Aku Punya Impian!

Jumat, 07 Agustus 2015


Pendeta Eric Chang 
 
“Aku punya impian (I have a dream)!”  Apakah kata-kata ini kedengarannya tidak asing lagi bagi anda?  Ini adalah kata-kata terkenal dari Pdt. Martin Luther King.  Seorang aktivis Amerika keturunan Afrika, beliau menyampaikan pidato yang menggebu-gebu ini sewaktu berkampanye melawan diskriminasi ras di Amerika.  Demi impian itu beliau harus menyerahkan nyawanya dengan dibunuh.

Apakah anda mempunyai impian?  Apakah impian anda itu?  Apakah anda siap mati demi impian anda seperti Pdt. Martin Luther King?  Ketika saya berkunjung ke Amerika, saya merasakan hal yang luar biasa melihat banyak sekali kota-kota dimana jalan-jalannya diberi nama Martin Luther King.  Kelihatannnya impian beliau itu mempunyai dampak yang besar terhadap masyarakat Amerika.  Beliau telah menjadi suatu lambang pengharapan, seorang idola bagi masyarakat Amerika.  Karena impian beliau itulah sekarang ini orang-orang Amerika keturunan Afrika mempunyai status dan posisi yang jauh lebih baik di Amerika.  Apakah impian itu begitu berharganya sehingga pantas untuk mengorbankan nyawa? Di sini kelihatan jelas kalau kematian Pdt. Martin Luther King merupakan faktor yang berpengaruh kuat di dalam penggenapan impian tersebut.

Impian Anda Menentukan Hidup Anda
Impian anda menentukan arah hidup anda.  Jika anda tidak mempunyai impian, ini berarti anda tidak mempunyai arah hidup.  Jika impian anda adalah agar dapat memiliki rumah dan mobil yang bagus, hal itu akan menjadi segala-galanya di dalam hidup anda.  Bila pada akhirnya anda memiliki rumah dan mobil tersebut, anda tidak akan mempunyai impian lagi.  Impian anda telah terkabul dan berakhir.

Saya ingin membicarakan mimpi-mimpi anda yang indah itu.  Dan saya juga ingin membicarakan kenyataan hidup yang keras yang dapat merubah impian indah menjadi impian buruk.

Sebagai orang-orang Kristen, kita harus menjadi tukang mimpi.  Allah menjanjikan kita menjadi tukang mimpi di saat Dia memberikan Roh Kudus kepada kita.  “Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia, maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat; orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan”  (Yoel 2:28, Kisah Para Rasul 2:17).  Yang menjadi beban pikiran bagi saya adalah kenyataan begitu sedikitnya orang Kristen yang mempunyai penglihatan atau mimpi.  Allah mengilhamkan mimpi kepada kita.  Tidak ada hal yang lebih menjenuhkan atau membosankan selain daripada orang Kristen yang tidak mempunyai penglihatan atau impian.  Mereka adalah orang-orang Kristen tanpa Roh Allah.  Bila orang-orang tidak mempunyai penglihatan, Alkitab berkata, orang-orang tersebut binasa.

Mengapa Impian Kita Gagal?
Namun di dalam kenyataan hidup yang keras ini, mimpi indah dapat berubah menjadi mimpi buruk.  Ambil sebuah contoh misalnya negara Cina saat ini.  Cina sekarang ini adalah sebuah negara tanpa penglihatan (visi).  Pada satu masa lalu mereka pernah mempunyai impian komunisme sosialisme yang ideal bagi negara mereka.  Tetapi sekarang impian ideal itu telah berubah menjadi impian buruk.
Meskipun kita harus menjadi tukang mimpi, kita perlu mempunyai pengertian jelas akan kerasnya kenyataan hidup jikalau kita ingin mewujudkan impian kita.

Mengapa impian kita gagal?  Impian itu gagal karena kita tidak bisa bertahan menghadapi tantangan kekerasan hidup.  Inilah yang disebut dosa dalam hati kita.  Dosa selalu merubah impian indah menjadi impian buruk.  Kita mengetahui hal ini melalui pengalaman kita sendiri.  Di dalam pernikahan, kedua mempelai memulai hidup baru mereka dengan memasuki sebuah impian yang indah.  Lihatlah cara mereka memandang satu sama lain, cara mereka tersenyum dikala berbincang-bincang satu sama lain.  Upacara pemberkatan pernikahan di gereja, alunan musik organ, rangkaian bunga-bunga, pengantin wanitanya dengan gaun putih, pengantin prianya dengan jas hitam yang elegan – benar-benar sebuah impian!  Saya telah memimpin banyak upacara pemberkatan pernikahan, dan saya selalu berdoa, “Semoga mimpi ini tidak akan berakhir.”  Tetapi dengan tidak tersangka sama sekali, mereka seolah-olah terbangun dari mimpinya dan mulai bertengkar serta berkelahi.  Tidak lama kemudian pasangan yang sama itu datang kepada saya untuk konseling perkawinan.

Bagaimanakah Sebuah Impian Indah Berubah Menjadi Impian Buruk?
Apa yang terjadi dengan mimpi indah tersebut yang sekarang telah menjadi mimpi buruk?  Suatu kali saya dipanggil malam-malam oleh sepasang suami-istri yang meminta konseling perkawinan.  Selama dua jam saya mendengarkan impian indah mereka yang sekarang telah menjadi impian buruk.  Sang istri tidak berhenti-hentinya menangis.  Benar-benar mimpi yang buruk!

Tetapi anda berkata hidup kekristenan itu sendiri adalah sebuah mimpi buruk.  Ada mimpi indah apa lagi yang tersisa di dalam hidup itu?  Kita mempunyai Allah yang kudus dan benar yang memperhatikan setiap gerak-gerik kita, yang siap untuk menghukum  setiap kali kita gagal.  Setiap hari kita bergumul dengan dosa, seringkali tanpa kemenangan.  Jika hal ini belum menjadi mimpi buruk, sedikitnya hal ini sudah cukup untuk membuat kita sakit kepala.  Pada akhirnya, kita harus merangkak ke hadapan Allah dan memohon berulang-ulang, “Ampuni aku, ampuni aku, ampuni aku.”  Sepertinya seluruh hidup kekristenan kita itu penuh dengan kesalahan.  Jadi bila kita baca Filipi 4:4 dan 1 Timotius 6:17 yang terdapat di dalam kedua pesan yang lalu, dimana Paulus membicarakan tentang kesukacitaan dan Allah yang memberi kita segalanya untuk dinikmati, kelihatannya hal tersebut adalah hal kekristenan yang berbeda yang kita tidak mengerti sama sekali.

Dosa Menghancurkan Impian Kita
Dosalah yang menghancurkan impian kita.  Kalau kita lihat kata “dosa” ini,  kita tidak boleh melihatnya seolah-olah Allah selalu ingin mengingatkan kita bahwa kita adalah orang-orang berdosa dan mengancam kita dengan kengerian neraka.  Kadang-kadang kita membayangkan Allah itu seperti ayah kita sendiri, yang bisa jadi seorang yang sangat keras dan tidak masuk akal.  Tetapi Allah tidaklah demikian.  Sebaliknya, kita harus memandang hal ini dari segi kasihNya untuk kita sebagai keinginanNya untuk menyelamatkan kita dari dosa.  Dia ingin kita mengerti kasihNya, dan dengan penuh kasih Dia memberitahu kita, “Aku mengasihimu, Aku ingin memberitahukan kasihKu kepadamu.”

Dosa merusak kualitas hidup kita.  Dosa menghilangkan kesukacitaan meskipun dosa dapat memberikan kesenangan sementara (Ibrani 11:25).  Kalau dosa tidak mampu memberikan kesenangan kepada kita, tak ada  seorangpun yang akan berdosa.   Manusia melakukan sesuatu karena mereka sedang mencari kualitas hidup yang lebih baik.  Jadi kalau dosa bisa memberi sedikit kesenangan meskipun hanya untuk sementara saja, mengapa tidak?  Tetapi anda harus memikirkan konsekuensinya lebih jauh lagi.  Anda menginginkan kesukacitaan jangka panjang, bukan kesenangan jangka pendek.  Demi kesenangan karena mendapatkan sesuatu dengan cuma-cuma, banyak orang yang mencuri di toko-toko.  Di Kanada saja, kasus pencurian toko memakan biaya $2,4 milyar setahun.  Dapatkah anda bayangkan hal ini?  Ini bukan hanya sejuta dollar ataupun seribu juta  (semilyar) dollar.  Ini adalah 2,4 milyar dollar!  Satu milyar ada 9 nol-nya!  Betul-betul tidak masuk akal.  Kalau dipukul rata ini berarti 83 dollar untuk setiap laki-laki, perempuan dan anak-anak di Kanada.  Ini berarti anda dan saya membayar jauh lebih banyak daripada 83 dollar setahun (karena anak-anak tidak perlu membayar) untuk barang-barang yang dicuri oleh orang lain.  Jadi dosa tidak hanya disinggung di dalam gereja saja.  Dosa adalah mereka para pencuri toko di Kanada, dan pada akhirnya kitalah yang membayarnya.  Ada beberapa pencuri toko yang tertangkap dan akibatnya masa depan mereka hancur oleh karena catatan kriminal mereka.  Dosa macam inilah yang mengubah impian indah menjadi impian buruk bagi setiap orang.

Dosa memutuskan tali perkawinan.  Perkawinan yang hancur membawa penderitaan kepada kedua belah pihak dan anak-anak serta keluarga.  Hal apakah yang menghancurkan sebuah perkawinan?  Sikap yang menuntut, egois, atau dosa-dosa yang lain menghancurkan perkawinan.  Untuk pasangan  yang saya sebut diatas tadi dimana sang istri menangis sampai dua jam lebih, sang suami berkali-kali menegaskan, “Aku punya hak!  Akulah suaminya, jadi aku punya hak!”  Saya merasa capai mendengar perkataan itu, jadi saya beberkan persoalan dengan dirinya: keegoisannya yang bukan main.  Dimatanya, istrinya tidak mempunyai hak apapun.  Saya tidak mengerti mentalitas seperti ini dimana suami dan istri bertengkar demi hak mereka masing-masing.

Apakah Mimpi Ini?
Apakah mimpi ini?  Saya adalah seorang yang sangat praktis.  Bila kita membicarakan pembangunan sebuah gereja, kita harus mempunyai sebuah impian, sebuah konsep.  Benar kita harus bekerja-sama, tetapi apa tujuannya?  Jika kita ingin membangun struktur yang indah, terlebih dahulu kita harus bisa melihat struktur tersebut di dalam pikiran kita.  Kita harus mempunyai konsep yang jelas di dalam hati kita.

Kita dipanggil untuk membangun gereja sebagai suatu masyarakat baru.  Sayangnya, apabila kita merenungkan kata “gereja” sekarang ini, yang terpikir adalah sebuah bangunan, atau sekelompok manusia, besar ataupun kecil.  Kita tidak memikirkan gereja sebagai suatu masyarakat baru yang dirancang oleh Allah.

Kita lihat negara Cina, contohnya, kita melihat bahwa negara Cina sudah tidak lagi mempunyai impian untuk menjadi masyarakat baru.  Jikalau negara Cina tidak mempunyai impian, negara itu akan musnah.  Kalau kita peduli dengan negara Cina, kita harus membawa kembali sebuah impian bagi negara itu.  Sewaktu saya beberapa kali berkunjung ke negara Cina, hati saya terasa sangat berat.  Kebanyakan orang di Cina sudah tidak lagi mempunyai tujuan, terutama di kalangan kaum muda yang masih mempunyai suatu idealisme.  Beberapa mahasiswa yang berbincang-bincang dengan saya di sana sepertinya sudah tidak berpengharapan lagi atas masa depan studi mereka.  Hal ini mengandung beberapa arti.  Arti pertama, bagi para kaum muda, negara Cina sudah kehilangan arah.  Orang-orang tidak tahu lagi mereka sedang menuju ke arah mana.  Arti kedua, penghasilan seorang tamatan akademis sangatlah kecil.  Penghasilan seorang pedagang kecil-kecilan atau penjual kaos baju di jalanan malah jauh lebih besar.  Jadi apa gunanya studi itu?  Lagi pula, kelihatannya tak ada lagi seorangpun yang peduli melakukan sesuatu bagi negara mereka.  Korupsi yang meraja-lela menghancurkan segala impian yang masih tersisa.  Mungkin orang-orang Komunis ini dulunya mempunyai suatu impian masyarakat baru.  Tetapi sekarang mereka telah kehilangan impian tersebut.  Setiap dari mereka menggunakan posisinya untuk menjadi kaya.  Jikalau hal ini terus berlangsung, tahukah anda apa yang akan terjadi dengan negara Cina kita?  Kita yang duduk santai diluar negeri berkata, “Kita tidak bisa melakukan apa-apa.”  Ini tidak benar.  Ada yang bisa kita lakukan jika kita mempunyai impian.  Itulah sebabnya saya berkata bahwa Allah kita adalah Allah yang memberi impian.  Di hari Pentakosta, Yoel 2 dipenuhi (sebenarnya tercatat di Kisah Para Rasul 2) – pencurahan Roh.

Sudahkah Anda Tangkap Visi Itu?
Apakah anda telah menerima Roh itu?  Apakah anda telah menangkap visiNya?  Oleh karena visi tersebut anda mampu menahan segala macam penderitaan.  Itu adalah unsur yang penting dalam visi seorang Kristen.  Seorang Kristen menyadari kenyataan hidup yang keras itu, tetapi ia maju terus dan mampu mengatasi semuanya.  Bila seorang Kristen selalu jatuh setiap kali menghadapi masalah, kita tahu orang itu tidak mempunyai visi.  Sayangnya, terlalu banyak orang seperti itu ada di dalam gereja.  Untuk menjadi seorang prajurit Kristus dan mampu menahan segala macam penderitaan, anda harus mempunyai impian dimana anda siap untuk mati demi impian itu.

Saya berdoa agar anda dapat menangkap impian tersebut bila Roh Allah datang ke atas anda.  Penderitaan akan selalu ada, karena dosa dan mereka yang mendukung dosa akan menentang anda kemanapun anda pergi.  Bersiap-siaplah untuk hal ini dimana bila anda mempunyai impian, beberapa dari musuh terbesar anda adalah orang-orang Kristen sendiri.  Ini akan menjadi keterkejutan paling besar di dalam hidup anda, karena mereka yang mempunyai impian selalu ditentang oleh mereka yang tidak mempunyai impian.  Mereka akan menertawakan anda.  Mereka akan menentang anda.  Di dalam Perjanjian Lama kita lihat Yusuf, seorang tukang mimpi besar.  Karena mimpi-mimpinya, bahkan saudara-saudaranya sendiri ingin membunuhnya.  Hanya campur tangan Allahlah yang menyelamatkan nyawanya.  Mencengangkan, bukan?

Sewaktu para Komunis masih mempunyai impian, dan hal ini sudah lama berselang, mereka bersedia melakukan Long March.  Mereka menahan segala macam penderitaan.  Banyak yang mengorbankan nyawa mereka demi impian itu.  Tetapi sekarang impian itu telah musnah.  Tak ada seorangpun yang bersedia untuk menderita segala apapun.  Sekarang adalah saat korupsi.  Dengan cara yang sama, bila gereja tidak mempunyai impian lagi, korupsi merembes ke dalam gereja.  Maka akan terjadi kekurangan kasih, bahkan juga pertentangan atas kebenaran.  Itulah kenyataan keras yang dihadapi setiap pemimpi.

Dosa Menghancurkan Impian
Dosa ada di dalam dunia.  Betapa mengerikannya kuasa dosa!  Baru-baru ini di dalam siaran berita, saya mendengar kabar tentang seorang anak yang menyewa seorang pembunuh untuk membunuh kedua orang-tuanya sendiri demi harta warisan.  Dia ingin menikmati kesenangan dosa dengan menggunakan harta warisan orang-tuanya.  Tetapi dia hanya dapat menikmati harta warisan tersebut dalam waktu singkat saja karena sekarang dia akan menghabiskan hampir seluruh sisa hidupnya di penjara dimana dia akan mempunyai banyak waktu untuk merenungkan tindakan keji yang telah dia lakukan.  Hasrat egois untuk bersenang-senang begitu kuatnya sampai-sampai nyawa orang-tuanya sendiripun dikorbankan.  Rasa kasih dan hormat antara orang-tua dengan anak-anaknya adalah prinsip yang penting agar impian kita bisa terwujud, tetapi dosa akan menghancurkan setiap prinsip dan kualitas hidup.  Anda kira dosa hanyalah suatu konsep theologi di dalam Alkitab?  Bukan, dosa adalah kenyataan hidup: anak membunuh orang-tua, orang-tua membunuh anak.  Sungguh mengerikan!

Karena itu, untuk mewujudkan sebuah impian, kita harus mempunyai kekuatan untuk menguasai dosa.  Dan dosa haruslah menjadi hal pertama yang kita kuasai, karena dosa ada di dalam setiap dari kita.  Biarlah kita menjadi orang-orang yang praktis.  Bagaimana kita dapat mempunyai impian yang realistis, jikalau kita tidak dapat menjalin hubungan rumah-tangga sendiri dengan harmonis.  Saya hanya tahu sejumlah kecil saja rumah-tangga  yang harmonis.  Bagi kebanyakan pasangan suami-istri, yang ada hanyalah ketegangan terus-menerus.  Jikalau perkawinan kita tidak lain daripada suatu kesengsaraan yang mendalam, bagaimana akan ada kesukacitaan untuk sebuah impian indah?  Jikalau kuasa Allah tidak cukup untuk menangani kesulitan di dalam perkawinan, bagaimanakah kuasa itu akan cukup untuk medirikan sekelompok masyarakat baru?  Kita hanya berbicara omong kosong saja.

Saya seorang pemimpi, tetapi saya juga seorang realis.  Saya menyadari sepenuhnya kesulitan-kesulitan di muka.  Kita mengetahui kenyataan dosa, tetapi kita mempunyai kekuatan untuk menguasainya.

Isi dari Mimpi Kita
Apakah impian kita?  Apakah prinsip daripada masyarakat baru ini?  Apakah yang sedang kita bangun bersama?  Marilah kita mulai dengan melihat prinsip yang sangat dasar yang ditemukan di Roma 15:1-5:

Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.  Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunkannya.  Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri, tetapi seperti ada tertulis: “Kata-kata cercaan mereka, yang mencerca Engkau, telah mengenai Aku.”  Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpegang pada pengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci.  Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus.

Saya ingin anda memperhatikan penggunaan dari ungkapan “mencari kesenangan” di ayat-ayat ini.  Ungkapan ini tertulis di ayat pertama, “jangan kita mencari kesenangan kita sendiri”, dan di ayat kedua, “kita harus mencari kesenangan sesama kita”, dan di ayat ketiga, “Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri”.  Kemudian muncul kata “penghiburan” di ayat keempat dan kelima.  Ayat-ayat ini menolong kita untuk mengerti bahwa tujuan mencari kesenangan sesama kita adalah untuk menghibur dan membangun orang lain.  Sekarang mari kita bayangkan suatu masyarakat dimana orang-orangnya tidak lagi mempedulikan kesenangan mereka, tetapi selalu memikirkan bagaimana caranya untuk menghibur dan membangun orang lain.

Cobalah terapkan hal ini ke dalam kehidupan perkawinan kita.  Kenapa perkawinan menjadi hancur?  Kenapa sebuah perkawinan yang diawali dengan masa pacaran sampai ke bulan madu berjalan begitu baik kemudian dengan sangat cepat berubah menjadi buruk?  Jawabannya sangat mudah.  Rahasianya ada disini, mudah tetapi betul.  Kita tidak boleh berpikir bahwa kebenaran itu harus penuh dengan komplikasi untuk menjadi benar.  Kebenaran adalah hal yang mudah akan tetapi penerapannya sulit sekali.  Anda lihat saja, sebelum kita menikah, kita berusaha untuk menyenangkan pasangan kita.  Kita selalu bertanya: “Apa yang kamu ingin lakukan?  Kamu ingin pergi kemana?  Sukakah kamu dengan ini atau itu?”  Kedua belah pihak selalu mencoba untuk menyenangkan satu sama lain.  Ah, betapa manisnya saat kita memasuki jenjang perkawinan!

Tetapi apa yang terjadi setelah pernikahan?  Begitu selesai berbulan madu, mulai terjadi perubahan pokok di dalam prinsip kita.  Sekarang kamulah yang harus menyenangkan saya!  Berdasarkan prinsip ini, setiap hubungan manusia akan retak.  Hal yang sama berlaku di dalam hubungan antara orang-tua dengan anak-anaknya.  Kita memanggil persoalan ini dengan nama yang keren seperti “generasi gap”, akan tetapi persoalannya sebenarnya tidak berbelit-belit.  Orang-tua menuntut anak-anaknya untuk menyenangkan mereka, karena mereka adalah orang-tua.  Di sisi yang lain, anak-anak itu berpikir :”Kenapa saya harus menyenangkan kalian jikalau kalian tidak menyenangkan saya terlebih dahulu?”  Itulah sebabnya hubungan manusia bisa menjadi begitu tegang.

Apa yang terjadi bila kita mengikuti prinsip “menyenangkan sesama”?  Apabila dua sejoli menikah, mereka seharusnya mempunyai impian bersama.  Jikalau impian tersebut hanya berpusat kepada hal-hal untuk mencari kesenangan bersama, impian itu kurang berarti.  Tetapi jika mereka mempunyai tujuan dan arah hidup bersama, maka dengan bersama-sama mereka akan menghasilkan sesuatu bagi Allah.  Dengan demikian pernikahan tersebut mempunyai tujuan dan impian didalamnya.  Tetapi tujuan itu harus dibagi bersama.  Kalau hanya satu pihak saja yang mempunyai impian, pernikahan itu tidak akan sukses.  “Mencari kesenangan” bukan berarti memuji-muji atau menyanjung orang lain.  Ini bukan berarti mengatakan hal-hal yang mereka suka dengar untuk “menyenangkan” hati mereka.  Ini berarti menghibur sesama untuk maju terus mencapai tujuan bersama tersebut.

Masalah Yang Sama Di Dalam Gereja
Sama halnya dengan masalah yang timbul di gereja.  Kita mempunyai tuntutan terhadap satu sama lain.  Kita menuntut  bahwa sebagai seorang Kristen, ia harus jauh lebih mengerti, ia harus begini dan begitu.  Ia kurang rohaniah.  Ia tidak mencapai standar Allah menurut pengertian saya.  Sebagai akibat dari tuntutan tersebut, kita memberi tekanan kepada sesama.

Tetapi impian itu sebenarnya adalah untuk memberi inspirasi kepada orang-orang.  Dimana ada impian, orang-orang akan tertarik.  Anda tidak perlu memaksa mereka.  Jika diberi motivasi, orang-orang akan dengan senang hati melakukannya.  Namun bila impian itu musnah, anda bisa saja memarahi orang-orang tersebut setiap hari, tetapi tidak akan ada gunanya.  Malahan masalahnya akan menjadi lebih buruk.

Saya waktu dulu pernah menjadi seorang pelatih tim sepak-bola.  Sebagai seorang pelatih, kalau tidak memaksa para pemainnya dengan keras ia dapat mendorong mereka secara halus.  Ia dapat memberi kecaman keras agar mereka bisa bermain dengan lebih baik, atau sebaliknya ia dapat mendorong mereka dengan menunjukkan bagaimana cara bermain yang lebih baik agar bisa menang.  Ia memberikan suatu impian kepada mereka, dan kemudian mendorong mereka untuk mencapainya.  Itu adalah suatu cara yang berbeda, dan pengaruh dari dorongan yang membangun itu sungguh hebat!

Secara pribadi saya sendiri harus lebih banyak belajar tentang hal ini.  Saya adalah seorang yang sangat pelit dalam memberikan pujian.  Tahun lalu, seusai kebaktian gereja, saya berkata kepada salah seorang rekan kerja saya bahwa dia telah memberikan khotbah yang sangat baik.  Ia begitu terkesiapnya sampai-sampai mulutnya hampir terbuka lebar.  Dia menjawab, “Komentar seperti ini sungguh sangat sulit datang darimu.”  Sesudah itu saya merenungkan pernyataanya, dan saya merasa insaf.   Saya menyadari kalau di tahun-tahun belakangan ini saya memberikan sedikit sekali pujian.  Mungkin hal ini karena saya sedang mencoba untuk meninggikan standar rekan-rekan kerja kami.  Tetapi saya belum cukup memberikan dorongan yang membangun dan itulah kekurangan saya.

Masyarakat Baru Berdasarkan Kasih
Hanya atas satu butir ini saja, bayangkanlah suatu masyarakat baru berdasarkan impian yang telah Allah berikan kepada kita.  Misalnya, bagaimanakah seharusnya masyarakat baru ini memelihara orang-orang miskin ditengah-tengah kita?  Di Hong Kong, kami mencoba melakukannya di gereja-gereja kami.  Di masyarakat barat, pemerintahlah yang melakukannya.  Pemerintah-pemerintah Kristen ini, yang Kristen dinamanya saja, telah mengambil alih ide daripada masyarakat baru yang ada di dalam Alkitab.  Setiap hal yang dulunya dikerjakan oleh gereja (seperti rumah-sakit, rumah yatim-piatu, rumah jompo) untuk memenuhi macam-macam kebutuhan, sekarang dikerjakan oleh pemerintah-pemerintah Kristen itu.  Akan tetapi di Hong Kong tidaklah demikian.  Jadi di gereja-gereja kami, kami memperhatikan orang-orang miskin dan jompo di tengah-tengah kami.  Kami menolong mereka yang dalam kesulitan dan memelihara para janda.  Tak ada seorangpun di gereja kami yang akan kelaparan.

Jadi masyarakat baru ini bukanlah suatu angan-angan belaka.  Kami mempedulikan siapa saja yang membutuhkan pertolongan.  Kadang-kadang ada orang yang memerlukan uang untuk melanjutkan studi mereka, dan kami akan mencoba untuk menolong mereka.  Orang-orang sakit akan dijenguk dan dirawat.  Setiap kebutuhan di gereja akan dipenuhi.  Pada saat Roh Kudus turun ke atas gereja di Yerusalem di Kisah Rasul 2, masyarakat baru itu dengan segera berfungsi.  Mereka yang kaya memberi dengan penuh kedermawanan untuk memastikan agar mereka yang miskin tidak kekurangan.  Setiap orang hidup berkecukupan.

Mencari kesenangan sesama kita berarti memikul beban mereka, tidak peduli apakah itu penyakitnya, kesunyian hatinya, ataupun banyak masalah lainnya, seperti yang dikatakan di Galatia 6:2: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!”  Inilah konsep masyarakat baru itu, yaitu peduli satu terhadap yang lain.  Apabila anda termasuk ke dalam masyarakat ini, masalahnya bukanlah tentang berapa banyak yang dapat anda peroleh, tetapi berapa banyak yang dapat anda berikan.  Jikalau setiap orang mencoba untuk memberi, kita akan memperoleh dengan penuh berkelimpahan.

Kekuasaan Untuk Mengerjakan Semua Ini
Agar supaya bisa melakukan semuanya ini, harus ada suatu kuasa untuk mengubah hati manusia.  Kuasa itu adalah kuasa kebangkitan, seperti yang dikatakan di Efesus 1:19-20.

Dan betapa hebat kuasaNya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasaNya, yang dikerjakanNya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kananNya di sorga.

Kuasa untuk membangkitkan Yesus dan kuasa untuk membangkitkan anda dan saya dari antara orang mati, itulah kehebatan dari kuasa tersebut.  Paulus tidak hanya membicarakan tentang masa depan, tetapi juga tentang masa kini.   Untuk mewujudkan impian ini anda harus mempunyai kuasa untuk mengubah hati manusia, dari seseorang yang ingin diberi kesenangan untuk diri sendiri ke seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan orang lain.  Saya pernah dihampiri beberapa orang Kristen yang ingin mempersembahkan uang mereka untuk Kerajaan Allah.  Uang ini bukan dalam jumlah yang kecil, tetapi jumlah yang melebihi $100.000 uang Kanada.  Bagaimana mungkin?

Hal ini adalah karena kuasa Allah yang ajaib: mengubah kita dari seseorang yang hanya mencari apa yang bisa kita peroleh ke seseorang yang mencari apa yang bisa kita beri.  Orang-orang Kristen tersebut tidak peduli banyak akan mobil-mobil bagus dan pakaian-pakaian mewah yang dapat mereka peroleh.  Mereka mempunyai impian yang berbeda, dan kuasa kebangkitan itu telah mengubah mereka.

Bagaimana dengan anda?  Apakah impian anda?

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

Untuk Apakah Anda Hidup?

Pendeta Eric Chang 
 
Karena hari ini kita akan mengadakan baptisan, saya akan membahas beberapa pertanyaan pokok tentang kehidupan kekristenan berdasarkan teks bacaan kita: Filipi 3 13-15.

Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang dihadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yanitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.  Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian.  Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

Ayat-ayat di atas sudah tidak asing lagi bagi kita, seperti yang sering kita lihat tertulis di poster-poster dan penunjuk halaman buku.  Paulus mengatakan bahwa semua orang Kristen yang telah dewasa secara rohaniah berpikir seperti ini:  bahwa ia tidak menganggap dirinya telah tiba di tempat yang seharusnya, tetapi ia melupakan segala apa yang telah di belakangnya dan mengarahkan seluruh energinya kepada apa yang dihadapannya.  Saya ingin memberikan ayat-ayat ini kepada setiap dari pada kalian, terutama kepada orang yang dibaptis hari ini.

Apakah Tujuan Hidup Anda?
Ini adalah prinsip yang sangat penting, dan kedengarannya cukup mudah.  Tetapi apakah artinya “melupakan apa yang telah di belakang”?  Apakah kita harus melupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lalu?  Bagaimana dengan pelajaran-pelajaran penting yang bisa kita petik dari sejarah?  Jikalau artinya demikian, maka kita tidak perlu lagi mempelajari sebagian besar dari Perjanjian Lama karena kebanyakan dari kitab-kitab itu berkenaan dengan sejarah.  Kemudian, apakah artinya “mengarahkan diri kepada apa yang dihadapan”?  Apakah yang ada “di hadapan” itu?  Ungkapan ini mengarahkan kita kepada suatu sasaran di muka.  Apakah sasaran tersebut?

Jika saya bertanya apakah tujuan hidup anda, dapatkah anda menjawabnya?  Banyak orang Kristen yang tulus hatinya namun tidak bisa menjawab dengan tepat tujuan dari kehidupan kekristenan mereka itu.  Apakah untuk mengetahui lebih banyak akan Alkitab?  Apakah untuk melakukan misi penginjilan?  Apakah tujuan di hadapan kita itu yang semestinya kita capai dengan berlari-lari?
Anda bisa lihat makna ayat-ayat di atas itu pada akhirnya tidak terlalu jelas.  Saya harap anda dapat memahami ayat-ayat tersebut sedikit lebih banyak lagi seusai mendengar pesan hari ini.

Pelajaran #1: Saddam Hussein
Saya akan mencoba menjelaskan ayat-ayat di atas dengan menggunakan beberapa pokok berita utama yang terjadi baru-baru ini.  Allah seringkali berbicara kepada kita melalui berita-berita, jikalau kita mempunyai mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar.

Dua minggu yang lalu, kita mendengar berita bahwa sahabat kita Saddam Hussein sekali lagi muncul dengan ide barunya.  Anda mungkin berpikir setelah Perang Teluk yang membawa malapetaka itu dia akan dapat menarik beberapa pelajaran dari situ.  Ternyata tidak demikian, dia masih belum mengerti juga.  Sekarang dia ingin membuat kekacauan di bagian baratlaut dengan orang-orang Kurdistan.  Karena itu rudal-rudal dan pesawat-pesawat tempur sekali lagi beterbangan di atas Irak.  Bagaimana caranya untuk menolong dia belajar hal-hal dasar dari kehidupan?

Akan tetapi bukankah hal yang sama juga terjadi di antara kebanyakan orang Kristen?  Saya melihat hal yang sama terjadi.  Orang-orang Kristen itu berulang kali mengalami pengalaman buruk karena melanggar Tuhan, tetapi mereka kelihatannya masih belum bisa menarik pelajaran dari pengalaman-pengalaman itu.  Mereka terus saja mengulangi kesalahan yang sama.  Kenapa?

Pelajaran #2: Perceraian Ningrat
Kemudian sekitar 10 hari yang lalu, pokok berita yang lain muncul.  Kali ini  mengenai keluarga kerajaan Inggris: pengumuman resmi atas perceraian antara Putri Diana dan Pangeran Charles.  Setelah perceraian itu, Diana bukan lagi seorang putri, dan tidak lagi memegang gelar ‘Her Royal Highness’.  Dia turun pangkat dari keagungan tinggi menjadi seorang warga biasa saja.  Kenapa hal ini masih terjadi setelah pernikahan selama 15 tahun?  Ini adalah pertanyaan kedua untuk anda renungkan.  Apakah jawabannya mirip dengan jawaban untuk pertanyaan mengenai Irak?

Pernikahan Diana dan Charles – seperti cerita dongeng saja.  Lima belas tahun yang lalu, pernikahan tersebut mempesonakan seluruh dunia.  Gadis biasa yang cantik ini diangkat menjadi seorang putri, yang pada suatu hari nanti akan menjadi Ratu Inggris!  Ini adalah impian setiap gadis muda!  Suatu hal yang hanya dapat anda baca di dalam buku-buku cerita dongeng!  Dan sekarang impian itu telah menjadi kenyataan, di layar televisi, Diana telah menjadi seorang Putri, dan juga seorang bakal Ratu.
Selain itu, pria yang dia nikahi, bukanlah seorang raja buruk rupa, tetapi seorang pangeran yang tampan, seorang bakal Raja Inggris.  Pandanglah dia dalam pakaian seragam tentaranya, dengan kancing emas dan pita tanda jasa emas, dengan pedang disampingnya, dan wajah yang tampan, dengan rambut coklat berombak.  Sungguh-sungguh sebuah impian bagi setiap gadis!

Lalu datang berita buruk: perceraian.  Tentu saja kita tidak merasa terlalu terkejut.  Kita tahu sudah bertahun-tahun perkawinan mereka bermasalah.  Tetapi ketika pengumuman perceraian itu akhirnya diberitahukan kepada umum, masih juga begitu menyedihkan.  Itu adalah akhir dari sebuah mimpi.  Tetapi kenapa?  Kenapa perkawinan antara dua orang dengan masa depan gemilang, yang mempunyai segala-galanya, harus berakhir dengan perceraian?  Bagaimana pendapat anda?  Apakah penyebabnya itu karena perbedaan karakter?  Tetapi setiap pasangan mempunyai perbedaan karakter.  Dua orang mana yang mempunyai identitas total?  Apakah perbedaan karakter itu berarti setiap pasangan harus berakhir dengan perpisahan?  Dengan seluruh sumber yang tersedia, dan tekanan pendapat umum, pasangan ningrat ini tetap tidak mampu membuat perkawinan mereka langgeng.

Pelajaran #3: Superman
Mari kita lihat pokok berita ke tiga yang berhubungan dengan Christopher Reeves.  Tahukah anda siapa dia?  Dio adalah Superman!  Dialah pria tampan, tinggi dan berotot yang memakai kaos biru, yang memerankan tokoh Superman itu.  Di dalam filem, dia merentangkan kedua lengannya dan terbang tinggi ke angkasa.  Bukankah anda senang kalau bisa terbang?  Superman!  Tetapi sekarang apa yang terjadi dengan Reeves?  Dia lumpuh dari leher ke bawah.  Dia terjatuh dari kuda dan lehernya patah.  Saya tidak bisa mengenalinya sewaktu melihat dia di TV pada saat dia dibawa ke atas podium dalam acara pengumpulan dana bagi orang-orang yang menderita luka tulang belakang.  Dia kelihatan begitu menyedihkan.  Duduk di atas kursi roda, dia harus didorong kemana-mana.  Bahkan dia juga tidak bisa bernafas sendiri dengan lancar, sehingga harus memakai selang yang disambungkan kemulutnya untuk memberi oksigen.  Dia sama sekali tidak kelihatan seperti Superman yang tampan di filem itu.

Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari sini?  Dari kebanggaan tinggi atas kondisi tubuhnya yang prima, dia sekarang hanyalah segumpal daging yang duduk di atas kursi roda.  Apa yang Allah ingin katakan kepada kita melalui semuanya in?  Ini bukanlah tentang Christopher Reeves sendiri.  Dia sendiri tidak melakukan hal yang jahat.  Tetapi sepertinya ada sebuah pesan didalamnya untuk seluruh umat manusia.  Manusia dapat berpikir bahwa ia dapat melakukan segala sesuatu dan memecahkan setiap persoalan.  Ia tidak lagi memerlukan Allah.  Manusia mampu melakukan segalanya, ia hanya perlu menjadi “super”.  Setelah mencapai status yang “super” ini, ia boleh melupakan Allah.  Tetapi sekarang, lihatlah Superman sendiri!  Dari seluruh bintang-bintang Hollywood, hal ini tidak terjadi kepada bintang-bintang yang lain selain Superman – apakah ini suatu kebetulan?  Superman tidak bisa menyelamatkan dirinya sendiri, apalagi menyelamatkan orang lain.

Egoisme Kita – Persoalan Pokok
Pelajaran yang sama dari ketiga berita di atas adalah tentang persoalan pokok manusia.  Persoalan kerohanian manusia adalah dirinya sendiri.  Apakah akar persoalan manusia?  Apakah akar persoalan di dalam diri anda?  Jika anda tidak menanganinya, anda tidak akan dapat memecahkan masalahnya.  Jika anda tidak mendiagnosa penyakitnya dengan tepat, anda tidak dapat menyembuhkannya.  Kalau anda salah mendiagnosa, anda mungkin bisa membunuh pasien anda dengan memberi perawatan yang salah.  Kalau perawatannya hanya berfokus kepada gejala-gejala penyakitnya saja, sumber penyakitnya masih belum terobati.  Persoalan pokoknya disini adalah apa yang disebut egoisme.  Egoisme adalah hal yang paling sulit ditangani.

Kenapa Saddam Hussein ingin menelan Kuwait?  Segala yang dia lakukan adalah untuk membanggakan diri sendiri.  Dia bahkan membangun kembali kota purba Babel dengan mencetak namanya di atas setiap batu bata yang digunakan.  Dia ingin sejarah mengingatnya sebagai seorang penakluk Kuwait.  Dia mempunyai ambisi lebih besar selain daripada menaklukkan Kuwait.  Jikalau dia tidak dihentikan di sini, entah negara lain mana lagi yang akan dia telan.  Tetapi setelah mengalami kekalahan yang amat sangat, kita pikir dia sudah mendapatkan suatu pelajaran dari sini.  Ternyata tidak, tidak ada sesuatupun yang dapat menghentikan keegoisannya.

Apa Yang Memotivasikan Anda?
Tetapi apakah Saddam Hussein begitu berbeda dari kita?  Lihatlah hati anda: apa yang mendorong anda untuk melakukan apa yang anda lakukan?  Kalau bukan untuk kesenangan anda, kepuasan anda, kebanggaan anda, kenapa anda melakukannya?  Manusia selalu dimotivasikan oleh keinginan untuk memuaskan diri sendiri.  Kenapa pernikahan yang begitu indah seperti yang dimiliki oleh Diana dan Charles akhirnya hancur berantakan?  Egoisme yang bertentangan.  Kedua belah pihak tidak mau mengalah.  Bentrokan egoisme menghancurkan perkawinan.

Citra Superman itu begitu menarik karena kita sangat menginginkan kekuatan, agar dapat menaklukan kehendak lawan kita.  Sehingga sesudahnya kita dapat melakukan segalanya semau kita, mengerjakan segala apa yang kita pikir benar.  Perhatikan kata-kata ini:  apa yang kita pikir benar.  Bahkan di dalam gereja juga ada bentrokan, karena di dalam gereja ada orang-orang yang menganggap diri mereka itu benar dan para pemimpin mereka yang salah.  Tetapi para pemimpinnya menganggap mereka lebih rohaniah dan oleh karena itu merekalah yang benar.

Egoisme adalah hal yang sangat pelik.  Kita bisa menyembunyikan motivasi kita yang sebenarnya di belakang kata-kata yang muluk.  Hal ini sangat menakutkan.  Tetapi di dalam kehidupan rohani, hal ini bukan hanya menakutkan, tetapi membinasakan.  “Aku tahu apa yang harus kamu lakukan karena aku lebih rohaniah darimu.”  Ini seperti contoh dimana seorang pria berkata kepada teman wanitanya, “Kamu harus menikah denganku karena aku tahu ini adalah kehendak Allah.  Aku telah lebih lama menjadi seorang Kristen daripadamu, jadi aku tahu lebih baik akan kehendak Allah daripadamu.”  Saya pribadi mengetahui sedikitnya dua kasus dimana hal ini betul-betul terjadi.  Seorang Kristen melakukan apa yang dia sendiri mau, tetapi menggunakan nama Allah untuk melakukannya.  Ini adalah hal terburuk yang kita dapat lakukan, akan tetapi sayangnya hal ini sudah umum terjado di gereja.

Melupakan Apa Yang Membuat Kita Bangga
Akan tetapi bagaimana semuanya ini berhubungan dengan teks di Filipi 3:13-15?  Apa artinya kalau kita disuruh melupakan apa yang di belakang?  Apakah Saddam Hussein melakukan persis apa yang Paulus katakan kepada kita – melupakan pelajaran atas Kuwait, dan mengarahkan diri ke hadapan untuk mencapai tujuannya yaitu mendapatkan kebanggaan dirinya sendiri?

Sangatlah penting bagi kita untuk memahami konteks dari apa yang dikatakan oleh Paulus.  Dia tidak berkata bahwa kita harus melupakan pelajaran yang bisa kita tarik dari sejarah.  Akan tetapi apa yang harus kita lupakan adalah hal-hal yang dulunya kita hargai.  Paulus berkata bahwa hal-hal yang di waktu dulu memikat hatinya, sekarang dia anggap sebagai sampah.  Hal itu bukan lagi hal yang penting baginya.  Malahan sekarang Paulus mencari hal yang lain – agar dapat mengenal Yesus.  Dan agar supaya dapat mengenal Yesus, Paulus harus menganggap segala hal yang lain ada di belakangnya.

Hal-hal itu adalah hal-hal yang menyangkut egoisme, seperti fakta bahwa dia adalah seorang Farisi (Filipi 3:5; Kisah Para Rasul 23:6).  Menjadi seorang Farisi sekarang ini kedengarannya seperti suatu hal yang jelek, akan tetapi pada masa itu menjadi seorang Farisi adalah suatu hal yang sangat membanggakan.  Paulus berkata bahwa ia adalah seorang Ibrani asli, seorang Ibrani sejati.  Segala hal-hal yang patut dibanggakan itu sekarang telah menjadi sampah.  Di waktu dulu, hal-hal tersebut adalah kebanggaannya, tetapi sekarang hal-hal itu tidak berarti lagi.

Bagaimana dengan kita?  Mungkin latar belakang keluarga kita membuat kita bangga.  Mungkin seluruh gelar-gelar akademis yang telah kita kumpulkan membuat kita bangga.  Sekarang segala hal tersebut harus kita tinggalkan, karena hal-hal ini membuat kita sombong.  Tidak ada hal yang lebih berbahaya selain daripada kesombongan.  Bahkan sedikit saja kesombongan akan membuat hati kita tidak murni lagi.  Pernahkan anda mencoba untuk berdoa tetapi Allah tidak mendengar doa anda?  Ingatlah bahwa hanya mereka yang suci hatinya yang akan melihat Allah.  Itulah sebabnya ada orang yang terus-menerus mengalami Allah dan ada orang yang tidak pernah mengalamiNya.  Dimanakah perbedaannya?  Ada orang yang telah mengatasi keegoisannya dan akan terus mengatasinya dengan lebih mendalam lagi, dan ada orang yang belum mampu mengatasinya.

Baptisan, Awal Dari Kehidupan Rohani
Itulah rahasia kehidupan rohani.  Oleh sebab itu Paulus berkata bahwa setiap orang Kristen yang dewasa berpikir demikian, “Aku telah meninggalkan dan melupakan segala hal yang berkenaan dengan keakuanku.  Sekarang aku mengarahkan diri kepada hal-hal yang berkenaan dengan Allah.”  Jika itu mentalitas anda, Allah akan menjawab doa anda.  Saya mempunyai keyakinan penuh di dalam Allah saya bahwa Ia akan menjawab.  Keyakinan ini berdasarkan pengalaman yang sangat panjang.  Semenjak saya mengenal Tuhan di tahun 1953, sejauh yang dapat saya ingat selama 43 tahun ini tidak ada satu doapun yang tidak dijawab oleh Allah.  Kadang-kadang saya harus menunggu untuk beberapa saat sebelum Dia menjawab, tetapi jawabannya pasti akan datang.  Kadang-kadang jawabannya datang begitu cepat, bahkan sebelum saya sempat ucapkan sudah dijawab.  Kadang juga Dia sudah menjawab sebelum saya minta.  Hal ini membuat saya terpana – saya belum meminta tetapi jawabannya sudah datang.  Itulah yang dikatakan oleh Yesaya dengan tepat, “Sebelum mereka memanggil, Aku sudah menjawabnya” (Yesaya 65:24).

Inilah artinya baptisan: mulai saat ini anda akan melupakan apa yang di belakang: segala hal yang berkaitan dengan egoisme, ambisi egois anda, kesombongan egois anda.  Di saat anda turun ke dalam air untuk di baptis, masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “mati dengan Kristus”?  Ini berarti masa yang lalu telah musnah.  Apa artinya “dibangkitkan dari kematian”?  Ini berarti anda mengarahkan diri kepada tujuan yang baru.  Sekarang anda telah dibebaskan dari belenggu diri sendiri sehingga anda bisa menuju ke sesuatu yang baru.

Dibebaskan Dari Masa Lalu Kita
Kita juga perlu melupakan beban-beban di masa lalu.  Memang benar masa lalu kadang menyakitkan: perbuatan-perbuatan orang lain yang salah terhadap anda.  Anda perlu mengampuni dan mencegah masa lalu untuk menjadi sebuah batu sandungan yang tergantung di leher anda. Di dalam pekerjaan saya, saya harus memberi banyak konseling kepada banyak orang, dan saya lihat banyak orang yang hidup dengan memikul sebuah beban masa lalu  yang besar.  Anda tidak dapat mengarahkan diri ke depan dengan memakai batu sandungan besar disekeliling leher anda yang membuat anda tercekik.
Yesus ingin membebaskan kita dari masa lalu.  Itulah sebabnya ada dua bagian di ayat ini: anda harus dibebaskan dari masa lalu agar anda bisa mengarahkan diri ke depan.  Kata MELUPAKAN di dalam bahasa aslinya ada di dalam bentuk “present participle” – yang berarti anda terus-menerus melupakan.  Anda juga harus terus-menerus mengarahkan diri dan berlari-lari ke muka, yang juga ada di dalam bentuk “present participle”.  Dalam bahasa Yunani, “berlari-lari”  adalah sebuah ungkapan yang sangat kuat yang tidak begitu jelas artinya dalam bahasa Inggris.  Gambarannya secara sederhana berarti sesuatu tentang permuridan.  Permuridan berarti mengikuti – Yesus di depan, saya di belakang.  Apa yang ada di belakang?  Saya sendiri.   Apa yang harus saya lupakan?  Saya sendiri.  Jika anda mampu melakukan hal ini, anda akan tahu apa arti kebebasan itu.  Dengan kata lain, permuridan adalah hal yang mustahil kecuali jika anda melupakan apa yang ada di belakang – egoisme anda.  Kemudian anda mengarahkan diri kepada Tuhan Yesus, untuk menjadi seperti Dia.

Kita Terlalu Mengikat Perhatian Kepada Egoisme Kita
Saya terkadang harus menghadapi orang-orang yang menderita gangguan jiwa yang serius.  Saya mendapatkan ciri utama dari para penderita ini adalah perhatian mereka yang sangat terikat kepada egoismenya.  Mereka begitu terkurung di dalam egoisme mereka.  Satu gejala dari penyakit jiwa adalah peralihan perhatian ke dalam batin – obsesi total kepada egoisme.  Bagaimanakah situasi anda sekarang?  Menurut standar di atas, kebanyakan orang bisa dibilang mempunyai sedikit gangguan jiwa, mungkin tidak sampai ke titik obsesi, namun keadaan ini bisa berkembang menuju ke arah obsesi.

Kalau anda berbincang-bincang dengan orang-orang yang demikian, mereka selalu membicarakan tentang diri mereka sendiri.  Mereka tidak dapat mengalihkan perhatian mereka kepada hal-hal lain.  Sebagai akibatnya mereka mulai kehilangan teman-teman mereka satu-persatu, dan akhirnya mereka merasa sangat kesepian.  Siapa yang sudi berbincang-bincang dengan seseorang yang terus-menerus membicarakan tentang dirinya sendiri?  Banyak orang yang mempunyai obsesi atas diri mereka sendiri tetapi mereka cukup pintar untuk tidak membicarakan diri mereka saja melainkan pekerjaan mereka, kesukaan mereka, hobi mereka, dan bahkan di dalam percakapan tentang kebanggaan negara mereka, hal ini mereka pandang sebagai satu aspek dari kebanggaan pribadi mereka juga.  Dari sini kita masih tetap bisa melihat obsesi total kepada egoisme.

Ada seseorang di gereja yang datang kepada saya dengan membawa persoalannya.  Dia selalu membicarakan hal yang itu-itu saja, yaitu, “aku ini begini dan aku ini begitu”.  Hal ini sangat menjemukan pendengarnya.  Berbagai rekan kerja saya telah mencoba untuk menolongnya, tetapi hasilnya sia-sia saja.  Pokok pembicaraanya selalu berkisar seputar hal yang sama, karena sebenarnya dia senang sekali membicarakan persoalannya yang begitu dia benci.  Di sini terdapat hubungan cinta-benci (love-hate) atas dirinya.  Pada akhirnya semua rekan kerja saya menyerah, jadi dia kembali kepada saya.

Saya berkata kepadanya, “Baiklah, aku akan memberikan satu instruksi dimana kamu harus mematuhi dengan sepenuhnya jikalau kamu ingin keluar dari situasi ini.  Mulai dari saat ini dan seterusnya, kamu dilarang untuk membicarakan tentang dirimu.  Kamu tidak boleh membicarakan tentang dirimu lagi.  Kamu tidak akan membicarakannya dengan siapapun, juga tidak dengan suamimu.”

Mulutnya terbuka lebar, “Bagaimana aku dapat hidup tanpa sedikitpun menyinggung tentang diriku?”  Anda tahu apa yang terjadi?  Begitu dia berhenti membicarakan tentang dirinya, dia sembuh.  Dia telah bebas dari ikatan dirinya.  Dia belajar untuk melupakan dirinya.  Semenjak saat itu dia terus mentaati perintah yang saya berikan dan sekarang dia telah berubah menjadi seorang yang sangat menyenangkan.  Dahulu, tidak ada seorangpun yang ingin bercakap-cakap dengannya karena dia selalu mempedulikan dirinya saja.  Tetapi sekarang dia mempunyai banyak teman karena sekarang dia mempedulikan orang lain.

Tuhan, Nyalakanlah Aku!
Saya tadi menyebutkan bahwa kata “berlari-lari” di dalam bahasa Yunani mempunyai arti yang sangat kuat.  Sikap seperti ini (berlari-lari) jarang saya temui di dalam diri kebanyakan orang Kristen.  Sangat sedikit sekali orang Kristen yang memiliki intensitas yang demikian, suatu keluar-biasaan yang memberi daya tarik kepada orang lain.

David Livingstone, seorang penjelajah terkenal di Afrika dan juga seorang hamba Allah, menulis di buku hariannya, “Aku tidak mempunyai anugerah intelek yang luar biasa, namun aku berketetapan hari ini untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Saya harap setiap dari kita akan berkata, “Aku berkeputusan, dengan kasih karunia Allah, untuk menjadi seorang Kristen yang luar biasa.”  Itu adalah satu tujuan hidup yang sangat berarti!

Kepada yang akan dibaptis hari ini, saya berkata, “Biarkanlah Tuhan menyalakan engkau!  Jadilah terang di dalam kegelapan!”  Saya rasa tidak ada artinya menjadi seorang Kristen kecuali jika anda menjadi seorang Kristen yang luar biasa demi Allah.

Sumber: Cahaya Pengharapan Ministries www.cahayapengharapan.org

Mempersiapkan Masa Lalu - Renungan Harian

Selasa, 16 September 2014

Baca: Filipi 1:3-11
Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu. (Filipi 1:3)

Bacaan Alkitab Setahun:
Daniel 4-6

Pernahkah kita membuka-buka album foto lama? Ingatan dan komentar apa yang muncul pada waktu kita menelusuri wajah demi wajah? Tentu ada nama dan wajah yang menimbulkan rasa kangen dan kenangan baik. Namun, tak jarang pula kita punya catatan buruk untuk teman tertentu dan berharap jangan sampai berjumpa lagi dengannya. Pernahkah kita berpikir akan komentar teman-teman kita apabila mereka melihat foto kita? Foto kita membawa kenangan baik atau buruk?

Setiap kali Paulus mengingat jemaat Filipi, muncullah ucapan syukurnya. Ketika ia berdoa untuk mereka, ia berdoa dengan sukacita. Jelas sekali Paulus memiliki kenangan indah tentang hidup dan pekerjaan pelayanan jemaat Filipi. Ia melihat karya Allah yang sangat kuat di dalam jemaat ini. Tentu Filipi bukanlah jemaat yang tanpa cela. Namun, ketidaksempurnaan mereka rasanya seperti tertutup dengan menonjolnya hal-hal baik yang tidak mudah dilupakan. Jemaat Filipi menjadi berkat khusus bagi Paulus, bahkan ketika mereka telah terpisah jarak dan waktu.

Reaksi dan kometar apa yang kita ingin dengar setiap kali orang mengingat nama atau wajah kita? Apakah kita rindu membuat orang terus mengingat karya Allah melalui hidup kita? Kalau kita rindu orang memiliki kenangan baik dan bersyukur kepada Allah atas hidup kita kelak, sekaranglah waktu untuk memulainya. Ingat, hari-hari yang kita lewati sekarang ini akan menjadi “masa lalu” di kemudian hari. Maka, mulailah mempersiapkan masa lalu sejak sekarang, agar kelak menjadi kenangan indah.—PBS

BILA KITA MERINDUKAN KEHIDUPAN BAIK YANG AKAN DIKENANG,
MULAILAH MERENDANYA SEJAK SEKARANG

Sumber: [Petrus Budi Setyawan] -- www.renunganharian.net

Paulus Abad 21 - Renungan Harian

Sabtu, 16 Maret 2013

Baca: Filipi 4:1-9

Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! (Filipi 4:4)


Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 28
Pada pertengahan tahun 2012, dua orang rekan pelayanan kami ditangkap, dihakimi massa, dan ditahan di penjara karena memberitakan Injil kepada penduduk lokal yang beragama lain. Beberapa rekannya melarikan diri karena takut mendapatkan aniaya. Namun, ada juga yang bertahan di sana, mengunjungi serta memperhatikan kebutuhan mereka. Setelah beberapa hari ditahan, salah satu dari mereka mengirimkan sebuah surat.

Ketika surat itu dibacakan dalam perkumpulan kami, saya seperti mendengar surat Rasul Paulus dibacakan. Isinya berupa ucapan syukur karena dianggap layak menderita bagi Kristus, juga penuh dengan kutipan dari Alkitab tentang penghiburan, pemeliharaan Allah, dan dorongan kepada orang-orang percaya untuk tetap memberitakan Injil.

Surat Paulus kepada jemaat di Filipi adalah salah satu surat yang ditulisnya di penjara. Meskipun dalam keadaan terpenjara, ia membangkitkan iman jemaat untuk tetap bersukacita. Jeruji penjara tidak mampu mengungkung sukacita orang percaya. Tidaklah mengherankan jika surat Filipi ini kemudian terkenal sebagai “Surat Sukacita”.

Sukacita yang dimiliki orang beriman berasal dari dalam, merupakan buah Roh (Gal. 5:22), yang berarti dikerjakan oleh Roh Allah sendiri. Sukacita ini tidak terkendala oleh situasi dan kondisi apa pun di luar dirinya. Karena itulah, orang-orang percaya yang menderita masih mampu menghibur orang lain. Dalam kondisi Anda sekarang, bagaimana Anda dapat membagikan sukacita kepada orang lain?—HT

ADA SUKACITA YANG TAK DAPAT HILANG
DALAM DIRI SETIAP ORANG PERCAYA

Sumber: [Hembang Tambun ] -- www.renunganharian.net
 
Support : Kidung Online | Debrian Ruhut Blog | IL Cantante Choir
Copyright © 2013. Catatan Dari Meja Pendeta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger