Redaktur
Polykarpus
sedang berdoa di dalam kamarnya di loteng ketika pasukan bersenjata
lengkap datang mengepung rumah kecil di perkebunan terpencil itu.
Rupa-rupanya salah satu pelayan yang pernah melayaninya telah
membocorkan tempat persembunyiannya setelah disiksa dengan kejam oleh
tentara Romawi.
Polykarpus
yang berusia 86 tahun pada waktu itu dengan tenang turun ke ruang bawah
dan para prajurit yang ditugaskan untuk menangkapnya langsung kaget
karena mereka tidak tahu bahwa Polykarpus yang sedang diburu dengan
gencar oleh pihak Romawi itu adalah seorang yang sudah begitu lanjut
usianya. Dalam hati mereka bertanya-tanya ada apa dengan orang tua ini
yang membuatnya begitu dibenci oleh pemerintah Romawi.
Polykarpus
lalu meminta pelayan-pelayannya untuk menyiapkan makanan dan minuman
untuk menjamu tamu yang tidak diundangnya itu. Ia juga meminta diberikan
waktu 1 jam untuk berdoa tanpa diganggu.
Polykarpus
tidak mendoakan dirinya tetapi menaikkan doa syafaat bagi orang lain.
Namun karena terlalu banyak orang yang didoakan oleh Polykarpus, ia baru
menyelesaikan doanya setelah dua jam. Akhirnya ia dibawa ke kota dan
disambut oleh kepala keamanan kota yang bernama Herod dan ayahnya,
Nicetes.
Herod dan
Nicetes membawa Polykarpus ke dalam kereta kuda mereka dan dengan lembut
coba membujuk Polykarpus. "Apa salahnya untuk mengatakan bahwa Kaisar
adalah Penguasamu, dan menyembahnya?" Segala macam cara mereka pakai
untuk membujuknya, tetapi Polykarpus berkata, "Aku tidak akan melakukan
apa yang engkau minta."
Karena tidak
berhasil, Polykarpus akhirnya didorong dengan kasar dari kereta kuda dan
diseret ke stadion tempat para pemimpin Romawi sedang menantinya.
Setelah memastikan identitas Polykarpus, Pemimpin Romawi itu dengan
lembut coba membujuknya untuk menyangkal Kristus, "Pikirkanlah tentang
usia engkau, akuilah kebesaran Kaisar dan bertobatlah. Kutuklah Kristus,
dan kami akan membebaskan engkau; Katakanlah engkau tidak ada hubungan
apa-apa dengan Dia."
Polykarpus
lalu menjawab, "Aku telah mengikuti Dia selama 86 tahun, dan Dia tidak
pernah berbuat salah terhadap aku. Bagaimana mungkin aku menista Raja
yang telah menyelamatkan aku?"
Walaupun
jengkel dan marah tetapi mungkin karena usia tuanya, mereka terus
membujuknya, "Bersumpahlah oleh kebesaran Kaisar." Polykarpus hanya
berkata, "Tidakkah engkau tahu bahwa aku adalah seorang Kristen, jika
engkau mau mendengarkan kebenaran Kekristenan, berilah aku waktu dan
tempat untuk menjelaskan."
Jawaban
Polykarpus semakin membuat semua yang mendengarkan menjadi berang.
"Hewan-hewan buas yang kelaparan sudah disiapakan, jika engkau tidak mau
'bertobat' dari ketidakpercayaan engkau kepada Kaisar engkau akan
dilemparkan untuk dimakan hewan-hewan buas itu!
Polykarpus
menjawab, "Silakan, karena kami tidak terbiasa bertobat dari apa yang
baik demi sesuatu yang jahat."
Lalu
diumumkan sebanyak tiga kali kepada orang banyak yang sudah berkumpul di
stadion, "Polykarpus telah mengaku bahwa ia adalah seorang Kristen."
Seluruh stadion mulai berteriak-teriak meminta pemimpin Romawi
melepaskan singa lapar ke tengah stadion untuk memangsa Polykarpus.
Tetapi karena pada waktu itu tidak memungkinkan untuk acara gladiator
dan singa, diputuskan bahwa Polykarpus akan dibakar.
"Apakah engkau sungguh tidak mau bertobat? Engkau
akan kami jatuhkan hukuman mati dengan dibakar sampai hangus."
Kata
Polykarpus, " Engkau mengancam aku dengan api yang hanya akan membakar
paling lama satu jam, setelah itu apinya padam. Tapi engkau sendiri
bodoh dengan tidak menyadari tentang api penghakiman yang kekal, yang
telah dipersiapkan untuk orang-orang yang tidak percaya. Apa lagi yang
engkau tunggu? Lakukanah apa yang engkau mau lakukan!"
Mendengarkan
itu, orang banyak yang bagaikan dirasuk setan mulai mengumpulkan kayu
dan bahan-bahan kayu dari toko-toko dan tempat permandian umum. Dengan
cepat tumpukan kayu sudah terkumpul. Polykarpus lalu menanggalkan
jubahnya dan melonggarkan pakaiannya, dan ia coba juga untuk
menanggalkan sepatunya.
Di saat ada
yang mau memakukan kaki dan tangannya ke atas kayu supaya ia tidak akan
coba melarikan diri waktu api mulai memanas, Polykarpus berkata,
"Biarkan saja; jika Tuhan memberi aku kekuatan untuk dibakar di dalam
api ini, Ia akan memampukan aku untuk tetap bertahan di atas gumpalan
api ini." Lalu mereka tidak jadi memakunya tetapi sekadar mengikat
tangannya di belakang seperti seekor domba yang akan dibawa ke tempat
sembelihan.
Lalu
Polykarpus menaikkan doanya yang terakhir, "Aku bersyukur Engkau telah
mengaruniakan kepada aku hari ini dan saat ini, di mana aku dapat
mengambil bagian di antara para martir untuk dibangkitkan kepada hidup
yang kekal oleh Roh Kudus, dalam jiwa dan tubuh yang tidak akan
dikorupsi lagi. Semoga aku akan diterima di dalam hadirat Engkau hari
ini, sebagai persembahan yang berkenan yang telah Engkau persiapkan.
Engkaulah Tuhan yang setia dan benar."
Demikianlah
pada jam 2 siang, tanggal 23 Februari di tahun 155, Polykarpus, yang
ditahbis menjadi uskup gereja di Smyrna oleh rasul Yohanes sendiri, mati
sebagai martir bagi Kristus.
Catatan
tentang kemartiran Polykarpus, yang merupakan suatu fakta sejarah
ditemukan di antara surat-surat Ireneus yang merupakan murid Polykarpus.
Polykarpus seperti juga banyak orang percaya di zaman ini, mampu untuk
mati bagi Kristus karena ia hidup untuk Kristus. Hidupnya secara radikal
ditransformasi oleh pekerjaan Roh Kudus - keinginan, kekhawatiran, rasa
sakit dan rasa takut tidak lagi mengikatnya. Kehidupan dan kematian
Polykarpus merupakan inspirasi bagi semua orang percaya. Ia menyerahkan
hidup duniawinya bagi Kristus dan di dalam pengorbanannya, ia memperoleh
hidup yang kekal.
Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org
0 komentar:
Posting Komentar