Home » » Menyelesaikan Apa yang Dimulai

Menyelesaikan Apa yang Dimulai

Ditulis Oleh Admin pada Selasa, 30 April 2013 | 01:51

oleh Samwise WK

Saya mendapatkan kesempatan untuk menghadiri suatu konferensi di Kota Kinabalu, Sabah. Di malam hari, ketika saya berdiam diri, saya memandang ke luar jendela dan melihat langit begitu luas terbentang, begitu mengagumkan. Di saat yang bersamaan saya melihat betapa kecilnya diri saya. Rasa kagum akan kebesaran kasih Tuhan begitu meliputi saya. Siapakah saya di dunia ini? Sebelum ini hidup saya tanpa tujuan dan saya tidak punya apa-apa untuk dimegahkan tetapi Tuhan begitu mengasihi saya. Rasa syukur membanjiri hati saya saat saya merenungkan apa yang telah Tuhan kerjakan di dalam hidup saya dan keluarga saya. Allah memang maha pengasih dan penyayang.

Setelah konferensi selesai saya berkesempatan mendaki Gunung Kinabalu, gunung yang tertinggi di Asia Tenggara. Pendakian gunung bagi seorang amatir seperti saya sangat penuh tantangan. Saat saya mulai mendaki saya teringat bahwa pendakian ini ibarat perjalanan hidup seorang Kristen. Saya masih ingat pemimpin saya pernah berkata kepada saya bahwa kehidupan seorang Kristen adalah seperti mendaki gunung, bukan sesuatu yang mudah bahkan cenderung menjadi susah. 

Sebelum memulai pendakian, saya telah berkata kepada diri saya sendiri bahwa saya akan mencoba semampu saya untuk mengakhiri apa yang saya mulai - betapapun susahnya pendakian ini akan saya selesaikan. Pada waktu itu, saya berdoa kepada Tuhan agar membantu saya untuk sampai ke puncak. Saya mengibaratkan pendakian Gunung Kinabalu ini seperti saya harus menyelesaikan perjalanan saya di dunia ini sebagai seorang Kristen. Saya mau mengakhirinya dengan baik.

Kami mendaki dan terus mendaki. Diperlukan ketekunan dan tekad yang luar biasa untuk tidak menyerah walaupun secara fisik sepertinya saya sudah tidak kuat lagi. Dan akhirnya kami sampai ke puncak Gunung Kinabalu. Perasaannya begitu luar biasa, saya sama sekali tidak terpikir bahwa akhirnya saya akan berhasil dan dapat berdiri di situ.

Pengalaman ini sangat bersifat simbolis bagi saya karena hal ini mengingatkan saya bahwa apa yang saya mulai untuk Yesus, perlu saya akhiri. Pada waktu itu saya membuat perjanjian dengan Tuhan bahwa saya akan terus berjalan bersama Dia, mengasihi dan melayani Dia tidak kira dalam keadaan apa pun. Saya berikrar kepada Tuhan untuk menjadi terang yang bersinar bagi kemuliaan-Nya di dunia ini sekalipun perjalanan pasti tidak mudah akan sangat penuh dengan tantangan.

Semoga kita semua juga akan bertekad untuk mengakhiri apa yang kita mulai. Semoga dengan kuasa-Nya dan komitmen kita, kita akan belajar untuk semakin menjadi seperti-Nya - dalam hal kesetiaan, kasih dan kemurahan; belajar untuk setia kepada sesama, saling mempercayai dan mengasihi sesama karena itulah kehendak-Nya bagi kita.

 Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger