Cita-cita Menjadi Besar

Selasa, 08 September 2015


Hana Karuna |
Setiap orang mempunyai cita-cita. Cita-cita sangat menentukan arah hidup kita. Cita-cita merupakan salah satu unsur paling penting yang membentuk masa depan dan karakter kita. Dari kecil, kita akan ditanya apakah yang menjadi cita-cita kita dan anak-anak akan didorong untuk mempunyai cita-cita yang besar seperti menjadi doktor, pilot atau insinyur. Rata-rata orang mau menjadi orang yang berhasil dan dikenal. Demi mencapai cita-cita, banyak yang bekerja keras di dunia yang penuh saingan dengan menghalalkan segala cara untuk bisa sampai ke puncak.

Para murid Yesus, tidak terkecuali. Sekalipun telah meninggalkan dunia dan mengikuti Yesus, mereka belum menanggalkan keinginan untuk menjadi besar. Hanya saja sekarang mereka beraspirasi untuk menjadi besar di dalam Kerajaan Allah. Mereka mempertengkarkan hal itu sesama mereka (Mrk.9:34), menanyakannya secara langsung kepada Yesus (Mat.18:1), dan ketika tidak terbendung lagi, tidak malu-malu memintanya secara langsung kepada Yesus (Mrk.10:35-37). Apakah Yesus marah dengan cita-cita mereka ini? Ternyata tidak. Yesus tidak pernah menunjukkan kemarahan tetapi malah memberikan kunci bagaimana untuk dapat menjadi besar di Kerajaan Allah kepada mereka.

Apa Kunci pada Kebesaran?
Apakah jalan atau kunci untuk menjadi besar? Keahlian, talenta dan kualitas apa yang dibutuhkan untuk kita menjadi besar? Apakah dengan membaca Alkitab sepuluh pasal setiap hari dan berdoa beberapa kali sehari? Tentu saja membaca Alkitab dan berdoa setiap hari merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan rohani. Namun, menurut Yesus apakah itu jalan menuju kebesaran?
Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Mat 20:26-28)

Dengan menjadi Pelayan
Jawaban Yesus sangatlah tidak diduga. Rahasia untuk menjadi besar itu sama sekali tidak mengesankan. Yesus memberitahu para muridnya bahwa cara untuk mencapai kebesaran di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan dan melayani.

Adakah orang di dunia ini yang bercita-cita untuk menjadi seorang hamba atau pelayan? Itulah hal terakhir yang ingin kita lakukan. Dan Yesus memberitahu kita bahwa untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah adalah dengan menjadi pelayan.

Menjadi seorang pelayan adalah pekerjaan yang sama sekali tidak membutuhkan keahlian. Tidak memerlukan talenta maupun bakat luarbiasa. Tidak perlu pendidikan tinggi dan pelatihan profesional. Untuk menjadi seorang guru, dokter, insinyur dan manajer kita perlu bersusah payah belajar sampai ke tingkat perguruan tinggi. Namun apakah yang perlu dipersiapkan untuk menjadi seorang pelayan?
Menjadi seorang hamba itu sebetulnya sangatlah mudah. Kita tidak membutuhkan keahlian apa pun. Tidak perlu keterampilan apa pun. Kita semua punya kesempatan untuk menjadi seorang pelayan. Tidak semua dari kita mempunyai kesempatan untuk menjadi Presiden atau Dokter. Tidak semua mempunyai kesempatan untuk berkhotbah, memimpin pujian, bermain musik atau memegang jabatan tinggi di gereja. Namun hal yang cukup spektakuler adalah kita semua mempunyai kesempatan untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Peluang ini terbuka untuk kita semua. Siapa pun bisa menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Surga. Menjadi terbesar di dalam Kerajaan Surga tidak berada di luar jangkauan kita.

