuat.  Sikap seperti ini (berlari-lari) jarang saya temui di dalam diri kebanyakan orang Kristen.  Sangat sedikit sekali orang Kristen yang memiliki intensitas yang demikian, suatu keluar-biasaan yang memberi daya tarik kepada orang lain.

David Livingstone, seorang penjelajah terkenal di Afrika dan juga seorang hamba Allah, menulis di buku hariannya, “Aku tidak mempunyai anugerah intelek yang luar biasa, namun aku berketetapan hari ini untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Saya harap setiap dari kita akan berkata, “Aku berkeputusan, dengan kasih karunia Allah, untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Itu adalah satu tujuan hidup yang sangat berarti!

Kepada yang akan dibaptis hari ini, saya berkata, “Biarkanlah Tuhan menyalakan engkau!  Jadilah terang di dalam kegelapan!”  Saya rasa tidak ada artinya menjadi seorang Kristen kecuali jika anda menjadi seorang Kristen yang luar biasa demi Allah.

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger