oleh
Redaktur
Tas sudah dikemas dan saya sudah tidak sabar untuk
memasuki fasa baru kehidupan saya. Kakak saya mengajak, "Ayo Joni, mari
kita renang." Lalu saya mengikutinya ke pantai. Terdapat satu rakit yang
berlabuh tidak jauh dari pantai. Saya langsung berenang ke arah rakit
itu dan naik ke atas. Pikir saya air di situ dalam, jadi tanpa berpikir
panjang saya langsung terjun.
Sesaat kemudian kepala saya menghantam dasar laut,
dan tubrukan yang keras itu langsung mematahkan tulang leher saya. Tidak
ada rasa sakit, tetapi saya tahu sesuatu yang mengerikan sudah terjadi,
karena saya merasakan seolah-olah tangan saya terpisah dari tubuh saya.
Dalam waktu sedetik, seluruh kehidupan saya berubah total.
Banyak teman-teman dari gereja yang mengunjungi dan
coba menghibur saya. Salah satu ayat Alkitab yang diberikan kepada saya
oleh teman saya adalah dari Perjanjian Baru, 1 Tesalonika 5:18, "Dalam
segala hal, bersyukur, karena inilah kehendak Tuhan dan Yesus Kristus
bagi-mu." Jawab saya, "Apa, Anda pasti bercanda. Saya
tidak merasa bersyukur untuk ini. Sama sekali tidak. Teman saya berkata,
"Joni, dengarlah. Tidak dikatakan Anda harus merasa bersyukur.
Mempercayai Tuhan tidak ada kaitannya dengan perasaan
mempercayai. Dikatakan di sini adalah bersyukur. Jadi, Ambillah langkah
iman dan lakukanlah." Ini permulaan dari pergumulan panjang bagi Joni
untuk menerima situasinya.
Suatu malam, saat saya terlantar
sendirian di rumah sakit, saya membuat satu keputusan. Saya berkata,
"Tuhan, jika saya tidak dapat mati, tolonglah tunjukkan kepada saya
bagaimana saya harus hidup, karena saya tidak suka dengan kelumpuhan
ini. Saya tidak siap. Saya tidak tahu suatu apa pun tentang kelumpuhan.
Itu bukan hal yang saya bayangkan untuk kehidupan saya. Tuhan, jika
memang saya tidak dapat mati, tunjuklah kepada saya bagaimana saya harus
hidup."
Dan selama 39 tahun Tuhan dengan
setia sudah menunjukkan kepada Joni bagaimana ia harus hidup. Joni sudah
melakukan jauh lebih banyak dari orang yang sehat tubuh jasmaninya.
Membaca kisah hidupnya mau tidak mau kita harus menyimpulkan bahwa
semangat juangnya yang tak terkalahkan dan sikap hatinya yang benar
dalam hubungannya dengan Tuhan merupakan kunci bagi pencapaian dan
keberhasilannya.
Walaupun Joni tidak dapat
menggerakkan bahkan jari di tangannya tetapi jutaan orang sudah
digerakkan lewat teladan kehidupannya. Walaupun tangan dan kakinya tidak
berfungsi tetapi terpenjara di dalam tubuhnya adalah jiwa dan akal budi
yang merupakan anugerah dari Tuhan. Joni sudah menulis lebih dari 35
buah buku dan program radionya disiarkan di lebih dari 1000 stasiun
dengan pendengar yang berjumlah jutaan orang. Lewat organisasi Joni
and Friends yang didirikannya, Joni menjangkau ribuan penyandang
cacat di Amerika dan seluruh dunia. Pada tahun 2005 Joni dilantik oleh
Pemerintah Amerika menjadi anggota Komite yang menasihati Sekretaris
Negara Condoleeza Rice mengenai kebijakan dan program yang berkaitan
dengan penyandang-penyandang cacat di Amerika dan di seluruh dunia.
Katanya "Penderitaan telah membuat saya lebih peka terhadap luka
dan penderitaan orang lain."
Apakah Joni tidak merasa lemah dan
depresi? Apakah mudah baginya untuk menjalani seluruh kehidupannya dalam
keadaan lumpuh itu? Setiap pagi seorang temannya akan membantu Joni
mandi, memakaikan pakaiannya, menyisir rambutnya, menyikat gigi,
membersihkan ingusnya dan menempatkannya di atas kerusi roda. Terdapat
hari-hari di mana mata saya masih terpejam dan saya berpikir, "Tuhan,
saya tidak punya kekuatan untuk ini. Saya tidak dapat menghadapi ini.
Saya tidak dapat - saya tidak bisa. Saya tidak punya senyuman untuk
diberikan kepada teman yang akan membantu saya ini. Tapi Tuhan, Engkau
punya kekuatan. Engkau punya kuasa. Dapatkah saya meminjam senyuman
Engkau? Dan saat teman wanita saya masuk ke kamar saya dengan secangkir
kopi dan menyapa saya "Selamat pagi." Saya dapat memberinya senyuman
yang telah saya perjuangkan tadi, yang telah saya menangkan dari surga.
Setiap pertempuran dengan kedagingan kita,
dimenangkan di tingkat hati. Jika sikap kita benar otomatis kita punya
kekuatan untuk berbuat benar. Bahkan bagi Joni yang sudah begitu ajaib
dipakai Tuhan, ia tetap harus terus mempertahankan sikap hati yang benar
di hadapan Tuhan, bagaimana dengan kita?
(Sumber: Larry King Interview CNN 6 Aug
2004, Joni and Friends Website)
Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org
0 komentar:
Posting Komentar