Namun apa yang menghadang kita dari menjadi yang terbesar? Yang menghadang kita adalah keinginan kita untuk menjadi somebody. Kita semua ingin menjadi sesuatu. Di dunia ini, siapa pun yang berada di dalam posisi pelayan ingin keluar dari posisi itu. Kebanyakan pelayan berada di posisi itu karena terpaksa. Tetapi ajaran Yesus adalah kalau kamu mau menjadi yang terbesar kamu harus menjadi yang pelayan.

Melayani Sesama, bukan Allah!
Kalau kebesaran itu kita capai dengan melayani Allah, hal ini masih tidak menjadi masalah. Namun perhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus – “Siapa saja yang ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan siapa saja yang ingin menjadi yang pertama di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu.

Kita akan menjadi besar hanya jika kita melayani sesama, bukannya Allah. Sebagai hamba Allah, kita seringkali merasa besar karena bos kita adalah Allah, Pencipta langit dan bumi. Namun kalau kita adalah “pelayanmu”, artinya sangatlah berbeda. Ini berarti, kita bukan siapa-siapa yang harus melayani orang lain yang bisa saja di mata kita bukan siapa-siapa atau malah berada di bawah kita! Kebanyakan orang tidak mempunyai masalah untuk melayani Allah, tetapi, apakah kita rela menjadi pelayan bagi sesama? Kita dengan bangga menyebut diri sebagai “hamba Allah” atau “hamba Kristus”, tetapi adakah yang memperkenalkan dirinya sebagai “hambamu”?

Sesungguhnya kita tidak akan pernah secara langsung dapat melayani Allah yang tidak kelihatan itu. Oleh karena itu, setiap pelayanan kita kepada Allah adalah kepada sesama. Dengan kata lain, kita hanya melayani Allah dengan melayani sesama manusia.

Lalu, siapa yang paling besar di antara kita? Orang yang paling banyak melayani. Pelayan yang paling besar adalah yang paling besar di antara kita. Di mata Allah, yang paling besar adalah yang melayani lewati tindakan sebagai seorang pelayan, hal yang justru tidak ingin dilakukan oleh orang ‘besar’. Yang paling besar adalah yang paling banyak melayani, yakni seorang hamba.

Apa sifat seorang pelayan sejati? Pelayan sejati adalah orang yang berada di posisi yang paling bawah. Dia tahu dia bukan siapa-siapa dan karena itu tidak mudah tersinggung. Ketika dimarahi dia juga tidak bereaksi. Tugasnya hanya melayani. Itulah ciri seorang hamba/pelayan. Tidak banyak keluhan atau berbantah-bantah. Pelayan yang baik juga tidak menuntut untuk dihargai. Dia hanya mengharapkan yang terbaik untuk orang yang dilayaninya.

Saat Melayani Kita Paling Serupa dengan Kristus
Hal yang ketiga adalah, waktu kita melayani, kita paling serupa dengan Kristus. Karena Anak Manusia tidak datang untuk dilayani tetapi untuk melayani dan untuk memberikan nyawa bagi banyak orang. Jadi di saat kita menjadi pelayan bagi sesama, adalah saat kita paling serupa dengan Yesus. Karena Yesus, walaupun adalah sang Mesias, telah merendahkan dirinya untuk melayani, dan justru karena ini Allah mengangkatnya setinggi-tingginya.

Jadi, tangkaplah dengan baik konsep ini. Di dalam kerajaan Allah, jalan ke atas adalah jalan ke bawah. The way up is the way down. Tentu saja, ke atas itu adalah tindakan dari Allah sendiri. Allah yang mengangkat kita ke atas. Di bagian kita, kita hanya perlu turun ke bawah untuk diangkat ke atas. Di dalam kehidupan Anda, jika Anda membutuhkan campurtangan Allah dalam kehidupan Anda, jika Anda perlu Allah untuk mengangkat Anda di saat Anda sedang sangat terpuruk, Anda hanya perlu merendahkan diri Anda. Pikirkanlah bagaimana untuk melayani, bagaimana hidup Anda dapat menjadi berkat bagi orang lain. Dan Anda akan mulai merasakan bahwa Allah akan campur tangan dalam kehidupan Anda dan mengangkat Anda.

Sudah sangat jelas, apa kuncinya untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Allah. Dan hal ini sama sekali tidak berada di luar jangkauan kita. Pertanyaannya hanya satu: Apakah kita rela? Apakah kita mau? Apakah kita mau melepaskan kepentingan pribadi dan memberikan perhatian kepada kepentingan Allah. Apakah kita ingin menjadi seorang pelayan?

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

4 Gaya Hidup Orang Kristen

Sabtu, 05 April 2014

GAYA HIDUP ORANG KRISTEN  YANG TELAH MENERIMA KUASA KEBANGKITAN:
Ketika seseorang mengenal Yesus dengan benar, maka hidupnya pasti akan terus-menerus berubah dan menjadi Kristen sejati. Artinya kalau dulunya hanya Kristen biasa-biasa saja, setelah mengalami kuasa kebangkitan Yesus, maka hidupnya menjadi luar biasa. Mengapa demikian? Jawabannya adalah “karena kuasa kebangkitan yang hebat itu telah mengerjakan sesuatu yang ajaib dalam dirinya” (Efesus 1:19). Kuasa itu sungguh hebat sehubungan dengan kuasa kebangkitan ini, maka minimal ada empat ciri gaya hidup orang yang telah mengalami kuasa kebangkitan.
  1. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai tujuan hidupnya (Kolose 3:1-4). Sering kali kita kecewa, putus asa, dan stres. Itu karena Yesus bukan tujuan utama dalam hidup, tetapi sebaliknya perkara-perkara dunia ini semata yang menjadi tujuan. Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Apa yang menjadi tujuan hidup kita sangat penting, karena hal itu akan menentukan kualitas pelayanan dan masa depan seseorang.
  2. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai fokus penyembahan. Setelah Yesus berkata kepada Tomas, “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: “Ya, Tuhanku dan Allahku!” (Yohanes 20:27-28). Gereja dan pendeta yang besar bukanlah pusat penyembahan kita, tetapi Yesus adalah Tuhan yang hidup, yang harus menjadi pusat penyembahan orang percaya, hanya Dia yang layak menerima pujian dan hormat. Ketika Yesus ditinggikan dalam diri seseorang, maka perkara-perkara ajaib akan Tuhan adakan dalam diri dan pelayanannya (Yohanes 12:32).
  3. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus sebagai pusat pengharapan (1 Petrus 1:3-6). Situasi dan keadaan dunia yang kita hadapi hari-hari ini tidak menentu dan selalu berubah-ubah, namun jangan takut dan cemas karena Yesus adalah pengharapan bagi orang percaya, yang setiap saat siap sedia menolong tatkala kita berseru kepada-Nya.
  4. Orang yang mengalami kuasa kebangkitan akan menjadikan Yesus pusat pemberitaan mereka (Markus 12:32). Tuhan Yesuslah yang harus kita perbincangkan dalam dunia yang gelap ini. Jangan percakapkan kekurangan orang lain, kekurangan gereja lain, atau denominasi lain, itu hanya menghabiskan waktu dan energi semata. Mari percakapkan Yesus yang penuh berkat dan cinta itu kepada setiap pribadi, agar suatu saat nanti setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan bagi kemuliaan Allah Bapa. Ketahuilah bahwa kita semua saksi Tuhan, jangan terjebak dengan masalah-masalah pribadi dan rutinitas yang hanya menghambat kita untuk pergi menjangkau yang belum terjangkau. Ketika Petrus berkata, “… biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia” (Matius 17:4b). Namun, Yesus mengajak mereka turun gunung karena masih banyak yang harus dikerjakan, artinya masih banyak jiwa-jiwa yang harus diselamatkan.
TUHAN YESUS MEMBERKATI!
Sumber: [Meidysuwuh Blog] -- http://meidysuwuh.wordpress.com/category/renungan
 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger